Di depan gerai wingko yang berada di tepi jalan poros nasional Lamongan-Babat ini, juga terdapat sebuah batu dengan tulisan 'Puisi Wingko'. Berdasarkan keterangan dari keluarga Loe Lan Ing, mereka sudah berjualan wingko babat sejak masa penjajahan Belanda.
Bahkan saking lamanya, pihak keluarga Loe Lan Ing tidak bisa menjelaskan secara pasti berapa lama mereka sudah berjualan wingko babat. Namun yang pasti sudah 100 tahun lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah menjual wingko sejak zaman Belanda," imbuhnya.
Rafik menyebut, Pemkab Lamongan mendirikan Tugu Wingko di perempatan Pasar Babat. Itu untuk mengukuhkan bahwa wingko khas Babat.
Meskipun sekarang jajanan wingko ada di mana-mana, tambah Rafik, sebutannya tetap wingko babat. Itu menegaskan Babat sebagai asal dari kue ini.
"Mengapa dinamakan wingko babat ya karena memang asalnya adalah makanan khas dari Babat," jelasnya.
Seiring perkembangan zaman, wingko dan gerai Loe Lan Ing di Babat pun semakin berkembang. Dari hanya berbentuk kios biasa, kini tampil menjadi gerai jajanan yang modern. Yang tampil dengan sebuah batu prasasti yang disebut sebagai 'Puisi Wingko', yang berdiri di depan gerai.
![]() |
Sebagai penerus usaha wingko babat, Loe Lan Ing tetap mempertahankan ciri khas wingko babat. Tidak mengurangi cita rasa yang telah ada. Caranya dengan mempertahankan resep dan cara masak yang sama sejak awal berdiri.
"Yang membuat wingko LLI tetap aksis karena tetap mempertahankan proses konvensional, yang diajarkan secara turun temurun. Mulai dari memasak yang masih menggunakan tungku kayu, resep dan proses packing pun masih menggunakan cara manual," papar Rafik.
"Seingat saya, sejak tahun 1980-an sudah ada varian rasa selain rasa wingko yang original. Karena memang selera masing-masing orang berbeda," pungkasnya.
(sun/fat)