Ada beragam kolaborasi yang bisa dilakukan berbagai komunitas di Surabaya untuk mengenal sejarah dan menjunjung nilai-nilai sejarah di Kota Pahlawan. Beberapa di antaranya sudah dilakukan oleh sejumlah komunitas. Yakni Komunitas Mata Hati, Begandring Soerabaia, juga Roodebrug Soerabaia.
Komunitas Mata Hati merupakan sekelompok orang yang memiliki keistimewaan. Mereka merupakan para penyandang tunanetra yang mulanya membentuk kelompok musik hingga akhirnya menginisiasi berbagai kegiatan bersama relawan di berbagai bidang, termasuk sejarah dan sosial.
Sedangkan Komunitas Begandring Soerabaia merupakan komunitas yang bergerak di bidang pelestarian budaya dan sejarah. Demikian halnya Komunitas Roode Brug Soerabaia yang cukup concern di bidang sejarah kepahlawanan di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam dua kesempatan yang berbeda, Komunitas Mata Hati terlibat dalam kegiatan dengan 2 komunitas yang memiliki perhatian lebih pada sejarah di Kota Surabaya itu.
Pada 13 November 2022 lalu, Komunitas Mata Hati berkolaborasi dengan Roodebrug Soerabaia dalam kegiatan Surabaya Walking Tour yang bertema Tema Hari Pahlawan. Komunitas Mata Hati berkesempatan menjadi pemandu tur yang turut diikuti sejumlah bule itu.
Saat itu Dani, salah satu penggerak Komunitas Mata Hati sempat menjadi salah satu pemandu tur dengan memberikan penjelasan kepada para peserta. Dia jelaskan detail sejarah gedung di Jalan Tunjungan kepada para peserta.
Tidak hanya memandu dan memberikan penjelasan tentang sejarah gedung-gedung di Jalan Tunjungan, karena basic kegiatan mereka adalah musik, di sela menyusuri Jalan Tunjungan itu Dani dan teman-temannya menghibur peserta dengan menyanyikan lagu Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan.
"Tadi menjelaskan sejarah Kota Surabaya pada khususnya. Namanya Surabaya Walking Tour. Jadi ini memang komunitas yang akan terus mendalami Historisnya Kota Surabaya," kata Dani saat di temui di Gedung Siola, Minggu (13/11/2022).
Dani mengaku bangga bisa menjelaskan kepada pengunjung terkait sejarah Kota Surabaya meski di komunitasnya merupakan tuna netra.
![]() |
"Jadi kami merasa bangga, karena kami menjadi bagian dari Kota ini, siapa pun kami, apapun latar belakangnya. Jadi kami diberi kesempatan. Mungkin kodrat kami terlahir di Surabaya ini," ujarnya.
Ady Setyawan, pendiri komunitas Roodebrug Soerabaia mengatakan kegiatan Walking Tour di Jalan Tunjungan dan Gemblongan yang dipandu komunitas Matahati ini merupakan yang pertama kali.
"Ini kegiatan pertama, mereka sudah kami training bersama komunitas kami selama dua mingguan. Jadi setelah berjalan, kemudian berhenti dihibur dengan menyanyi," ungkap Ady.
Sebelumnya, pada Minggu 29 Mei 2022, Komunitas Mata Hati berkolaborasi dengan Begandring Soerabaia. Mereka mendatangi Makam Peneleh untuk sinau sejarah meski memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan.
Koordinator Surabaya Urban Track (Subtrack) Toufan Hidayat mengatakan kegiatan yang digagas bersama Komunitas Mata Hati itu bertujuan untuk mengajak wisata sejarah dengan cara yang berbeda. Mengingat, para peserta adalah para penyandang tunanetra.
Kendati sempat kebingungan saat awal merancang kegiatan, ia mengaku sangat mengapresiasi antusiasme peserta. Sebab, keinginannya untuk mempelajari sejarah secara langsung melebihi orang normal pada umumnya.
"Awalnya saya juga bingung, nanti bagaimana caranya, tapi mereka bilang jelaskan saja sejarahnya, saya bilang ya monggo, tapi saya juga heran, awalnya bilang mereka minat sedangkan teman-teman ini kan tidak bisa melihat," ujarnya.
Selama kegiatan, para peserta mendengarkan cerita sejarah masing-masing objek atau tempat secara runtut. Namun, para peserta meraba secara detil objek yang dijelaskan oleh Toufan dan komunitas pecinta sejarah Soerabaia bernama Begandring itu.
"Katanya tidak apa-apa, nanti diarahkan dan dikisahkan langsung ke lokasi, peserta mendengarkan cerita sambil meraba. Kami menarasikan saja sambil mereka meraba. Meski punya kekurangan, mereka justru memiliki kemampuan merasakan aura dan hal-hal mistis yang tidak bisa dirasakan orang normal," ujar Tofan.
Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.
(dpe/iwd)