Menangkis Tendangan Emak-Emak Somplak yang Bosan dengan Olahraga Cewek

Kabar Komunitas

Menangkis Tendangan Emak-Emak Somplak yang Bosan dengan Olahraga Cewek

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 20 Sep 2023 19:10 WIB
Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai.
Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Umumnya kaum hawa memiliki hobi yang feminin. Apakah memelihara kucing, bersolek, atau bila pun mereka memiliki hobi workout mentok cuma senam, yoga, atau bergumul dengan berbagai peralatan fitness alias nge-gym.

Tidak demikian yang dilakukan perkumpulan emak-emak di Surabaya yang satu ini. Mereka menamakan komunitas mereka dengan nama yang unik dan jenaka, 'Emak-emak PT Somplak'. Hobinya berlatih seni bela diri. Terutama Boxing dan Muay Thai.

Berdiri sejak 2017 silam, anggota Emak-Emak PT Somplak yang didominasi wanita karir dan ibu-ibu rumah tangga ini terus bertambah. Dari semula hanya 5 orang yang aktif mengikuti kegiatan olahraga ekstrem itu, kini jumlah mereka menjadi 15 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat perempuan lain lebih memilih melakukan gerakan-gerakan yoga atau melakukan latihan ringan dengan treadmill atau mengangkat beban, emak-emak ini asyik meningkatkan adrenaline dengan berlatih pukulan dan tendangan.

Pemandangan itu yang didapatkan detikJatim saat berkunjung ke Rumble Training Camp di kawasan Klampis, Surabaya. Emak-emak PT Somplak memulai latihan dengan pemanasan, lanjut latihan teknik tendangan dan pukulan.

ADVERTISEMENT
Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai.Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)

Mereka lancarkan tinju ke tubuh lawan jenis yang lebih besar dengan teknik yang telah mereka pelajari, hingga tendangan terarah ke organ vital seolah-olah lawan mereka adalah pria-pria nakal. Tentu sasarannya adalah sansak.

Maria Liau, salah satu pendiri komunitas itu mengaku tak ada alasan spesifik soal nama PT Somplak dalam komunitas emak-emak tersebut. Nama itu dipilih secara asal-asalan.

Soal aktivitas yang berkaitan dengan olahraga ekstrem, ibu 2 anak itu mengaku bahwa dirinya telah jatuh cinta dengan olahraga, terutama beladiri, sejak duduk di bangku sekolah. Dia bahkan telah mencoba sejumlah jenis olahraga sebelum jatuh hati dengan boxing.

"Awalnya saya coba kalistenik, kalau gabung di sini sejak setahunan mungkin ya. Olahraga yang cewek-cewek begitu bosan dan ingin mencoba sesuatu yang baru," ujar Maria kepada detikJatim, Selasa (19/9/2023).

Maria menjelaskan bahwa tujuannya mempelajari boxing bukan semata-mata karena hendak mengikuti tren di media sosial. Selain untuk menjaga kebugaran tubuh, Maria menilai boxing juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika dirinya atau keluarganya sedang terancam.

"Tentunya merasa kurusan dan lebih sehat ya, mungkin banyak di gerak kardio. Bisa untuk jaga diri, secara tidak sadar kita bisa mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari, ya bisa jadi bekal lah dan tahu ilmu dasar bela diri," ujar perempuan 37 tahun itu.

"Alasanku gabung ya untuk mengisi waktu luang aja sih, bukan untuk jadi atlet. Sebenarnya, pure untuk olahraga dan isi waktu luang. Bisa me time lah selepas antar jemput anak dan kegiatan rumah tangga lain," sambungnya.

Sempat Bikin Cemas Suami

Maria mengaku senang mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya untuk berlatih Boxing. Terutama dari sang suami yang mulanya memang sempat khawatir dirinya cedera saat berlatih atau bertanding.

"Ya ok aja sih suamiku, sejak muda suka olahraga, sempat coba aerobik, gym, tapi jenuh dan akhirnya ketemu Rumble ini di 2022, pas transisi Pandemi ke Endemi COVID-19. Ya memang awalnya suami sempat protes 'kok boxing sih? Kan buat cowok. Nanti kakimu biru-biru semua loh'," ujarnya.

Maria berharap kegiatannya bisa motivasi teman-temannya juga khalayak secara umum. Sebab, dia berangan-angan untuk terus mengampanyekan pola hidup sehat, terutama bagi para ibu rumah tangga.

"Ya paling tidak aku menjaga badanku, terutama otot, karena kan menopang kerja tulang apalagi pada saat tua nanti," ujar wanita asal di Papua itu.

Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai.Emak-emak PT Somplak saat berlatih Boxing dan Muay Thai. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)

Hal senada disampaikan anggota Emak-emak PT Somplak lainnya, Devina Florentina. Ia mengklaim lebih cinta Muay Thai daripada Boxing dengan alasannya sendiri.

"Saya mencoba dan gabung Muay Thai sejak 2018, saya paling suka karena gerakannya lebih kencang dan menyeimbangkan badan, terutama kaki, misalnya pas waktu nendang," katanya.

Wanita berusia 29 tahun itu mengaku tubuhnya menjadi lebih berotot ditambah lagi dengan penurunan berat badan yang cukup drastis. Tidak hanya itu, Muay Thai juga bisa melatih refleks.

"Jujur, dulu awal mula join karena bobot terberatku 69. Tapi, sekarang jadi 58 kilogram. Sempat diajak sparing juga, aku coba sparing sama coach ternyata harus tahu reflek dan tekniknya juga, termasuk kombinasi apa saja yang dipakai," tuturnya.

Menemukan Teman Sharing yang Asyik

Devina mengaku senang berlatih dan bertanding bersama para Emak-Emak PT Somplak. Selain seru, dia menjadi punya teman sharing yang asyik tentang kehidupan rumah tangganya.

"Bisa punya kegiatan di luar seperti ini ya me time buat aku. Apalagi yang hobi olahraga, senang bisa ketemu mereka," ungkapnya.

Meski mengawali dari coba-coba, wanita yang juga berwirausaha online shop itu mengaku bela diri memang berbeda dengan olahraga lainnya. Dia bisa belajar self defence meski hanya tahu dan mumpuni pada ilmu dasarnya saja.

"Ya meskipun di fight asli nggak seprofesional itu, seenggaknya saya juga suka dan sering sosialisasi melalui konten. Saya merekam untuk tahu teknik dan gerakan bener apa tidak, lalu post di Instagram biar orang-orang ikut termotivasi dan tertarik," ujarnya.

Menurutnya, ada kesenangan dan kepuasan selama berlatih bersama para Emak-emak PT Somplak. Pikirannya lebih tenang, minim stres, dan bisa untuk melampiaskan emosi.

Sementara, Isabeelle Wangsa Wijaya menyatakan dirinya juga senang bisa bergabung dengan para pecinta Boxing dan Muay Thai. Meski terhitung paling muda, dia mengaku tidak malu atau merasa minder. Karena dia ingin selalu belajar dan merasa nyaman saat berlatih bersama Emak-Emak PT Somplak.

"Seru sih, awal mula baru masuk langsung suka Muay Thai, progresnya juga bagus. Awal-awal mukul sama nendang belum bisa, sekarang lumayan lah," ujar warga Citraland Surabaya itu.

Perempuan yang berkuliah di Universitas Ciputra itu menerangkan usai berkenalan dan lebih akrab dengan para emak-emak, canggung yang mulanya melanda kian sirna. Kini dia dan para ibu sama-sama berproses untuk lebih mendalami bela diri.

"Jam 08.00 sampai 11.00 WIB, ada 2 sesi, biasanya ibu-ibu berlatih, ya bisa dibilang collabs lah. Ya biasanya saya sama ibu-ibu dibantu para coach, biar bisa bareng-bareng," tandasnya.

Bukan sekadar olahraga, tapi juga lifestyle. Baca di halaman selanjutnya.

Seni bela diri sebagai bagian dari olahraga kardio belakangan memang kian marak dan berkembang, termasuk di Surabaya. Di Kota Pahlawan, bela diri tak hanya menjadi sekadar olahraga tetapi juga telah menjadi gaya hidup.

Bisa dilihat pada apa yang dilakukan 'Emak-emak PT Somplak', misalnya. Mereka tidak hanya berkumpul dan berlatih bersama, tetapi juga memamerkan ilmu beladiri dasar yang telah mereka kuasai ke media sosial.

Berdasarkan sejumlah sumber yang dihimpun detikJatim, bela diri Boxing dan Muay Thai atau gabungan keduanya yang dikenal dengan Mixed Martial Arts (MMA) mulai hits sejak 2010 silam. Pada 2012, Boxing dan Muay Thai kian digandrungi hingga menjadi bagian dari gaya hidup.

Founder Rumble Training Camp Surabaya Jeffri Oktavian menegaskan para penggemar dua olahraga bela diri itu tidak hanya Kaum Adam, tapi juga Kaum Hawa. Terutama para wanita karir dan ibu-ibu rumah tangga.

"Tujuan bergabung memang bukan jadi fighter. Karena bisa jadi alternatif olahraga kardio sambil nambah soft skill dan self defence. Sehingga sekarang sudah menjadi olahraga lifestyle. Kalau sebelumnya identik untuk petarung saja," ujar Jeffri.

Jeffri tidak menampik di camp yang dia besut ada member yang tujuan awalnya bergabung untuk olahraga dan diet tetapi ada juga yang sekadar mencari teman baru, maupun relasi.

"Banyak ya (alasan bergabung), ada yang cari teman bisnis, ada juga yang meluapkan energi negatif seperti punya penat di kantor lalu dilampiaskan di sini. Atau punya mental health issue lalu aktivitas di sini sehingga jam tidurnya lebih teratur," ujarnya.

Tidak hanya itu, ada juga member Rumble Training Camp yang bergabung hanya untuk 'panjat sosial' atau pansos di medsos. Mereka hanya mempelajari teknik-teknik dasar tapi di medsos sudah seperti profesional.

"Untuk pamer dan sok jago juga ada tentunya, cuma posting di medsos aja misalnya. Pro kontra seperti itu adalah hal yang wajar, tergantung dari mana perspektif kita," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads