Kopeka, Komunitas yang Tak Henti Perjuangkan Hak Pejalan Kaki di Surabaya

Kabar Komunitas

Kopeka, Komunitas yang Tak Henti Perjuangkan Hak Pejalan Kaki di Surabaya

Denza Perdana - detikJatim
Rabu, 23 Agu 2023 20:04 WIB
Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki.
Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki. (Foto: Istimewa/dok. Kopeka Surabaya)
Surabaya -

Beberapa jalan yang cukup ramai pejalan kaki di Surabaya justru belum memiliki trotoar yang memadai. Salah satunya di Jalan Pogot, di kawasan Surabaya Utara.

"Padahal di sana banyak aktivitas pejalan kaki yang lalu lalang. Karena daerah situ dekat pasar," kata Aditya Ikhsan kepada detikJatim, Rabu (23/8/2023).

Pemuda yang karib disapa Adit itu adalah inisator Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka) Surabaya, komunitas yang berupaya untuk memperjuangkan hak-hak pejalan kaki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kopeka sendiri sebenarnya tidak berdiri di Surabaya. Koalisi pejalan kaki ini mulai menjalar ke berbagai daerah di Indonesia sejak didirikan pada 25 Juni 2011.

Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki.Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki. (Foto: Istimewa/dok. Kopeka Surabaya)

Adit menginisiasi Kopeka Surabaya pada Februari 2021 lalu, berangkat dari keresahannya tentang belum terpenuhinya hak-hak pejalan kaki di Kota Pahlawan.

ADVERTISEMENT

"Surabaya Utara itu banyak jalan yang ramai pejalan kaki tapi fasilitas trotoarnya belum memadai. Terus di Surabaya Timur di kawasan UPN, belum ada perencanaan pembangunan trotoar di sana," ujar Adit.

Kopeka Surabaya juga mendapati bahwa kawasan MERR Surabaya di Surabaya Timur juga menjadi salah satu lokasi yang paling tidak aman bagi pejalan kaki karena minim trotoar.

"Daerah MERR sampai Gunung Anyar itu kawasan yang paling zonk buat pejalan kaki," katanya.

Tidak hanya di sana, kawasan Mulyorejo Surabaya menurutnya juga masih memerlukan perhatian dari Pemkot Surabaya berkaitan dengan pemenuhan hak pejalan kaki.

Bukan cuma trotoar, hak-hak pejalan kaki lainnya yang perlu dipenuhi oleh pemerintah adalah fasilitas penyeberangan. Baik itu zebra cross maupun pelican crossing.

Salah satu aksi Kopeka Surabaya yang menurut Adit sangat berkesan adalah ketika dirinya bersama 5 rekannya yang aktif di Kopeka Surabaya sosialisasi soal penyeberangan.

"Waktu itu bertepatan momentumnya dengan bocah kembar yang tertabrak moge sampai meninggal di kawasan Pantura, di Pangandaran, Jawa Barat kalau nggak keliru," ujarnya.

Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki.Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki. Foto: Istimewa/dok. Kopeka Surabaya

Aksi itu dia lakukan 2022 lalu. Dia bersama rekannya membentangkan spanduk dengan beragam tulisan untuk mengingatkan pengguna jalan soal peristiwa pilu bocah kembar itu.

"Waktu itu di Jalan Tunjungan. Kami berupaya mengingatkan pengguna jalan untuk senantiasa memikirkan keselamatan pejalan kaki, terutama di fasilitas penyeberangan," katanya.

Belakangan ini Kopeka berkolaborasi dengan Komunitas Oud Surabaia Hunter yang selain peduli pada sejarah juga peduli dengan para pejalan kaki di Surabaya.

Mereka melakukan aksi jalan kaki di Kota Tua Surabaya pada hari pejalan kaki nasional 22 Januari 2023. Aksi itu untuk memperjuangkan pemenuhan fasilitas trotoar di kawasan yang layak menjadi destinasi wisata alternatif itu.

"Alhamdulillah, bulan ini kami sama Oud Surabaia Hunter digandeng dalam proyek pengembangan fasilitas perjalan kaki sama NGO ITDP (Institute for Transportation and Development Policy)," ujarnya.

Menurutnya, ITDP telah menjajaki kerja sama dengan Pemkot Surabaya untuk mengembangkan fasilitas trotoar dan penyeberangan di kawasan Kota Tua Surabaya.

Di balik berbagai aksi yang telah dilakukan oleh Kopeka Surabaya, Adit kembali ke masa 2020 ketika dirinya bergerak sendiri melakukan aksi membantu penyeberang jalan.

"Kopeka ini sebenarnya tadinya namanya Spread Cross. Itu berangkat dari keprihatinan saya terhadap para penyeberang jalan lansia. Momennya waktu itu di kawasan Jalan Kusuma Bangsa," ujar Adit.

Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki.Aksi Koalisi Pejalan Kaki Surabaya melakukan sosialisasi untuk memperjuangkan hak pejalan kaki. (Foto: Istimewa/dok. Kopeka Surabaya)

Dia ingat momen itu ketika dirinya masih bekerja di kawasan Jalan Kusuma Bangsa. Sekitar November 2020 itu dia melihat seorang nenek kesulitan menyeberang jalan.

Adit pun dengan segera membantu nenek itu untuk menyeberang jalan. Dan sejak saat itu dirinya terus melakukan hal itu hingga Kopeka Surabaya berdiri pada 2021.

"Sampai sekarang aktivitas Spread Cross itu kami pertahankan menjadi aktivitas rutin," ujarnya.

Dia pun bersepakat dengan moto pendiri Kopeka di Indonesia, bahwa selama fasilitas pejalan kaki di Indonesia belum terbangun seluruhnya; dan belum ramah bagi penyandang disabilitas dan lansia, Koalisi Pejalan Kaki akan terus menjalankan misinya untuk merebut kembali ruang para pejalan kaki.

Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.




(dpe/dte)


Hide Ads