Di salah satu kampung di bantaran rel kereta api di Wonokromo, Surabaya, terlihat sejumlah anak sedang seru-seruan bareng. Di antara mereka ada sejumlah pemuda yang mendampingi.
Berbagai aktivitas mereka lakukan. Mulai dari menyanyikan lagu anak-anak bersama-sama, belajar Bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan, mendengarkan dongeng, dan tentu saja bermain bersama.
Tidak hanya anak-anak, para pemuda yang mendampingi juga terlihat gembira. Setelah menyampaikan berbagai materi edukasi, para pemuda itu membagikan paket makan siang kepada anak-anak itu dan mulai makan bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemuda yang membersamai anak-anak di bantaran rel KA Kecamatan Wonokromo itu adalah bagian dari Komunitas Wepose Surabaya. Komunitas yang berdiri sejak 24 Oktober 2019 itu merupakan salah satu komunitas yang peduli pada hak-hak anak.
Founder Wepose Surabaya Tabitha Naema Christy mengatakan bahwa komunitasnya fokus memberi pendampingan dan edukasi kepada anak-anak dari kelompok marginal di Kota Pahlawan dengan melibatkan anak muda dari berbagai latar belakang.
"Wepose sendiri memiliki makna We Different But One Purpose. Kita berbeda-beda tapi punya satu tujuan," kata Tabitha kepada detikJatim, Senin (11/9/2023).
Tabitha menjelaskan bahwa Wepose memberikan perhatian kepada anak-anak dengan mempertimbangkan aspek geografis, pendidikan, dan ekonomi dengan pendampingan berkala yang cukup intensif.
Saat ini Wepose telah bergerak di 4 titik di Kota Surabaya, yakni di Wonokromo, Kalisari Damen, Pasar Turi, dan Keputran. Titik-titik kegiatan itu dipilih karena menurut Tabitha, masih cukup banyak anak di lokasi itu yang jauh dari kata sejahtera.
![]() |
Dia menjelaskan bahwa anak-anak di sana berkembang di lingkungan yang rentan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, dan sebagian di antara mereka tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik.
Karena itu, Wepose mengemas berbagai kegiatan yang dilakukan dalam bentuk proyek sosial dan pendidikan formal maupun non formal untuk anak-anak di rentang usia 4-15 tahun.
Dari kegiatan itu, Wepose Surabaya setidaknya ingin memenuhi sebagian dari hak dasar seperti mendapat pendidikan, hak bermain, dan mendapat rekreasi yang mungkin tidak bisa dipenuhi oleh orang tua mereka yang berlatar belakang ekonomi kurang mampu.
Untuk itu, ada sejumlah beberapa program yang dijalankan Wepose. Mulai dari taman baca, belajar bareng kakak asuh, serta pelatihan regulasi emosi. Selain itu Wepose juga melakukan edukasi dan kampanye terkait pencegahan isu-isu anak seperti bullying, kekerasan, pernikahan anak, dan sebagainya.
Bukan hanya anak-anak, Wepose juga cukup concern untuk memberi edukasi dan pendampingan kepada orang tua anak-anak marginal yang mereka dampingi.
Lebih dari itu semua, Wepose juga didirikan untuk menjadi wadah bagi para kaum muda di Surabaya agar lebih peduli dengan sekitar, terutama mereka yang kurang mampu.
"Komunitas ini tak hanya berfokus pada anak-anak dari kelompok marginal, Wepose juga ingin menjadi wadah bagi para kaum muda dari berbagai kalangan di Surabaya untuk bisa berkontribusi pada gerakan-gerakan sosial," tambah Tabitha.
Hingga saat ini Wepose telah menjadi wadah berkembang bagi para relawan yang terdiri dari elemen mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat umum serta menjalin kerja sama dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Baik perusahaan, organisasi, maupun komunitas lainnya.
Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.
Artikel ini ditulis oleh Aprilia Devi, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(dpe/iwd)