Merawat Asa Desa Wisata Nangkula, Merajut Cita Nawa Bhakti Satya

Merawat Asa Desa Wisata Nangkula, Merajut Cita Nawa Bhakti Satya

Faiq Azmi - detikJatim
Jumat, 30 Sep 2022 13:17 WIB
Nangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung
Nangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur)

Kehadiran desa wisata, lanjut Sinarta, menjadi sebuah harapan baru bagi masyarakat desa. Dengan pengelolaan yang baik, desa wisata sangat berpotensi untuk memberi penghasilan ke masyarakat desa. Selain itu, desa wisata juga menjadi investasi jangka panjang.

"Karena tren hari ini, masyarakat itu ya setiap akhir pekan jalan-jalan cari tempat wisata baru. Asal desa wisata dikelola dengan baik, rutin dirawat, saya kira ini adalah harapan besar bagi warga di desa, yang khususnya ingin bekerja di sektor pariwisata atau ekonomi kreatif," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Kabid Destinasi Pariwisata Disbudpar Jatim Susiati menyatakan, peran Disbudpar sendiri adalah memberi pendampingan pada pelaku desa wisata. Ini sesuai dengan harapan Desakendalbulur yang ingin ada roadmap pendampingan desa wisata.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungDesa Kendalbulur jadi salah satu destinasi wisata andalan di Tulungagung. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

"Kami beri pendampingan, misal pelatihan untuk menjadi pemandu wisata yang baik, kemudian terkait homestay juga. Agar masyarakat yang berlibur atau mengunjungi desa wisata ini bisa nyaman," katanya.

ADVERTISEMENT

Susiati membeberkan, dari data terakhir yang dimiliki Disbudpar Jatim, ada sebanyak 573 desa wisata di Jatim. Jumlah itu, kata Susiati, berpotensi terus bertambah setiap tahunnya.

"Jadi dari 573 tidak semua di bawah pengelolaan BumDes. Ada juga dari Pokdarwis (pembantu sadar kelompok wisata). Semua desa wisata itu kita data, di luar dari 573 itu masih ada yang belum terdata,"bebernya.

Susiati melanjutkan, diperlukan kolaborasi banyak pihak untuk mengelola desa wisata. Antara lain Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jawa Timur, Dinas Koperasi dan UMKM, hingga pemerintah kabupaten setempat.

Sementara itu, guna merajut cita-cita Nawa Bhakti Satya, Gubernur Khofifah juga telah meminta Forum BUMDes menjadi bagian yang memberikan penguatan pada pemberdayaan dan ketahanan desa. Pasalnya, BUMDes yang semakin produktif, mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat hingga desa.

"BUMDes ini menjadi tumpuan sangat banyak sektor. Besar harapan kita akan mampu menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi baru," terang Khofifah.

Gubernur kelahiran Surabaya itu melanjutkan, saat ini banyak kementerian yang menjadikan desa sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan berbagai program strategis. Di antaranya, Desa Devisa dari LPEI, Desa Cantik atau Desa yang mencintai Statistik dari BPS, Kampung Restorative Justice (KRJ) dari Kejaksaan Agung, hingga Desa Wisata dari Kemenparekraf dan sebagainya.

Oleh sebab itu, peranan seluruh stakeholder di lini desa diharapkan bisa membangun desanya lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Hal tersebut, lanjut Khofifah, akan semakin baik jika ada penguatan yang diberikan oleh kampus. Ada penguatan SDM yang dibangun. Sehingga, pentahelix approach benar-benar diimplementasikan di desa dan membawa keberhasilan bagi desa.

"Desa bisa menjadi bagian proses dari berbagai layanan-layanan masyarakat yang lain, pilot project dari beragam kementerian dan lembaga-lembaga negara itu akan menjadi bagian dari proses sentra ketahanan nasional," sebut Khofifah.

"Jawa Timur saat ini memiliki 8.501 desa dan kelurahan. Dari format yang sudah disiapkan sekarang, kita bersyukur bahwa penguatan dari seluruh lembaga-lembaga di desa dan kelurahan berseiring dengan berbagai program pemberdayaan ekonomi serta ketahanan masyarakat," lanjutnya.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungGubernur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi Nangkula Park. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

Khofifah mengatakan, proses ketahanan nasional dimulai dari unsur pemerintahan terkecil, yaitu desa. Pada dasarnya, lanjut Khofifah, pertahanan nasional berasal dari pribadi-pribadi dan dari entitas terkecil yaitu keluarga. Khofifah berharap pemeintah desa bisa terus memetakan potensi dan berupaya agar desanya jadi lebih tangguh.

"Bahwa dari entitas keluarga, entitas berikutnya adalah RT-RW, lalu entitas berikutnya adalah wilayah administratif terkecil adalah desa. Maka, membangun ketahanan keluarga akan menjadi basis ketahanan desa seterusnya mewujud ketahanan nasional," ucapnya.

Kolaborasi antara desa dengan pemprov itu lah yang menjadi kunci sukses Jatim bangkit. Saat Pemprov Jatim menaruh perhatian, asa desa wisata akan terus berpendar. Ketika desa wisata bisa merawat asanya, maka cita-cita Nawa Bhakti Satya akan terus terajut.


(hil/dte)


Hide Ads