Merawat Asa Desa Wisata Nangkula, Merajut Cita Nawa Bhakti Satya

Merawat Asa Desa Wisata Nangkula, Merajut Cita Nawa Bhakti Satya

Faiq Azmi - detikJatim
Jumat, 30 Sep 2022 13:17 WIB
Nangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung
Nangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur)
Tulungagung -

Sangat menyenangkan melakukan hal yang mustahil. Sepenggal kalimat motivasi dari Walt Disney tersebut pantas disematkan kepada Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung. Mayoritas warga yang menggantungkan harapan hidup dari sektor pertanian, sebelumnya tak pernah membayangkan bahwa desanya kini menjelma jadi desa wisata yang luar biasa.

Semua cerita indah itu dipupuk bersama sejak 2018. Berawal dari kegelisahan sang kepala desa, Anang Mustofa. Saat dirinya terpilih, desa yang dipimpinnya belum punya lapangan sepakbola yang representatif.

"Sebelum punya lapangan sepakbola, kami itu sewa tanah warga. Kebetulan kami punya lahan di pinggir jalan, di utara Balai Desa. Lalu kami berpikir kenapa tidak dialihfungsikan dan dimanfaatkan untuk lapangan sepakbola permanen, karena di desa juga ada sekolah sepakbola yang potensial," cerita Anang kepada detikJatim, Jumat (30/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anang kemudian berembuk dengan seluruh elemen yang ada di desa. Saat itu Anang berpikir tidak hanya membangun fasilitas olahraga, tapi juga dilengkapi dengan ruang terbuka hijau yang bisa dikunjungi banyak orang. Bukan cuma warga Desa Kendalbulur, tapi juga masyarakat umum secara lebih luas.

Anang ingin menyulap desanya menjadi desa wisata. Ide awal yang hanya ingin punya lapangan sepakbola, kemudian berkembang menjadi 'liar' untuk membangun sebuah desa wisata.

ADVERTISEMENT

"Pembuatan desa wisata ini memang masuk dalam visi dan misi saya sebelum terpilih sebagai kepala desa. Sehingga saat sudah jadi kepala desa, kami masukkan ke dalam RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa)," imbuh Anang.

Namun, Anang mengakui, ide tersebut tak langsung diterima begitu saja. Banyak warga yang pesimistis.

"Di RPJMDes itu ada musyawarah desa, tantangan kami waktu itu memberikan pemahaman ke masyarakat. Warga juga sempat bertanya, 'mungkin kah membuat destinasi wisata di desa ini?'" kata Anang.

Warga menilai, membangun desa wisata itu adalah ide yang mustahil. Maklum saja, secara geografis, Desa Kendulbulur tidak punya potensi alam yang bisa menunjang sektor pariwisata.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungPotret Nangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

"Kami itu tidak punya potensi alam seperti gunung, laut, mungkin juga air terjun. Potensi desa itu pertanian, mayoritas petani. Dari 244 hektare, 70 persennya ini adalah sektor pertanian," urai Anang.

Setelah berembuk, semua pun sepakat. RPJMDes yang diketok itu membuahkan hasil bahwa desa tak hanya membangun lapangan sepakbola, namun juga dilengkapi taman desa yang menjadi tempat rekreasi keluarga.

Akhirnya, program desa tersebut mulai berjalan pada 2020. Desa Kendalbulur membuka destinasi wisata bernama Nangkula Park.

"Meskipun belum sempurna, alhamdulillah destinasi wisata yang kami bangun ini tidak hanya dikunjungi warga Tulungagung saja, tapi juga luar Tulungagung," kata Anang.

Nangkula Park sendiri mempunyai beragam keunggulan. Salah satu yang membuat betah wisatawan adalah warna-warni bunga celosia.

"Kalau orang Jawa dulu menyebutnya bunga Jengger, bahasa latinnya celosia. Itu kami budi dayakan di sini sebagai tematik," ucap Anang.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungTugu keris di Nangkula Park. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

Anang mengatakan, Nangkula Park dibangun sesuai dengan selera kekinian. Sangat Instagramable. Pihaknya menyediakan beberapa spot untuk berswafoto.

Selain bunga celosia, Nangkula Park juga mempunyai tugu keris. Menurut Anang, tugu keris tersebut dibangun sebagai identitas kearifan lokal dan untuk menghormati warisan leluhur.

"Sehingga, kalau ada anak-anak TK maupun PAUD berwisata ke sini jadi tahu, ini lho keris sebagai warisan leluhur bangsa kita," katanya.

Ada peran besar Pemprov Jatim di balik pembangunan Desa Wisata Nangkula. Baca di halaman selanjutnya!

Anang menyebutkan, pengembangan destinasi wisata Nangkula Park juga tidak bisa lepas dari peran besar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. Dia mengakui, Pemprov memberikan dukungan besar dan bermanfaat bagi Desa Kendalbulur.

"Tahun 2021 kami mendapat bantuan keuangan senilai Rp 200 juta dari pemprov. Itu kami gunakan untuk pengembangan lahan parkir yang ada di Nangkula," sebutnya.

Tak hanya di sektor pariwisata, Pemprov Jatim juga memberi support untuk BUMDes lainnya di Desa Kendalbulur. Anang memaparkan, desanya memiliki 4 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) lainnya selain destinasi wisata Nangkula Park.

Pertama adalah unit simpan pinjam. Selanjutnya yang kedua ada budi daya tanaman daun jeruk. Ketiga, Desa Kendalbulur mempunyai budi daya mina padi.

"Terakhir kami punya sistem pembayaran online. Jadi warga yang mau bayar pajak kendaraan bermotor dan lainnya nggak perlu ribet lagi," papar Anang.

Pada akhirnya, usaha keras Desa Kendalbulur terbayar lunas. Pada 2021, BUMDes Kendalbulur meraih penghargaan BUMDes terbaik dari Pemprov Jatim. Warga Desa Kendalbulur pun merasa bangga.

"Kami mengapresiasi pemerintah provinsi yang terus memotivasi pemerintah desa dalam memberdayakan ekonomi desa melalui BUMDes-nya. Sehingga, kami bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada di desa. Alhamdulillah, dari modal juara BUMDes, kami pakai lagi untuk mengembangkan potensi lainnya dan tahun ini kami berhasil juara lomba 10 program PKK terbaik di tingkat provinsi Jawa Timur," beber Anang.

Ke depan, Desa Kendalbulur akan terus mengembangkan potensi yang mereka punya. Setelah sempat terpukul badai pagebluk, secara perlahan Desa Kendalbulur terus bangkit.

Desa wisata Kendalbulur melaului BUMDes andalannya terus berinovasi pascapandemi COVID-19. Kendalbulur saat ini mempunyai paket edukasi. Jadi pengunjung yang datang tidak hanya bersenang-senang, tapi juga mendapatkan nilai manfaat lainnya.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungNangkula Park di Desa Kendalbulur, Tulungagung. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

"Hari ini yang kami kembangkan adalah Kampung Kambing. Kami memberikan paket wisata edukasi budi daya kambing, baik kambing biasa maupun kambing etawa. Pengunjung bisa memberi makan hingga mengetahui cara pengolahan susu kambing etawa," kata Anang.

Selain itu, Desa Kendalbulur juga sedang mengembangkan budi daya ikan patin. Lahan pertanian dimanfaatkan sebagian untuk perikanan. Tak sekadar meningkatkan pendapatan desa dari panen ikan hidup, ikan-ikan patin itu juga diolah menjadi produk jajanan.

Desa Kendalbulur juga tetap mengandalkan sektor pertanian. Mereka punya Kampung Tembakau. Pengunjung yang datang bisa mengetahui konsep pembibitan tembakau hingga proses pengolahan tembakau.

"Jadi mulai tahun 2022 ini kami sudah memantapkan menjadi desa wisata yang menjual paket edukasi. Bukan hanya destinasi Nangkula Park yang kami jual, tapi paket edukasi lainnya," tutur Anang.

Anang berharap desanya terus bisa berkolaborasi dengan Pemprov Jatim. Terlebih lagi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga punya pandangan yang sama untuk membangkitkan destinasi wisata di desa-desa.

"Dulu Bu Gubernur Khofifah pernah ke sini. Kami berharap bisa sama-sama maju melalui roadmap paten yang bisa terus mendampingi desa wisata agar bisa terus berkembang lebih maju lagi," harap Anang.

Keberhasilan Desa Kendalbulur ini merupakan buah dari komitmen Pemprov Jatim dalam memberikan pendampingan untuk mengoptimalkan setiap potensi desa. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Jatim, Sinarta menyebut, hal ini sudah tertuang dalam program Gubernur Khofifah.

Program tersebut yakni Jatim Harmoni. Program ini memiliki arti menjaga harmoni sosial dan alam dengan melestarikan kebudayaan dan lingkungan hidup.

"Dalam program Ibu Gubernur Nawa, Bhakti Satya salah satunya ditekankan soal Jatim Harmoni. Di setiap desa pasti memiliki potensi yang luar biasa. Ada yang soal wisata, ada juga lainnya," jleas Sinarta.

"Di sektor pariwisata, tentu usai pandemi COVID-19 ini mereda, desa wisata merupakan garda terdepan untuk memunculkan sebuah destinasi wisata baru saat masyarakat ini, ya... membutuhkan healing," sambungnya.

Gubernur Khofifah wujudkan desa-desa di Jatim berdaya. Baca halaman selanjutnya!

Kehadiran desa wisata, lanjut Sinarta, menjadi sebuah harapan baru bagi masyarakat desa. Dengan pengelolaan yang baik, desa wisata sangat berpotensi untuk memberi penghasilan ke masyarakat desa. Selain itu, desa wisata juga menjadi investasi jangka panjang.

"Karena tren hari ini, masyarakat itu ya setiap akhir pekan jalan-jalan cari tempat wisata baru. Asal desa wisata dikelola dengan baik, rutin dirawat, saya kira ini adalah harapan besar bagi warga di desa, yang khususnya ingin bekerja di sektor pariwisata atau ekonomi kreatif," ujarnya.

Sementara itu, Kabid Destinasi Pariwisata Disbudpar Jatim Susiati menyatakan, peran Disbudpar sendiri adalah memberi pendampingan pada pelaku desa wisata. Ini sesuai dengan harapan Desakendalbulur yang ingin ada roadmap pendampingan desa wisata.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungDesa Kendalbulur jadi salah satu destinasi wisata andalan di Tulungagung. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

"Kami beri pendampingan, misal pelatihan untuk menjadi pemandu wisata yang baik, kemudian terkait homestay juga. Agar masyarakat yang berlibur atau mengunjungi desa wisata ini bisa nyaman," katanya.

Susiati membeberkan, dari data terakhir yang dimiliki Disbudpar Jatim, ada sebanyak 573 desa wisata di Jatim. Jumlah itu, kata Susiati, berpotensi terus bertambah setiap tahunnya.

"Jadi dari 573 tidak semua di bawah pengelolaan BumDes. Ada juga dari Pokdarwis (pembantu sadar kelompok wisata). Semua desa wisata itu kita data, di luar dari 573 itu masih ada yang belum terdata,"bebernya.

Susiati melanjutkan, diperlukan kolaborasi banyak pihak untuk mengelola desa wisata. Antara lain Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jawa Timur, Dinas Koperasi dan UMKM, hingga pemerintah kabupaten setempat.

Sementara itu, guna merajut cita-cita Nawa Bhakti Satya, Gubernur Khofifah juga telah meminta Forum BUMDes menjadi bagian yang memberikan penguatan pada pemberdayaan dan ketahanan desa. Pasalnya, BUMDes yang semakin produktif, mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat hingga desa.

"BUMDes ini menjadi tumpuan sangat banyak sektor. Besar harapan kita akan mampu menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi baru," terang Khofifah.

Gubernur kelahiran Surabaya itu melanjutkan, saat ini banyak kementerian yang menjadikan desa sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan berbagai program strategis. Di antaranya, Desa Devisa dari LPEI, Desa Cantik atau Desa yang mencintai Statistik dari BPS, Kampung Restorative Justice (KRJ) dari Kejaksaan Agung, hingga Desa Wisata dari Kemenparekraf dan sebagainya.

Oleh sebab itu, peranan seluruh stakeholder di lini desa diharapkan bisa membangun desanya lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Hal tersebut, lanjut Khofifah, akan semakin baik jika ada penguatan yang diberikan oleh kampus. Ada penguatan SDM yang dibangun. Sehingga, pentahelix approach benar-benar diimplementasikan di desa dan membawa keberhasilan bagi desa.

"Desa bisa menjadi bagian proses dari berbagai layanan-layanan masyarakat yang lain, pilot project dari beragam kementerian dan lembaga-lembaga negara itu akan menjadi bagian dari proses sentra ketahanan nasional," sebut Khofifah.

"Jawa Timur saat ini memiliki 8.501 desa dan kelurahan. Dari format yang sudah disiapkan sekarang, kita bersyukur bahwa penguatan dari seluruh lembaga-lembaga di desa dan kelurahan berseiring dengan berbagai program pemberdayaan ekonomi serta ketahanan masyarakat," lanjutnya.

Nangkula Park di Desa Kendalbulur, TulungagungGubernur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi Nangkula Park. (Foto: Dokumen Desa Kendalbulur for detikJatim)

Khofifah mengatakan, proses ketahanan nasional dimulai dari unsur pemerintahan terkecil, yaitu desa. Pada dasarnya, lanjut Khofifah, pertahanan nasional berasal dari pribadi-pribadi dan dari entitas terkecil yaitu keluarga. Khofifah berharap pemeintah desa bisa terus memetakan potensi dan berupaya agar desanya jadi lebih tangguh.

"Bahwa dari entitas keluarga, entitas berikutnya adalah RT-RW, lalu entitas berikutnya adalah wilayah administratif terkecil adalah desa. Maka, membangun ketahanan keluarga akan menjadi basis ketahanan desa seterusnya mewujud ketahanan nasional," ucapnya.

Kolaborasi antara desa dengan pemprov itu lah yang menjadi kunci sukses Jatim bangkit. Saat Pemprov Jatim menaruh perhatian, asa desa wisata akan terus berpendar. Ketika desa wisata bisa merawat asanya, maka cita-cita Nawa Bhakti Satya akan terus terajut.

(hil/dte)


Hide Ads