Kilas Balik Penipuan Umrah Pangeran Tour Seret Pemiliknya Jadi DPO

Kilas Balik Penipuan Umrah Pangeran Tour Seret Pemiliknya Jadi DPO

Amir Baihaqi - detikJatim
Selasa, 27 Mei 2025 14:45 WIB
Menyambut HUT ke-78 Kemerdekaan RI, Pangeran Tour and Travel, penyelenggara Umroh yang berbasis di Surabaya, memberikan promo spesial bagi mereka yang ingin beribadah Umroh. Promo spesial berupa diskon Rp4.500.000 diperuntukan bagi Anggota TNI, Polri, Veteran, Guru dan journalist, yang mendaftar selama bulan Agustus 2023.
Andik Setiawan pemilik Pangeran Tour dan Travel yang kini telah ditetapkan jadi tersangka dan masuk DPO (Foto: Dok. Pangeran Tour & Travel)
Surabaya -

Pemilik Pangeran Tour Andik Setiawan telah ditetapkan jadi tersangka dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena dugaan kasus penipuan umrah. Karena hal ini, Satreskrim Polrestabes Surabaya kini memburu Andik.

"Sudah terbit DPO," kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Aris Purwanto, detikJatim, Selasa (27/5/2025).

Kasus penipuan yang menyeret Andik ini terungkap setelah anggota DPR RI Mufti Anam curhat di media sosialnya. Dalam curhatnya itu, ia mengaku jadi korban penipuan umrah yang dilakukan Pangeran Tour dan Travel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mufti menuturkan penipuan yang dialaminya berawal saat ia melihat iklan yang ditawarkan di postingan akun Instagram Andik Setiawan.

Saat itu, ia membaca ada paket umrah iktikaf 10 hari terakhir Ramadan (paket VIP). Adapun fasilitas yang didapat menginap di Hotel Hilton Madinah dan hotel Dar Tawhid Intercontinental Makkah.

ADVERTISEMENT

"Kami tertarik dan pesan untuk lima orang dewasa, dengan free satu anak dan satu bayi. Kami juga menambah pesawat business class untuk lima orang dewasa (anak free) dan paket tambahan tur ke Al Ula," kata Mufti dikutip dari akun IG-nya saat itu.

Singkat cerita, Mufti kemudian melakukan pembayaran keberangkatan umrah. Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening bank atas nama Andik Setiawan dan Pangeran Tour.

Awalnya semua berjalan normal, hingga pada hari H keberangkatan atau 1 April 2024, Mufti dihubungi Andik agar menambah uang pembayaran. Andik berdalih pihaknya salah hitung uang. Jika tak memberikan tambahan uang, Andik menyebut pihaknya tak bisa memberangkatkan karena belum ada tiket pesawat dan hotel.

"Saat itu posisi keluarga kami sudah perjalanan ke Bandara Juanda. Saya tidak sampai hati jika gagal berangkat, maka akhirnya saya transfer nominal yang tidak sedikit," tutur Mufti.

Mufti dan keluarganya pun berangkat. Saat di Tanah Suci, ia dan keluarganya menginap di Hotel Hilton Jabal Omar. Namun, ia kemudian diusir karena dianggap belum membayar.

"Dan hari ini, 5 April 2024 jam 16.00, kami benar-benar harus angkat kaki dari hotel karena travel tidak bisa membayar untuk hari ini dan selanjutnya," tutur Mufti.

"Saya sudah mencoba menghubungi Muassasah, KBRI, dan pihak-pihak berwenang agar segera diambil langkah lebih lanjut agar tidak semakin banyak korban," imbuhnya.

Mufti sendiri di dalam story IG-nya menautkan kasus tersebut ke pihak Polrestabes Surabaya. Ini setelah ada salah satu orang yang mengaku korban menghubungi Mufti dan meminta laporannya dikawal. Korban tersebut mengaku sudah melaporkan kasus itu ke Polrestabes Surabaya.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya saat itu, AKBP Hendro Sukmono membenarkan terkait laporan itu. "Benar, sudah ada korban yang melapor ke kami," kata Hendro.

Namun, Hendro memastikan bukan Mufti yang melapor secara resmi. Melainkan, ada korban lain yang datang dan melapor ke Polrestabes Surabaya.

"Selanjutnya kami akan lakukan langkah penyelidikan perihal laporan tersebut," ujarnya.

Selanjutnya, dalih Andik setelah dipolisikan

Pemilik Pangeran Tour and Travel Andik Setiawan buka suara atas tudingan ini. Kepada detikJatim, ia menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Andik menyebut, ada lima orang termasuk Mufti yang berangkat umrah dan satu anak dan satu bayi. Ia pun mengakui ada kesalahan perhitungan karena kenaikan harga hotel di 10 hari terakhir Ramadan.

"Memang ada salah hitung. Beliau sudah membayar sekitar total Rp 582.150.000. Nah, tapi kan hotel di Makkah itu mengalami kenaikan saat malam (terakhir) 10 Ramadan," ungkap Andik kepada detikJatim saat itu.

Andik menyebut hotel bintang lima yang awalnya dipesan mengalami kenaikan harga hingga Rp 1,5 miliar per 8 hari. Padahal, keluarga Mufti berencana menginap selama 10 hari.

"Akhirnya aku pindahin di hotelnya yang setara itu, yang setara di sebelahnya, Hilton Suites per malamnya itu Rp 64 juta sampai Rp 80 jutaan, tapi beliau tetap mau di Dar Tawhid, travel umrah kan biasanya yang ini nggak bisa, biasanya kan di hotel yang setara," imbuhnya.

Andik mengaku ia tak bermaksud menginapkan jemaahnya hanya sehari hingga disebut diusir. Andik menyebut ia hanya ingin memastikan apakah Mufti sekeluarga berkenan di hotel tersebut.

"Padahal hotel pertama yang katanya beliau itu cuma sehari, bukan sehari, aku mau lihat beliau berkenan nggak di sini, walaupun itu sama mewahnya, ternyata beliau nggak berkenan, dan beliaunya marah," imbuhnya.

Sementara jika di hotel tujuan awal, Andik menyebut ada kekurangan dari pembayaran yang dilakukan Mufti hingga Rp 955 juta. Andik mengakui sempat menahan keberangkatan Mufti karena adanya perbedaan harga tersebut, namun Mufti tetap meminta berangkat.

"Kan sudah perjalanan ke Juanda, aku bilang 'Jangan berangkat dulu gus, masih kurang, nanti bahaya kalau ada harganya tinggi dan di Makkah ada apa-apa, ini harus clear dulu kurang pembayaran Rp 955 juta'. Karena kan ada lonjakan harga di 10 hari terakhir Ramadan karena orang seluruh dunia ngumpul," beber Andik.

"Apalagi sama beliau diubah Makkah 10 hari, sisanya di Madinah sama di Al Ula," tambahnya.

Andik menyebut sempat terjadi tawar menawar pembayaran. Akhirnya, Mufti membayar tambahan Rp 500 juta. Mufti mengusahakan membayar Rp 500 juta dalam waktu 30 menit.

"Tapi itu kan masih ada kurang Rp 400 juta. Habis gitu sampai di Makkah, di Hilton Suite, hotelnya mewah tapi abah nggak berkenan. Padahal ini bukan turun bintang, ini sama-sama dekat dengan Kakbah dan sama mewah," ungkap Andik.

"Akhirnya aku pindahkan ke Makkah Hotel yang sebelah Dar Tawhid, cuma aku pesannya konfirmasinya per hari karena uangnya kurang. Ini kan pembayarannya nggak penuh. Kalau pembayarannya penuh mah aku aman-aman aja. Kalau Makkah Hotel per hari Rp 80 juta, ini 10 hari sudah Rp 800 juta, belum di Madinah, belum transportasinya," imbuh Andik.

Andik mengatakan ia juga telah menawarkan agar Mufti menalangi dulu uang untuk membayar hotel dan akan diganti. Namun, ia juga tak berkenan. Mufti justru menagih refund.

"Kemarin aku sudah berusaha maksimal, aku bilang baik-baik agar Gus Mufti pakai punyanya Gus Mufti dan nanti saya refund. Ini iktikad baikku karena salah hitung. Tapi beliau tak berkenan," paparnya.

Halaman 2 dari 2
(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads