Langkah Imam Khoiri yang hendak mencari rumput dan bambu di sekitar Sungai Lahar, Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Blitar terhenti. Matanya langsung tertuju pada sebuah koper yang tergeletak di antara semak-semak pinggir sungai.
Imam mengira koper tersebut pastinya berisi pakaian. Namun ia ragu untuk turun membukanya hingga tak lama muncul Agus, warga setempat yang tengah melintas. Agus dipanggil Imam untuk turun melihat isi koper.
Tanpa pikir panjang, Agus pun bersedia dengan ajakan Imam. Keduanya lalu turun hendak melihat isi koper warna hitam itu. Namun belum sampai mereka membuka, Imam dan Agus melihat dari sela-sela resleting koper sebuah kaki manusia menyembul dari dalam.
Imam dan Agus pun ciut nyali untuk membuka koper warna hitam itu. Sebaliknya, mereka langsung naik ke atas dan buru-buru melaporkan ke Mujianto, perangkat desa setempat yang kemudian diteruskan ke polisi.
Polisi yang datang lalu membuka koper tersebut. Benar saja, isinya adalah sesosok mayat laki-laki tanpa pakaian dan kepala. Penemuan mayat pada Rabu, 3 April 2019 itu segera membuat geger seantero desa.
Setelah melakukan olah TKP dan pemeriksaan saksi, polisi selanjutnya mengevakuasi mayat tanpa kepala ke rumah sakit untuk diautopsi. Hasilnya, mayat diketahui dari sidik jari sebagai Budi Hartanto, warga Kelurahan Tamanan, Mojoroto, Kabupaten Kediri.
Pria 28 tahun itu sehari-hari dikenal sebagai seorang guru honorer dan pengajar seni tari di SD Banjarmlati II, Kota Kediri. Dari terkuaknya identitas korban, polisi kemudian melakukan penyelidikan termasuk mencari kepalanya yang belum ditemukan.
Polisi juga kemudian mendapatkan email dan password milik Budi dan bisa mengakses Google Maps. Dari situ, polisi selanjutnya melacak riwayat perjalanan Budi yang dikabarkan hilang sejak Selasa, 2 April 2019.
Pada Jumat, 12 April 2019, polisi kemudian mengumumkan telah berhasil menangkap 2 pelaku pembunuhan Budi. Kedua pelaku yakni Aris Sugianto dan Azis Prakoso warga Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Blitar.
Aris diketahui sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi goreng. Ia bisanya berjualan bersama Azis Prakoso di warung yang berada di Desa Sambi, Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Saat ditangkap, polisi memberikan timah panas ke kaki Aris.
Kasus mutilasi Budi pun terungkap. Di hadapan penyidik, keduanya mengaku semua perbuatan kejinya. Sedangkan motifnya tak lain karena asmara sejenis antara Budi dan Aris.
Budi dan Aris diketahui berkenalan melalui aplikasi media sosial Hornet. Aplikasi ini biasanya digunakan para gay untuk saling berinteraksi dan berkenalan. Dari perkenalan ini, Aris dan Budi kemudian menjalin asmara dan bertemu dan berhubungan badan. Seusai melakukan hubungan badan, biasanya Aris selalu memberi uang Rp 100 ribu kepada Budi.
Pembunuhan disertai mutilasi yang dilakukan Aris berawal dari keinginan Aris untuk bertemu dan melakukan hubungan badan sejenis dengan Budi. Namun saat itu, Aris mengaku belum punya uang untuk membayar Budi.
(abq/sun)