Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Jeratan utang membuat seseorang bisa berpikir tidak rasional. Bahkan lebih jauh, tekanan dari para penagih utang itu membuat seseorang ingin mengakhiri hidup. Salah satunya seperti yang dialami Mujiati (32) warga Karangploso, Malang. Dia nekat membunuh anaknya, A (3) lalu bunuh diri.
Berikut ini sejumlah fakta tentang kasus yang memilukan ini. Jenazah ibu dan anak di Karangploso, Malang ini ditemukan di rumah kontrakan yang terkunci dari dalam oleh tetangganya.
1. Ditemukan di Rumah yang Terkunci dari Dalam
Temuan jenazah ibu dan anak itu bermula dari kecurigaan para tetangga. Kepala RT setempat Ahmad Toyib Fadhilah mengatakan bahwa awalnya warga penasaran karena di rumah kontrakan korban tidak terlihat adanya aktivitas seperti biasa.
"Biasanya itu anaknya kalau pagi nangis, tapi hari ini kok enggak kedengaran. Warga penasaran dan mencoba memeriksa rumahnya tapi terkunci dari dalam. Warga lapor saya dan saya datangi memang benar terkunci dari dalam," kata Toyib kepada detikJatim, Jumat (21/7/2023).
Kemudian, warga pun memutuskan untuk memeriksa ke dalam rumah pada tadi sekitar pukul 07.00 WIB. Mereka menemukan jenazah keduanya sudah dalam keadaan mengenaskan.
"Kami akhirnya mencoba mencongkel jendela di bagian kanan dan masuk. Saat dilihat ternyata anaknya tergeletak di kamar bersimbah darah. Terus dicek lagi ibunya ada di dapur posisi tergantung," ujar Toyib.
2. Ditemukan Luka Sayatan di Lengan Kedua Korban
Warga yang menemukan kedua jenazah dalam keadan mengenaskan menemukan luka di lengan mereka, tepat di urat nadi mereka berdua. Baik pada lengan kanan anaknya, maupun di lengan kiri ibunya.
"Ada luka sayat di urat nadinya anaknya. Kami juga mendapati luka sayatan di nadi ibunya," ujar Toyib selaku ketua RT setempat.
Setelah mengetahui kejadian itu, Ahmad dan warga melaporkannya ke perangkat desa dan polisi. Tak berselang lama petugas datang dan melakukan pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
"Jadi setelah melihat kondisi itu, saya pak RW dan warga lainnya melaporkan hal itu ke perangkat desa dan kemudian dilanjutkan kepada aparat kepolisian. Gak berselang lama, petugas langsung datang dan melakukan pemeriksaan di rumah kontrakan korban," terang Ahmad.
3. Suami Tidak Ada di Rumah
Saat kedua jenazah ditemukan warga, suami Mujiati tidak ada di rumah. Informasi yang dihimpun warga setempat, selama beberapa hari terakhir Mujiati hanya tinggal bersama anak perempuannya yang baru berusia 3 tahun. Sedangkan suaminya Anton sudah seminggu pulang ke Probolinggo.
"Yang saya dengar sempat terjadi cekcok antara korban sama suaminya. Terus suaminya sama anaknya itu pulang ke Probolinggo. Gak berselang lama istrinya ini nyusulin ngambil anaknya," ujar ketua RT setempat Ahmad Toyib Fadhilah pada Jumat (13/7/2023).
Thoyib mengaku tak menyangka korban dan anaknya berakhir tewas dengan mengenaskan. Sebab, selama ini suami istri itu dikenal merupakan sosok yang baik dan berbaur dengan warga setempat.
"Si ibu ini biasanya ikut istigasah dan berbaur dengan warga setempat. Suaminya pak Anton ini juga sama baik orangnya. Biasanya juga ngajari anak-anak muda itu bengkel sepeda motor, karena dia kan kerja di salah satu bengkel yang saya tahu," terang Ahmad.
Temuan pisau hingga motif yang mendorong ibu nekat akhiri hidup anak dan hidupnya sendiri. Baca di halaman selanjutnya.
(dpe/fat)