Janggalnya Kematian Suami Instruktur Senam yang Tak Dilaporkan ke Polisi

Janggalnya Kematian Suami Instruktur Senam yang Tak Dilaporkan ke Polisi

Denza Perdana - detikJatim
Minggu, 19 Feb 2023 06:30 WIB
Polisi dibantu warga menggali sejumlah barang milik almarhum suami instruktur senam yang dikubur di belakang rumah
Polisi dibantu warga menggali pakaian hingga seprei berlumur darah yang dikubur di belakang rumah. (Foto: Sugeng Harianto/detikJatim)
Ngawi -

Sabtu pagi selepas Subuh Romdan (45) ditemukan tewas bersimbah darah di kamarnya. Jenazah pria itu pertama kali ditemukan oleh istrinya Hanis (35) yang tinggal serumah.

Hanis yang dikenal sebagai instruktur senam di Desa Sirigan dan desa lain di wilayah Kecamatan Paron, Ngawi menemukan luka di kepala suaminya yang sehari-hari adalah petani.

Kematian Romdan itu meninggalkan kejanggalan. Bukan bagi Hanis, tapi justru bagi kepala desa, perangkat desa, dan juga warga sekitar yang menjadi tetangga mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama kali yang dilakukan Hanis setelah menemukan suaminya tewas bersimbah darah dengan luka di kepala adalah menghubungi keluarganya.

Sebab, Hanis tinggal di rumah itu hanya bersama Romdan dan anak laki-lakinya yang saat ini masih duduk di bangku SMP. Dia meminta bantuan keluarga untuk mengurus suaminya.

ADVERTISEMENT

Anehnya, pihak keluarga yang datang ke rumahnya diduga langsung memindahkan jenazah Romdan ke ruang tamu. Keluarga juga memutuskan tak melapor ke polisi.

Hal itu membuat bingung Kades Sirigan Suyanto yang segera datang ke rumah duka setelah mendapat kabar kematian Romdan pada pukul 06.00 WIB.

"Saya datang sudah tergeletak di lantai ruang tamu. Mungkin dipindah oleh keluarga karena infonya saat ditemukan meninggal di kamar," kata Suyanto kepada detikJatim, Sabtu (18/2/2023).

Suyanto dan perangkat desa setempat semakin dibuat bingung ketika sarannya kepada keluarga Romdan agar melapor ke polisi ditolak. Padahal dia menilai kematian Romdan janggal.

Keluarga Romdan bahkan meminta agar dirinya dan perangkat desa, juga warga setempat tidak melapor, karena mereka tidak ingin peristiwa kematian Romdan diketahui oleh polisi.

"Pihak keluarga korban namanya Pak Suroto yang melarang warga laporan ke Polisi. Alasannya agar tidak diperpanjang dan karena keluarga sudah ikhlas, gitu," papar Suyanto.

Tidak hanya itu keluarga Romdan juga langsung memakamkan jenazah. Karena tidak bisa berbuat dan merasa tidak berwenang, Suyanto bersama warga menuruti permintaan keluarga.

Jenazah Almarhum Romdan dimakamkan Sabtu pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Suyanto mengatakan bahwa warga setempat turut pemakaman di TPU desa setempat.

Tetap terdengar polisi. Baca di halaman selanjutnya.

Kabar kematian Romdan yang janggal tetap terdengar oleh polisi meski tidak ada laporan yang masuk baik dari keluarga maupun dari perangkat desa setempat.

Polisi menyelidiki kematian suami instruktur senam yang ditemukan bersimbah darah dengan luka di kepala. Kejanggalan makin menjadi serela polisi menemukan barang bukti.

"Memang kami temukan kejanggalan saat proses penyelidikan. Anggota menemukan barang bukti berlumur darah terkubur di belakang rumah korban," ujar Kapolres Ngawi AKBP Dwiasi Wiyatputra.

Dwiasi merinci sejumlah barang bukti yang terkubur di belakang rumah korban dengan kondisi berlumur darah itu adalah pakaian, bantal, sprei, dan sarung yang diduga milik korban.

Kasat Reskrim Polres Ngawi AKP Agung Joko Haryono mengungkapkan bahwa barang bukti itu ditemukan atas petunjuk saksi tetangga korban yang turut membantu penggalian.

"Penemuan barang bukti atas petunjuk informasi dari tetangga dan saat ini beberapa saksi masih kami mintai keterangan di Polsek Paron," kata Agung.

Pada akhirnya polisi memutuskan untuk membawa Hanis istri Almarhum Romdan ke Polres Ngawi untuk dimintai keterangan. Anak Hanis turut dibawa serta ke kantor polisi.

"Kami bawa istri korban untuk dimintai keterangan atas meninggalnya suaminya, karena memang ada kejanggalan. Termasuk anaknya" kata Kapolres AKBP Dwiasi.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads