Kasus pelajar Sidoarjo yang tewas usai ujian silat terungkap. Sudah ada 4 pelaku yang ditetapkan sebagai tersangka. Korban diduga dianiaya oleh keempat tersangka dengan cara dipukul dan ditendang di bagian punggung, dada, dan perut. Korban meninggal akibat luka pada organ dalam perutnya.
Peristiwa penganiayaan itu dialami oleh Almarhum Alif Risky (17) saat Ujian Kenaikan Tingkat di salah satu perguruan silat di Sidoarjo. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (11/9) siang sekitar pukul 11.00 WIB, di Jalan Lingkar Timur Sidoarjo.
Kapolresta Sidoarjo Kombes Kusumo Wahyu Bintoro menyatakan ada 4 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah kakak senior sekaligus pelatih korban. Mereka diduga melakukan penganiayaan hingga menyebabkan Alif Risky meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pun keempat pelaku yang ditetapkan menjadi tersangka adalah Eko Adi Nugroho (25) warga Perum Istana Residence, Ds Grogol, Tulangan, Sidoarjo sebagai Koordinator Kepelatihan PSHT Sidoarjo.
Selain itu ada Frebriansyah Listyo Legowo (19) warga Desa Sidokumpul, Sidoarjo, selaku penguji. Kemudian Muhammad Risky Sulistyono (18) warga Perum Magersari, Magersari, Sidoarjo selaku Penguji. Serta MAS (16) warga Desa Kemiri, Kecamatan Sidoarjo.
"Para pelaku melakukan kekerasan fisik terhadap korban dengan cara memukul dan menendang pada bagian perut sehingga mengakibatkan korban meninggal sewaktu menjalani perawatan medis di RSUD Sidoarjo," kata Kusumo di Mapolresta Sidoarjo, Selasa, (21/9/2022).
Kronologi penganiayaan pelajar Sidoarjo saat ujian silat.
Dalam konferensi pers hari ini di Markas Polresta Sidoarjo Kusumo menjelaskan kronologi kejadian penganiayaan tersebut.
1. Ujian kenaikan tingkat diikuti puluhan peserta
Hari itu, sejak Minggu siang, perguruan silat tempat korban bergabung mengadakan kegiatan ujian kenaikan tingkat. Ada 56 siswa termasuk korban yang menjadi peserta ujian kenaikan sabuk itu.
Ada 3 (tiga) Pos yang harus diikuti yakni Pos 1 Senam, Pos 2 Jurus, dan Pos 3 Pasangan. Korban Alif Risky pada saat itu sudah mengikuti 2 pos ujian. Penganiayaan terjadi saat dirinya sedang menjalani ujian pos 3.
2. Mengeluh pusing dan tidak kuat
Kusumo menjelaskan, sebenarnya korban sudah menyatakan kepada para senior sekaligus pelatihnya bahwa dirinya sedang pusing dan merasa sudah tidak kuat.
"Sewaktu korban bersama 9 orang lain berada di Pos 3 pada materi pasangan, ia mengeluh pusing dan tidak kuat kepada penguji. Melihat korban tidak serius mengikuti ujian dan sering salah saat melakukan gerakan ujian, kemungkinan pelaku melakukan pemukulan dan tendangan ke arah perut," ujarnya.
3. Korban dianggap tidak serius menjalani ujian
Para pelaku menganggap korban tidak serius. Kepada polisi para pelaku mengaku merasa jengkel dan sempat bertanya kepada korban. "Kamu niat apa enggak?" Korban pun menjawab, "nggih (ya) mas." Demikian disampaikan Kusumo saat konferensi pers. Setelah itu para pelaku tetap menghukum korban untuk dengan memintanya membungkuk kemudian sempat memukul punggungnya 2 kali.
"Selanjutnya para pelaku menyuruh korban posisi kuda-kuda dan tahan nafas kembali memukul ke arah dada korban sebanyak 2 kali dengan lengan tangan kanan, dan memukul dengan cara swing ke arah perut dan dada sebanyak 2 kali, setelah itu menendang perut korban dengan kaki kanan, lalu pelaku pergi mengetes siswa yang lain," kata Kusumo.
4. Tendangan terakhir sebelum korban tumbang
Pelaku yang terus mengawasi gerakan ujian korban mengaku melihat korban tidak sungguh-sungguh saat ujian. Pelaku kembali menarik korban keluar barisan dan diberi hukuman kuda-kuda tengah dipukul 2 kali mengenai perut menggunakan tangan kanan, lalu menyuruh korban masuk lagi ke barisan.
Karena menganggap korban cengengesan, pelaku memukul korban dengan siku hingga jatuh terlentang. Saat itulah korban protes dan mengumpat "wes hancok koen iku, ndasku iki mumet, ngelu. Wes gak ngereken aku!"
Mendengar ucapan korban pelaku kembali memukul dengan memberikan aba-aba 'tarik nafas, tahan perut!'. "Kemudian pelaku memukul korban ke arah perut namun ditangkis korban. Selain dipukul korban ditendang ke arah perut 1 kali hingga sempoyongan lalu jatuh telentang," kata Kusumo.
5. Korban yang tidak sadarkan diri dilarikan ke rumah sakit
Saat korban dalam keadaan tidak sadarkan diri kemudian korban dilarikan ke RSUD Sidoarjo. Selanjutnya pukul 18.00 WIB korban dinyatakan meninggal sewaktu menjalani perawatan medis.
"Pada pemeriksaan dalam ditemukan pendarahan pada kelenjar perut (selaput). Ditemukan memar pada hati. Kelainan tersebut di atas (karena) kekerasan tumpul. Sebab kematian korban ini karena trauma tumpul di (bagian) perut," ujar Kusumo.