Tata ruang dan arsitektur Ereveld Kembang Kuning bukan cuma unik tetapi sarat makna. Ereveld Kembang Kuning yang dikelola Oorlogsgravenstichting (OGS) atau Yayasan Pemakaman Perang Belanda adalah pemakaman bagi para prajurit Belanda dan prajurit pribumi anggota Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) yang gugur di medan perang.
Ereveld atau Taman Makam Kehormatan Kembang Kuning Surabaya merupakan Ereveld kedua terbesar di Indonesia setelah Semarang. Taman ini dirancang dengan keindahan yang berpadu nilai sejarah di kawasan Surabaya Barat, di lahan seluas 4,5 hektare. Susunan makam yang rapi serta elemen estetika yang khas menjadikan tempat ini berbeda dibandingkan Taman Makam Kehormatan lainnya.
Opzichter Ereveld Kembang Kuning, Audry S. Latuputty menjelaskan pemeliharaan dan perawatan makam prajurit Belanda ini memakai metode khusus. Nisan di makam ini dipelihara secara berkala bahkan ditata agar tetap lurus dan tertata dengan menggunakan tali oleh para pekerja yang direkrut OGS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menggunakan tali untuk memastikan batu nisan tetap lurus dan sejajar. Bahkan pelurusan ini dilakukan setiap dua hingga tiga bulan sekali. Untuk memastikan kerapian tata ruang, setiap batu nisan diluruskan menggunakan tali. Ini bagian penting dari perawatan makam," ungkapnya kepada detikJatim, Selasa (17/12/2024).
Bukan hanya itu, dalam kurun waktu tertentu setiap nisan akan dibersihkan dengan sabun dan air sebelum diluruskan dengan tali agar tetap sejajar. Perawatan ini dilakukan secara rutin setiap 2 hingga 3 bulan sekali.
Soal penataan, tata letak makam juga memperhatikan arah sesuai keyakinan agama para korban perang. Misalnya, makam Muslim ditempatkan menghadap kiblat di ujung makam, sedangkan makam lainnya disusun tanpa memandang pangkat atau status.
![]() |
Tak hanya susunan, jenis batu nisan juga memiliki ciri khas. Audry menjelaskan bahwa bentuk nisan, seperti salib sederhana, salib dengan ornamen, atau lingkaran untuk umat Buddha, mencerminkan keyakinan para korban.
"Tanda salib sederhana untuk pria, salib berhias untuk wanita, dan lingkaran untuk umat Buddha. Semua ini dirancang dengan penuh makna," katanya.
Ereveld ini juga memiliki makam massal berbentuk tameng yang menjadi simbol perlindungan. Makam ini diperuntukkan bagi korban perang yang dipindahkan dari daerah lain, terutama dari Indonesia Timur.
Namun, menurut Audry, tantangan terbesar perawatan komples makam kehormatan bagi prajurit Belanda ini adalah kondisi tanah di Surabaya Barat yang cenderung bergerak. Tim Ereveld terus melakukan perbaikan dengan cara menguruk tanah setiap tahun.
"Tanah clay di sini sering pecah saat musim kemarau dan sulit menyerap air saat musim hujan. Tapi kami terus memperbaiki agar area ini tetap kokoh. Setiap tahun kami uruk tanah baru demi menjaga kestabilan. Ini tantangan besar," kata Audry.
Ke depan, Ereveld Kembang Kuning juga akan dilengkapi dengan kios informasi digital untuk memberikan edukasi kepada pengunjung. Fasilitas ini direncanakan selesai pada awal tahun depan.
"Kami ingin tempat ini menjadi sumber pembelajaran sejarah bagi masyarakat luas, sekaligus mengenang jasa para korban perang," tandas Audry.
(dpe/iwd)