Masih ingat model meja atau bangku sekolah yang menyatu dengan kursi? detikers pasti masih ingat bangku sekolah peninggalan zaman Belanda.
Siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) di Banyubang, Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, Lamongan ini masih memanfaatkan bangku tersebut untuk proses belajar mengajar lho!
Berbeda dengan bangku sekolah lain yang modelnya terpisah antara meja dan kursinya. Sementara warna bangku coklat tua ini terbuat dari kayu jati. Jumlahnya pun sekitar 20 buah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sebanyak 20 bangku sekolah masa Belanda yang hingga kini masih kita pakai untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah ini," kata salah satu guru SDN Banyubang, Sugeng Hariadi saat berbincang dengan wartawan, Rabu (9/10/2024).
Dia mengaku model sekolah peninggalan Belanda ini memiliki desain yang unik karena meja dan kursi dijadikan satu atau digandeng. Kursi di bangku sekolah zaman Belanda ini berbentuk memanjang yang bisa ditempati dua siswa. Berbeda dengan model meja dan kursi saat ini.
Sementara bentuk permukaan meja, bagian ujung depan sekitar 10 cm dibuat datar dan diberi cekungan untuk meletakkan alat tulis. Permukaan meja yang lebih luas dibuat agak miring ke arah siswa. Tentu saja posisinya bisa lebih nyaman saat menulis ataupun membaca.
Namun pihak sekolah tidak mengetahui dokumen pemberian bangku sekolah zaman Belanda tersebut.
"Kalau saya sendiri secara pribadi sebenarnya masih kurang jelas. Karena data-data, dokumen sudah tidak ada, seperti dokumen pendirian dan sebagainya tapi bangku sekolah ini memang sudah lama ada," ujarnya.
Data yang ada di sekolah ini, menurut Sugeng, hanya data tertulis di daun pintu almari sekolah yang diperkirakan dibuat pada zaman Belanda. Berdasarkan data dokumen yang tertulis di daun pintu almari, kata Sugeng, bangku-bangku tersebut dibuat tahun 1918.
"Itu yang masih kita percayai di situ (Tertulis di daun pintu almari)," aku Sugeng.
Meski telah berusia ratusan tahun, namun bangku-bangku ini masih terlihat kokoh dan masih sangat layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Selain karena berbahan kayu jati, kuat dan kokohnya bangku sekolah model kuno ini tidak lepas dari upaya pihak sekolah yang rajin merawat bangku-bangku tersebut agar tetap terjaga kelestariannya.
"Kami perbaiki bagian-bagian yang rusak atau bagian yang sudah dirusak oleh siswa-siswa terdahulu. Seperti guratan atau coretan di meja, itu kita tutup pakai plamir, sehingga permukaannya kembali rata dan halus," tuturnya.
Dari cerita tutur warga sekitar, ungkap Sugeng, SDN Banyubang dulunya masih menjadi sekolah rakyat dan hanya memiliki tiga kelas. Pada awal berdiri, SDN Banyubang menjadi tempat belajar anak-anak dari berbagai desa sekitar Banyubang. Sebab saat itu belum ada sekolah lain berdiri.
"Di tahun 1918, saat didirikan itu ada kelas 1 sampai kelas 3. Baru tahun 1956, ada kelas 4,5 dan 6. Kemudian baru ketika ada inpres dari Presiden, sekolah SD didirikan, yang kemudian disebut SD inpres. Untuk SD Banyubang ini disebut SD induk," paparnya.
Hingga kini bangku-bangku itu hanya tersisa 20 buah. Baik pihak guru dan siswa berharap, bangku sekolah peninggalan Belanda tersebut tetap ada dan bisa digunakan untuk proses belajar mengajar sebagai pengingat dan kebanggaan tersendiri bagi SD Negeri Banyubang.
(abq/fat)