Ribuan penari Turangga Yaksa Trenggalek memecahkan rekor yang dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (Muri). Tari kolosal itu dimainkan para pelajar mulai dari jenjang SD hingga SMA.
Dalam aksinya, ribuan penari yang berdandan tradisional lengkap dengan membawa cambuk dan jaranan berkepala raksasa, tampak kompak menari dengan iringan musik tradisional jaranan.
Ketua Panitia Didit Sasongko mengatakan pemecahan rekor Muri tersebut merupakan salah bagian dari rangkaian upacara adat Ngetung Batih. Tari Turangga Yaksa dimainkan oleh 2.708 penari yang berasal dari 10 desa di Kecamatan Dongko, serta kelompok Pramuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita memilih tari Turangga Yaksa ini karena merupakan tarian khas Kabupaten Trenggalek yang lahir dari Kecamatan Dongko ini," kata Didit Sasongko di lapangan Kecamatan Dongko, Minggu (7/7/2024).
Didit berharap dengan pemecahan rekor tersebut tarian khas Trenggalek semakin dikenal luas di seluruh Indonesia dan tidak diklaim oleh daerah maupun negara lain.
"Alhamdulillah antusiasme peserta cukup tinggi. Ini peserta yang hadir berasal dari SD sampai dengan SMA. Luar biasa," ujarnya.
Perwakilan Muri, Sri Widayati mengatakan pemecahan rekor ini rencananya akan diikuti oleh 2.500 peserta, namun setelah dilakukan verifikasi lapangan, jumlah penari yang hadir mencapai 2.708 orang.
"Ini kami catatkan sebagai tari Turangga Yaksa dengan jumlah peserta terbanyak yaitu 2.708 peserta. Ini antusiasmenya luar biasa, kami catatkan dalam kategori rekor dunia. Tercatat sebagai rekor ke-11.718," kata Sri Widayati.
Penghargaan Muri tersebut dianugerahkan kepada panitia upacara Ngitung Batih, Kecamatan Dongko, Trenggalek selaku pemrakarsa kegiatan.
Sri mengaku upaya yang dilakukan panitia cukup sukses, karena meskipun penyelenggara kegiatan hanya tingkat kecamatan, namun berhasil menggelar tari kolosal dengan jumlah ribuan peserta.
Bahkan lanjut dia, guyuran hujan deras tidak menyurutkan para peserta yang hadir untuk menari bersama.
(abq/iwd)