Asal-usul Tari Jaranan Turonggo Yakso Trenggalek dan Ragam Gerakannya

Asal-usul Tari Jaranan Turonggo Yakso Trenggalek dan Ragam Gerakannya

Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Rabu, 29 Nov 2023 15:00 WIB
Jaranan Turonggo Yakso asal Trenggalek.
Jaranan Turonggo Yakso asal Trenggalek. Foto: Jadesta Kemenparekraf
Trenggalek -

Keberadaan kesenian dan budaya erat kaitannya dengan sistem budaya dalam suatu masyarakat. Seperti kesenian jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek. Kesenian ini menjadi salah satu kesenian yang merepresentasikan budaya setempat.

Berikut ulasan mengenai kesenian turonggo yakso yang dikutip dari jurnal berjudul Fungsi, Bentuk, dan Makna Gerak Tari Jaranan Turonggo Yakso, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek yang ditulis oleh Tri Rusianingsih dan Yuddan Fijar Dugma Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Tarian Jaranan Turonggo Yakso

Jaranan turonggo yakso berkembang di daerah Trenggalek. Tepatnya, turonggo yakso merupakan kesenian rakyat yang berasal dari Kecamatan Dongko. Adapun kesenian ini diciptakan sebagai salah satu wujud agraris masyarakat Dongko, yang memang sebagian besar masyarakatnya seorang petani.

Kesenian ini diciptakan Pamrih pada 1979. Kesenian ini berwujud jaran atau kuda yang berkepala buto atau raksasa dengan rambut lebat tergerai. Adapun tunggangan untuk penari turonggo yakso dibuat dari kulit sapi atau kerbau, yang kemudian dibentuk menyerupai wujud kuda berkepala sapi.

ADVERTISEMENT

Tarian ini diciptakan berawal dari kepedulian seseorang bernama Teguh untuk mempertahankan ritual baritan. Oleh karenanya, Pamrih pun menciptakan tari ini yang gerakannya didapatkan dari gerakan para petani Dongko.

Kemudian gerakan raksasa (buto) ini ditambahkan sebagai wujud kekuatan tarian. Kesenian ini kerap kali dipertunjukkan untuk hiburan dalam ritual baritan. Selain itu, kesenian ini juga menjadi hiburan untuk masyarakat dalam pagelaran festival.

Gerakan Tari Jaranan Turonggo Yakso

Tarian jaranan turonggo yakso yang diciptakan Pamrih ini memiliki dua ragam gerak pokok. Yaitu ukel atau gerak baku dan lawung atau gerak peralihan.

Gerakan ini didapatkan dari latar belakang masyarakat Dongko yang mayoritas petani. Berikut rincian gerakan pokok Turonggo Yakso.

1. Gerak Baku (Ukel)

  • Budalan: gerakan ini diambil dari gerakan bapak dan ibu petani yang berangkat ke sawah.
  • Sembahan: gerakan ini sebagai wujud gerakan nenuwun yakni sikap memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Negar sengkrak: ragam gerak ini yakni menggambarkan petani yang mengelilingi sawah atau berjalan di pematang.
  • Sengkrak gejuk: ragam gerak ini digambarkan ketika petani mencangkul sawah.
  • Sirik gejuk: gerakan ini menampilkan petani yang menanam padi (tandur).
  • Gagak lincak: gerakan ini menampilkan petani yang sedang membersihkan rumput (matun).
  • Lompat gantung: gerakan ini menggambarkan gerakan petani ketika memupuk tanaman padi.
  • Lompat gejuk: gerakan ini menggambarkan petani yang memanen padi.
  • Makan minum: gerakan ini menggambarkan petani yang sedang makan dan minum.
  • Perang-perangan atau bersenang-senang/gegojekan: gerakan ini menampilkan petani yang sedang panen. Adapun gerakan ini terbagi menjadi dua yakni gerakan sikut-sikutan dan tiban.
  • Pulang, ulih-ulihan: gerakan ini menampilkan petani yang selesai bekerja di sawah (pulang).

2. Gerak Tambahan (Lawung)

  • Lawung lumaksono: gerakan ini dilakukan dengan cara berjalan dengan gerakan melangkah ke depan secara bergantian.
  • Lawung lampah tigo: ragam gerak ini menampilkan gerakan melangkah ke depan dan ke belakang.
  • Lawung ngigel: gerakan berjalan ini dilakukan dengan menggerakkan bahu badan
  • Lawung nggareng: gerakan ini dilakukan dengan cara menggerakkan kaki meniru wayang gareng.
  • Lawung reting: gerakan ini dilakukan dengan kaki yang bergerak ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
  • Lawung tolehan: gerakan berjalan ini dilakukan dengan kaki kanan dan kiri menyamping diikuti dengan gerakan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri.

Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads