Tak banyak yang tahu tentang Mbah Sholeh, seorang tokoh yang sangat disegani warga Karang Tembok, Pegirian, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Namanya sangat harum di daerah tersebut, bahkan dipercaya sebagai sesepuh pembabat alas Kampung Karang Tembok.
Sosok Mbah Sholeh atau Mbah Sahri dimakamkan di Jalan Kampung Tembok V-B, belakang Rumah Sakit Husada Prima. Banyak cerita yang terjadi di kampung sekitar pesarean tersebut.
Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Karang Taruna Kecamatan Semampir, Gatra Nugraha mengatakan pernah ada peristiwa aneh yang terjadi saat pesta pernikahan di daerah tersebut. Hal ini terjadi sebab sang pemilik acara tidak mengadakan tasyakuran di Makam Mbah Sholeh sebelum menggelar hajatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu saya masih kecil kira-kira SD (tahun 1990-an), kampung seberang mempunyai hajatan nikahan tiba-tiba soundnya terbakar. Kebetulan hajatnya tepat sejajar dengan Makam (Mbah Sholeh)," kata Gatra kepada detikJatim, Kamis (6/6/2024).
"Ada salah satu orang seberang (yang memiliki kekuatan) supranatural mengatakan bahwa yang punya hajat ini tidak melakukan sowan atau bancaan di salah satu makam yang ada di Karang Tembok. Sampai saat ini orang seberang apabila ada hajatan yang sejajar dengan makam beliau selalu melakukan bancaan," lanjutnya.
Di era yang sama, sempat ada seorang warga yang kesurupan dan menyampaikan wejangan. Masyarakat meyakini bahwa penunggu daerah tersebut yang berbicara.
"Pernah ada yang dirasuki terus mengatakan apabila ada membuat kotor wilayah sini, saya tak segan untuk membuat sakit, sebab Mbah Sholeh ini orang baik," ujar Gatra.
Selain itu, penduduk sekitar juga memiliki penanda bila akan ada masa sulit yang menimpa Kampung Karang Tembok. Konon, ada kereta kuda gaib yang mengelilingi kampung mereka sebelum masa tersebut tiba.
"Jika terdengar suara kuda dan delman mengelilingi kampung, berarti (akan) ada paceklik yang menimpa Kampung Karang Tembok. Terakhir saya mendengar suara itu tahun 2015," ungkap Gatra.
Sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Sholeh, warga Karang Tembok memiliki tradisi yang tak lekang oleh waktu. Warga rutin melakukan haul di kampung seminggu setelah Idul Adha.
"Tepat seminggu setelah Idul Adha, warga melaksanakan kirab dan haul. Pelaksanaanya hanya berbeda hari. Kirab dilaksanakan sehari sebelumnya untuk menandakan jika besok akan ada haul (Mbah Sholeh)," terang Gatra.
Haul digelar para sesepuh di komplek Pesarean Mbah Sholeh dengan kerja bakti membersihkan makam dan mendoakan sang tokoh, kemudian dilanjut makan bersama. Sementara kirab, menurut Gatra, merupakan aktivitas yang relatif baru diinisiasi pemuda setempat.
"Kirab sudah dilakukan sekitar tiga tahun. Kegiatannya membuat berbagai karya seni untuk hiasan kampung dan berkeliling gang-gang di kampung dengan pakaian tradisional. Nanti kalau sudah selesai, pemuda bagi-bagi jajan ke anak-anak kecil yang ikut," pungkasnya.
(irb/iwd)