Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu ini mengusung tajuk 'Grebek Kupat Tumpeng Syawalan'. Ada sebanyak 1.445 ketupat yang disusun menjadi gunungan atau tumpeng.
Rangkaian kegiatan itu diawali mengarak gunungan ketupat dan hasil bumi dari rumah Dinas Wali Kota Batu di Jalan Panglima Sudirman menuju Masjid An Nuur di Jalan Gajah Mada, Kota Batu.
Tiba di lokasi sejumlah tokoh spiritual mulai membacakan doa. Selanjutnya, warga pun mulai menggerebek gunungan ketupat dan hasil bumi yang tersedia.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief As Shidiq mengatakan kegiatan ini digelar untuk menjaga tradisi leluhur di momen lebaran ketupat. Ia berharap event yang baru pertama kali digelar ini bisa berlanjut di tahun-tahun berikutnya.
"Saya berharap di tahun-tahun depan event ini bisa digelar setiap tahun dengan lebih baik dan tertata lagi,'' harapnya.
Ia menyampaikan bahwa ketupat dalam tradisi Jawa memiliki makna filosofis untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan. Ketupat berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu 'ngaku lepat' yang artinya mengakui kesalahan dan laku papat, empat tindakan.
Tradisi ini diawali salah satu Wali Songo Sunan Kalijaga yang mengawinkan budaya Jawa dan prinsip-prinsip Islam.
''Ini sebagai bentuk Nguri-uri budaya kupatan dalam tradisi Jawa yang telah dilakukan leluhur kita menjaga tali persaudaraan antar sesama,'' tandasnya.
(dpe/iwd)