Makna Lebaran Ketupat dan Hukumnya dalam Islam

Makna Lebaran Ketupat dan Hukumnya dalam Islam

Najza Namira Putri - detikJatim
Selasa, 16 Apr 2024 18:00 WIB
Selected Focus Ketupat Lebaran, served with Sambal Goreng Kentang, Opor Ayam and Telur Semur. Traditional Celebratory Menu during Eid al-Fitr and Eid al-Adha in Indonesia
Ilustrasi (Foto: Getty Images/Aufa Fahmi)
Surabaya - Lebaran ketupat jadi tradisi unik, termasuk masyarakat muslim di Jawa. Lebaran ketupat ini mengandung makna tersendiri.

Perayaan lebaran ketupat dilakukan seminggu seusai Hari Raya Idul Fitri. Pada tahun ini, lebaran ketupat jatuh pada Rabu, 17 April 2024.

Simak makna lebaran ketupat dan hukumnya dalam Islam berikut ini:

Makna Lebaran Ketupat

Melansir website Nahdlatul Ulama (NU), Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Subchi A Fikri menjelaskan ketupat mempunyai makna khusus.

Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa adalah kependekan dari Ngaku Lepat dan Ngaku Papat. Arti dari ngaku lepat adalah mengakui kesalahan, sedangkan ngaku papat berarti empat tindakan dalam perayaan Lebaran.

Pertama, lebaran yang bermakna usai, sebagai tanda berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang berarti pintu ampunan terbuka lebar.

Kedua, luberan yang berarti meluber atau melimpah sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Seperti memberikan zakat sebagai wujud kepedulian sesama manusia.

Selain itu, ada beberapa makna filosofis dari ketupat. Subchi menyebutkan ketupat merefleksikan kesalahan-kesalahan manusia. Hal ini dilihat dari rumitnya membuat bungkusan ketupat.

Ketupat juga bisa dimaknai sebagai kesucian hati. Ketika ketupat dibuka, maka terlihat nasi putih yang menggambarkan kebersihan dan kesucian hari setelah meminta ampunan atas kesalahan.

Subchi menambahkan, ketupat merefleksikan kesempurnaan. Bentuk ketupat yang sempurna dianalogikan kemenangan kaum Muslim usai sebulan berpuasa lalu merayakan lebaran.

Hukum Merayakan Lebaran Ketupat

Hukum perayaan lebaran ketupat dalam Islam diperbolehkan. Menurut KH Ma'ruf Khozin perayaan ketupat bukan tambahan ibadah hanya bentuk mengantar sedekah makanan berupa ketupat.

Menurut Syekh Athiyyah, mufti Mesir menjelaskan:

ﻭﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺩﻳﻨﻰ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ اﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻌﻴﺪﻯ اﻟﻔﻄﺮ ﻭاﻷﺿﺤﻰ، ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﻨﺼﻮﺹ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺎﻟﻬﺠﺮﺓ ﻭاﻹﺳﺮاء ﻭاﻟﻤﻌﺮاﺝ ﻭاﻟﻤﻮﻟﺪ اﻟﻨﺒﻮﻯ

Artinya: (Hukum memperingati hari besar) kaitannya dengan agama ada dua. Pertama, adalah dijelaskan dalam agama seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua, tidak dijelaskan dalam agama seperti hijrah, Isra' dan Mi'raj, serta Maulid Nabi.

ﻓﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﺸﺮﻭﻉ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﺆﺩﻯ ﻋﻠﻰ اﻟﻮﺟﻪ اﻟﺬﻯ ﺷﺮﻉ، ﻭﻻ ﻳﺨﺮﺝ ﻋﻦ ﺣﺪﻭﺩ اﻟﺪﻳﻦ، ﻭﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎ ﻋﻠﻴﻪ، ﻓﻠﻠﻨﺎﺱ ﻓﻴﻪ ﻣﻮﻗﻔﺎﻥ، ﻣﻮﻗﻒ اﻟﻤﻨﻊ ﻷﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻣﻮﻗﻒ اﻟﺠﻮاﺯ ﻟﻌﺪﻡ اﻟﻨﺺ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻌﻪ

Artinya: Perayaan yang dijelaskan dalam Islam hukumnya disyariatkan dengan syarat dilakukan sesuai perintahnya. Dan perayaan yang tidak dijelaskan dalam Islam maka bagi umat Islam ada 2 pendapat. Ada yang melarang karena dianggap bid'ah. Ada juga yang membolehkan karena tidak ada dalil yang melarangnya.

Selain itu, dalam Fatwa Al-Azhar, Juz 10, halaman 160 menjelaskan bahwa apapun bentuk perayaan yang baik adalah tidak apa-apa, selama tujuannya sesuai dengan syariat dan rangkaian acaranya masih dalam koridor dalam Islam. Boleh saja peringatan itu disebut perayaan. Sebab yang dinilai adalah substansinya, bukan namanya

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(irb/fat)


Hide Ads