Keragaman budaya Indonesia dapat terwujud salah satunya melalui tradisi. Di Jawa, terdapat satu tradisi yang dinamai Brokohan. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut kelahiran bayi.
Tradisi Brokohan dapat dijumpai di Desa Tunggalpager, Mojokerto. Brokohan menjadi momen penting merayakan kelahiran sang bayi. Caranya dengan membagikan makanan pada sanak saudara dan tetangga.
Berikut seputar tradisi Brokohan yang dilakukan di Desa Tunggalpager, Mojokerto seperti dilansir dari jurnal berjudul Tradisi Brokohan: Sejarah, Nilai-nilai, dan Makna di Desa Tunggalpager, Mojokerto karya Azizah Nur Laili.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Tradisi Brokohan
Tradisi Brokohan kerap disebut dengan bancaan. Brokohan diambil dari istilah bahasa Arab yakni barokah, atau dapat diartikan sebagai upaya mendapatkan barokah. Sementara dalam bahasa Jawa diambil dari kata brokoh, yang merujuk nampan bambu bulat yang kerap digunakan untuk wadah sesaji selametan.
Tradisi ini dipercaya sudah ada sejak zaman Jawa Kuno. Tradisi ini diyakini sebagai tindakan untuk meminta doa. Mulanya, Brokohan dilakukan dengan meditasi, tetapi sekarang tradisi ini dilakukan dengan berdoa memohon keberkahan.
Perubahan tradisi ini dilakukan agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Adapun kegiatan dilakukan dengan mengundang tetangga dan kerabat untuk berdoa bersama dan menyajikan makanan kepada para tamu undangan.
Prosesi Tradisi Brokohan
Tradisi Brokohan dilakukan pada saat bayi berumur satu hari (pemendaman ari-ari) atau tujuh hari (saat tali pusar bayi lepas atau coplok pusar). Berikut prosesi Brokohan.
1. Bayi Baru Lahir (Mendhem Ari-ari)
Prosesi ini dilakukan saat bayi baru lahir atau berumur 1 hari. Prosesi ini ditandai dengan penguburan plasenta atau ari-ari bayi. Masyarakat Jawa biasa menyebut ari-ari ini sebagai saudara papat kelimo pancer.
Penguburan ari-ari dilakukan sebagai salah satu cara menyambut kelahiran sang bayi. Penguburan ini dinilai penting karena masyarakat Jawa percaya ari-ari ini sebagai adik spiritual. Sementara air ketuban yang terlebih dahulu keluar disebut abang spiritual bayi, yang diyakini dapat melindungi bayi dari penyakit.
Untuk mengubur ari-ari setidaknya dibutuhkan sejumlah peralatan. Di antaranya kain putih, kendhil, garam, bunga bereh, keranjang sampah yang bersih, dan lampu. Setelah peralatan terkumpul, kemudian tanah digali dengan kedalaman mencapai satu lengan orang dewasa.
Ari-ari yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam kendhil berisi garam, bunga bereh, dan buku yasin yang dibungkus kain putih. Setelah dikubur di tanah, ditutup menggunakan keranjang sampah yang telah diberi lampu. Pencahayaan ini akan dilakukan selama 35 hari, sekaligus menyambut kelahiran bayi.
Adapun peletakan ari-ari bayi laki-laki dan perempuan berbeda. Ari-ari bayi laki-laki akan diletakkan di luar rumah, sedangkan ari-ari perempuan diletakkan di dalam rumah, biasanya di dapur. Prosesi penguburan ari-ari disarankan dilakukan ayah kandung sang bayi atau kakek bayi.
Setelah prosesi mendhem ari-ari selesai, dilanjutkan Brokohan atau bancaan. Para tetangga dan saudara berkumpul melakukan doa bersama untuk menyambut bayi yang lahir. Di Desa Tunggalpager, sajian yang dihidangkan untuk para tamu biasanya terdiri dari nasi beserta lauk pauk, bubur merah, dan jajanan pasar.
2. Bayi 7 Hari (Coplok Pusar)
Ada juga yang menggelar tradisi Brokohan saat bayi berusia 7 hari atau tali pusat bayi terlepas (coplok pusar). Tali yang terlepas akan dibuang atau dapat disimpan ke dalam plastik yang dimasukkan ke botol.
Masyarakat Desa Tunggalpager percaya bahwa tali pusat bayi yang disimpan dapat mengobati bayi yang sedang sakit panas. Caranya dengan meletakkan plastik yang berisi tali pusat ke kening bayi.
Saat proses lepas pusar, keluarga disarankan melekkan atau tidak tidur semalaman. Hal ini dilakukan untuk menjaga bayi dan ibu dari hal-hal bersifat gaib. Brokohan dilakukan dengan cara bancaan dan pemberian nama pada si bayi.
Tradisi ini dimulai dengan pengajian dan menghidangkan makanan kepada para tamu. Makanan yang diberikan kepada tamu dilengkapi kertas yang tertulis nama dari bayi.
Makna dan Nilai-nilai Sajian Brokohan
Tradisi brokohan dilakukan dengan cara membagikan makanan ke saudara dan tetangga. Makanan yang dibagikan biasanya terdiri dari bubur, urap, bali tahu, telur rebus, ayam, hingga jajanan pasar.
Sajian makanan ini mengandung makna tersendiri. Berikut simbol dan makna dari setiap sajian di tradisi brokohan.
Bubur merah memiliki makna sebagai bibit dari ibu. Bubur putih disimbolkan sebagai bibit ayah.
Urap diambil dari kata urip yang bermakna hidup. Urap terdiri dari sayur kangkung, bayam, tauge, dan kacang panjang. Urap disajikan sebagai pelengkap tumpeng.
Bali tahu atau tahu dibumbui merah sebagai lauk.
Telur rebus dimaknai sebagai awal mula kehidupan baru. Telur rebus warna putih bermakna kesucian dan warna kuning digambarkan sebagai hati yang bijaksana.
Ayam dipilih sebagai lauk karena sifat ayam yang tidak tamak, di mana selalu memilih makanan yang baik baginya. Oleh karenanya, ayam diperuntukkan agar manusia juga memiliki sifat yang sama seperti ayam.
Sifat itu adalah dapat memilih mana yang baik dan buruk. Sajian ayam jantan diperuntukkan bagi bayi laki-laki. Sementara bayi perempuan menggunakan ayam yang berumur muda.
Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)