Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & HAM, tari sodoran merupakan tari yang menjadi pelengkap ritual Yadnya Karo. Tari ini tampil sebagai tarian pembuka ritual Yadnya Karo.
Yadnya Karo atau disebut juga Pujan Karo merupakan jenis perayaan terbesar suku Tengger yang diadakan sekali dalam setahun. Ritual biasanya digelar pada bulan Karo tahun Saka. Tari sodoran gerakannya menyimbolkan asal-usul manusia.
Berikut informasi seputar tari sodoran yang dikutip detikJatim dari buku berjudul Sodoran-Karo: Telaga Edukasi, Seni, Tradisi, dan Gastronomi Tengger, yang ditulis Sony Sukmawan, dkk.
Asal Muasal Gerakan Tari Sodoran
Tari Sodoran atau Tari Sodor merupakan salah satu tarian sakral khas Tengger. Tarian ini memiliki makna filosofis yakni awal dan akhir kehidupan manusia. Tari ini kerap menjadi seni pertunjukan untuk upacara Karo.
Upacara Karo ditujukan untuk memohon keselamatan bagi laki-laki dan perempuan pada bulan Karo berdasarkan kalender Tengger. Upacara ini dilakukan karena erat kaitannya dengan asal muasal kehidupan atau sangkan parangkan dumadi.
Sementara sangkan parangkan dumadi dapat direpresentasikan ke dalam bentuk tarian, sebagai pengingat bagi manusia tentang bagaimana kehidupan bermula dan bagaimana kehidupan berakhir.
Tahapan Pentas Sodoran
Terdapat sejumlah tahapan atau peristiwa untuk pementasan tari sodoran. Berikut daftar tahapan tari sodoran.
1. Pelaksanaan Ritual Rakantawang
Ritual Rakantawang dilakukan sebelum pertunjukan tari sodoran. Ritual ini bersifat sakral yang menjadi simbol akan dibukanya Hari Raya Karo keesokan harinya.
2. Pelaksanaan Ritual Blarak'i
Ritual Blarak'i dilakukan secara berkelompok atau pribadi. Ritual ini merupakan rangkaian doa, tarian, drama, kata-kata, dan masih banyak lagi lainnya. Dalam prosesi tarian sodoran, ritual ini menjadi tanda pembuka Hari Raya Karo sekaligus pembuka pagelaran sodoran.
3. Pembacaan Cangkriman Kertijoyo
Cangkriman Kertijoyo umumnya disampaikan dukun pandita bersama salah satu pembantu dukun. Pembacaan cangkriman menjadi penanda pertunjukan tari akan dimulai, sekaligus penanda berakhirnya pertunjukan tari sodoran.
4. Pagelaran Tari Sodoran
Setiap adegan di dalam pertunjukan tari sodoran menampilkan proses pertemuan pria dan wanita. Dimulai dari pertemuan, perkenalan, hingga pernikahan. Pada awal dan tengah pertunjukan tarian sodoran, dukun pandita dan pembantu dukun akan membacakan cangkriman.
Pagelaran Tari Sodoran
Tari sodoran berisi gerakan sederhana yang menampilkan pertemuan antara pria dan wanita. Tarian ini juga termasuk ke dalam tari sangkan paran (asal-usul manusia di dunia). Tarian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah genap.
Terdapat enam pasang penari sodoran, di mana sepasang penari terdiri dari laki-laki dan perempuan menjadi perantara Tuhan menciptakan manusia. Bermula dari pertemuan, perkenalan, hingga pernikahan. Persyaratan utama menjadi penari sodoran harus tampil menari sodoran selama tujuh kali secara berturut-turut.
Baca juga: 5 Upacara Adat Suku Tengger |
Aktor atau Penari Sodoran
Terdapat dua jenis aktor dalam pertunjukan tari sodoran yakni aktor inti dan aktor pendukung. Aktor inti memerankan secara aktif setiap peristiwa. Sementara aktor pendukung tari sodoran menjadi pelengkap alur cerita.
Penari sodoran harus dewasa atau sudah menikah. Penari perempuan yang sedang dalam masa menstruasi atau cuntaka dilarang menjadi bagian dari tarian sakral ini.
Iringan Musik Sodoran
Tarian sodoran diiringi musik tradisional Suku Tengger. Di antaranya seperti kendang, peking, saron, bonang, kenong, gambang, slenthem, dan gong.
Iringan musik menggunakan nada pelog. Iringan saat acara pembukaan tarian (mekakat) dan istirahat (ondrowino) menggunakan bunyi dari gending jaten.
Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/dte)