Ruang tamu berpindah ke pinggir jalan. Pemandangan yang dalam dua tahun terakhir tidak dijumpai di sepanjang jalan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi itu kembali hadir.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi kembali menyapa wisatawan dan warga Banyuwangi. Wajah-wajah berhias senyum ramah menyapa siapa saja yang melintas, seakan dipaksa menundukkan kepala dan membalas senyum khas tersebut.
Mereka berbalut pakaian serba hitam, berlilit kain jarik sebagai bawahan dan memakai udeng batik Banyuwangi sebagai penutup kepala. Alunan musik angklung dan rebab terdengar sayup-sayup. Aneka sajian mulai kue kucur, apem, ketupat, wajik, bagiak, dan polo pendem tersaji lengkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan paruh baya berdiri santun mengatupkan tangan dan mengulurkan tangan kepada tamu yang datang sembari berucap, "Monggo pinarak ngopai" (mari silakan ngopi). Suara khas logat Osing menjadi magnet bagi tamu untuk duduk dan menikmati sajian tradisional khas Banyuwangi.
Secangkir kopi pun diseduh, aromanya menyeruak bersamaan dengan kepulan asap. Sungguh sedap dihirup dan nikmat diseruput teguk demi teguk. Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi menyajikan keramahan masyarakat Osing Banyuwangi dalam seduhan ribuan cangkir kopi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menuturkan, festival ini bukan sekadar merawat budaya tapi memberi ruang untuk memunculkan potensi lokal asli Banyuwangi, yang tak dijumpai di daerah lain. Dari tradisi ini masyarakat bisa mandiri secara ekonomi.
"Ngopi merupakan tradisi dan aktivitas sehari-hari warga Kemiren. Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi bagian dari atraksi yang bisa dinikmati wisatawan," tutur Ipuk, Sabtu (4/11/2023). Banyuwangi terbukti mampu membungkus tradisi itu menjadi festival yang wisata potensial.
"Saya harap, Festival Ngopi Sepuluh Ewu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya. Bukan untuk kepentingan Banyuwangi semata, tapi seluruh masyarakat, khususnya Kemiren," pungkas Ipuk.
Benar saja, kekhasan ini yang kerap dicari wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. Kalender wisata dan sosial media memberikan informasi yang menjadi acuan wisatawan untuk menjadwalkan perjalanannya ke Bumi Blambangan.
Seperti Prama Arianto, wisatawan yang jauh-jauh datang dari Jakarta bersama dua temannya untuk menikmati keindahan alam Banyuwangi, sekaligus merasakan keramahan warga Osing di Kemiren dalam festival tersebut.
"Kebetulan pas berkunjung ke sini, lihat di sosmed ada acara ini, langsung cuss dan ternyata luar biasa. Ramah dan enak banget kopinya, jajanannya ada yang saya belum pernah cobain" kata Prama.
Sementara Ketua Panitia Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2023 Dadang bersyukur Festival Ngopi Sepuluh Ewu kembali digelar setelah absen akibat pandemi COVID-19. Ia mengatakan festival ini tidak hanya menyuguhkan kopi, tetapi juga dimeriahkan lomba foto hingga penampilan kesenian daerah.
"Alhamdulillah, tahun ini Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2023 bisa digelar kembali. Ini merupakan momen yang sangat dinantikan warga Kemiren," ungkap Dadang.
(irb/iwd)