Tangga Bangunan Suci Pra-Majapahit Ditemukan di Situs Watu Kucur Jombang

Tangga Bangunan Suci Pra-Majapahit Ditemukan di Situs Watu Kucur Jombang

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Senin, 16 Okt 2023 22:45 WIB
Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit.
Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Situs Watu Kucur di persawahan Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Mojoagung, Jombang kembali diekskavasi. Dalam ekskavasi kali ini, arkeolog menemukan tangga dan struktur yang diduga pagar keliling bangunan suci dari zaman sebelum Majapahit.

Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim Nurmala mengatakan ekskavasi kali ini berlangsung 10 hari, yakni sejak 11 hingga 20 Oktober 2023.

Penggalian arkeologi difokuskan terhadap 19 kotak gali seluas 77 meter persegi di sekeliling struktur utama atau bangunan suci. Struktur utama itu ditemukan dalam ekskavasi 7-16 Oktober 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami fokus mencari potensi arkeologi di semua sisi struktur utama sekaligus penataan lingkungan," terangnya kepada detikJatim di lokasi, Senin (16/10/2023).

Sampai hari kelima ekskavasi, kata Nurmala, pihaknya berhasil menampakkan seluruh sisa tangga di bagian barat bangunan suci. Sayangnya, struktur tangga hanya tersisa tapaknya saja. Ukuran tapak tangga berbahan bata merah kuno ini 292 cm dari timur ke barat, lebarnya 350 cm dari selatan ke utara.

ADVERTISEMENT

"Temuan struktur yang kami duga tapak tangga ini setidaknya menunjukkan orientasi bangunan ini. Bangunan ini menghadap ke barat dengan pintu masuk di sisi barat," jelasnya.

Tidak hanya itu, sekitar 10 meter di sebelah barat struktur utama, arkeolog juga menemukan struktur kuno 200 cm dari selatan ke utara. Tebal struktur sekitar 50-60 cm. Sedangkan tinggi struktur yang tersisa hanya 2 lapis bata merah.

"Kami dalam proses tes pit di titik lain untuk membuktikan apakah situs ini berpagar atau tidak," ujar Nurmala.

Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit.Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)

Ketua Tim Ekskavasi Situs Watu Kucur Muhammad Ichwan menuturkan bahwa bangunan purbakala ini pernah diekskavasi tahun 1981-1983. Saat itu para arkeolog sebatas mendapatkan denah situs. Sedangkan dalam ekskavasi 2021, pihaknya berhasil mengungkap denah, dimensi, dan bentuk situs.

Menurutnya, struktur utama Situs Watu Kucur berdenah bujur sangkar yang konsentris terdiri dari 3 lapis kotak yang makin ke dalam makin memusat. Kotak paling luar berukuran 11,6 x 11,5 meter, tebal 120 cm, dengan tinggi yang tersisa 60 cm atau 7 lapis bata. Sudut barat daya dan barat laut struktur itu sudah hilang.

"Faktor pertama karena perburuan bata kuno untuk semen bangunan. Kedua karena pembuatan bata merah yang menyebabkan tinggi tanah di situs ini berkurang 2 meter," cetusnya.

Kotak lapis kedua sekitar 80 cm dari kotak pertama. Ukurannya 7,5 x 7,5 meter persegi, tebal 87 cm, tinggi yang tersisa 70 cm.

Sedangkan kotak lapis ketiga berjarak 105 cm dari kotak kedua. Luasnya 3,5 x 3,5 meter persegi, tebal 58 cm, tinggi yang tersisa 65 cm atau 8 lapis bata. Di dalam kotak ketiga terdapat sumur 2,4 x 2,4 meter dengan kedalaman 118 cm dari permukaan kotak ketiga.

"Di dalam sumuran banyak ditemukan pecahan dari retuntuhan bata. Tidak ditemukan peripih yang seharusnya ada di dalam sumur," terang Ichwan.

Bangunan purbakala di Situs Watu Kucur ini, kata Ichwan, berbahan bata merah kuno yang ukurannya bervariasi. Mulai dari bata merah dengan panjang 30-32 cm, lebar 20-22 cm, tebal 9-10 cm, bata ukuran sedang dengan panjang 36 cm, lebar 21,5 cm, tebal 7-7,5 cm, serta bata lebih kecil dengan panjang 32 cm, lebar 21,5 cm, tebal 9 cm.

"Pemasangannya dengan teknik gosok atau kosot atau rubbing. Yaitu digosok sambil disiram air. Selain itu ada juga dengan teknik spasi tanah yang tipis," jelasnya.

Dahulu kala... Baca di halaman selanjutnya.

Struktur utama Situs Watu Kucur, kata Ketua Tim Ekskavasi Muhammad Ichwan, diperkirakan bekas bangunan suci Agama Hindu Siwa. Dahulu kala bangunan ini dipakai untuk memuja Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Hipotesis itu dibuktikan dengan temuan batu yoni di Situs Watu Kucur. Batu berdimensi 100x100x96,5 cm itu adalah representasi Dewi Parwati. Batu yoni itu dibuat polos tanpa hiasan ukiran.

Sayangnya, batu lingga sebagai perwujudan Dewa Siwa sampai saat ini belum ditemukan. Hanya terdapat lubang tempat lingga berukuran 25,5 x 25,5 cm dan sedalam 49 cm tepat di tengah permukaan yoni.

"Penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesuburan dan sarana pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ini latar belakangnya Agama Hindu Siwa," ujarnya.

Batu yoni itu, kata Ichwan, sudah bergeser dari tempat asalnya. Seharusnya yoni terletak di atas sumur bangunan suci. Namun, ketika ekskavasi pada 2021, yoni ditemukan di sudut tenggara kotak lapis kedua. Posisi 11 batu umpak besar dan sejumlah umpak kecil juga banyak bergeser dari tempat asal.

"Temuan lepas didominasi pecahan gerabah. Antara lain fragmen genting dan bubungan dengan ujung ukel. Diduga bangunan ini mempunyai atap berbahan genting. Ada juga temuan fragmen wadah berbahan tanah liat dan keramik," cetusnya.

Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit.Ekskavasi Situs Watu Kucur Jombang yang diduga menemukan tangga bangunan suci pra-Majapahit. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)

Soal periodisasi Situs Watu Kucur, ujar Ichwan, petunjuknya sebatas karakter bata merah kuno yang menyusun struktur bangunan suci ini. Tempat pemujaan ini disinyalir dibangun pada masa Mpu Sindok, penguasa Kerajaan Medang.

"Secara umum ukuran batanya tebal dan panjang, ukuran batanya hampir sama dengan Candi Gentong satu rangkaian dengan Candi Brahu yang diperkirakan dari abad 10 masa Kerajaan Medang. Bata masa Majapahit tebalnya 7-8 cm, kalau di sini 9-10 cm," cetusnya.

Candi Brahu dan Candi Gentong merupakan peninggalan Kerajaan Medang pada masa Mpu Sindok tahun 929-947 masehi. Kedua candi tersebut terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto sekitar 1,5 Km di sebelah timur laut Situs Watu Kucur.

Sementara Kerajaan Majapahit baru berdiri tahun 1293 masehi. Menurut dia, Candi Brahu dan Gentong diyakini tetap difungsikan sampai zaman Majapahit. Keduanya terletak di Wilwatiktapura atau Kota Raja Majapahit.

"Walaupun di Kota Raja Majapahit, terdapat bangunan suci sebelum Majapahit. Bisa kita lihat Candi Brahu dan Candi Gentong. Candi Brahu disebutkan dalam Prasasti Alasantan masanya Mpu Sindok. Namun, kami belum bisa memastikan ini (Situs Watu Kucur) dari masa Mpu Sindok," tandas Ichwan.

Situs Watu Kucur ditemukan di lahan milik Setyo Budi, warga Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Bangunan suci itu terletak di perkebunan tebu Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Mojoagung, Jombang. Lahan ini dulu adalah punden yang puluhan tahun dianggap keramat oleh warga setempat.

Halaman 2 dari 2
(dpe/fat)


Hide Ads