Ialah batik Gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura. Batik Gentongan memiliki ciri khas motif hingga proses pembuatan yang berbeda dengan batik lainnya.
Asal-usul Batik Gentongan Madura
Batik Gentongan tercipta karena budaya di wilayah pesisir. Di mana ketika para suami bekerja sebagai nelayan, para istri akan membatik sembari menunggu kepulangan suaminya selama berbulan-bulan.
Pada saat itu batik tidak digunakan sebagai mata pencaharian masyarakat setempat, melainkan sebagai hadiah yang akan diberikan kepada suami untuk menyambut kepulangannya. Batik Gentongan diberikan kepada suami sebagai pangestoh (berkah) yang merupakan bentuk pengabdian istri kepada sang suami.
Proses pewarnaan batik ini menggunakan gentong. Media pewarnaan ini dinilai dapat menghasilkan warna batik yang lebih cerah, karena ketika proses perendaman batik tidak boleh terkena paparan sinar matahari.
Teknik Pembuatan Batik Gentongan Madura
Mengutip dari artikel jurnal berjudul Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Batik Gentongan Madura, terdapat beberapa teknik pembuatan batik gentongan. Berikut tahapannya.
- Mempersiapkan bahan dan peralatan membatik seperti kain polos putih, canting, malam, kompor, wajah kecil, dan bahan pewarna alami. Misalnya, kunyit dan mengkudu untuk pewarna kuning, air pohon pisang untuk pewarna cokelat, buah-buahan di daerah pegunungan sebagai pewarna merah, dan lain sebagainya.
- Menggambar di atas kain polos tersebut menggunakan malam dan alat canting sesuai motif yang diinginkan.
- Kain yang telah diberi motif selanjutnya di-tebbeng (pembatasan) dan essean (penutupan dengan malam). Bertujuan menutup bagian-bagian yang akan dibiarkan tidak terkena warna ketika proses pewarnaan.
- Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara merendam kain di dalam gentong. Teknik pewarnaan ini dilakukan satu per satu pada setiap warna yang sebelumnya sudah ditutup menggunakan malam.
- Setelah melalui proses pewarnaan, kain batik tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang mendidih guna melunturkan atau melepaskan malam pada permukaan air.
- Selanjutnya kain batik dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
- Tahap pewarnaan dan pelunturan malam dilakukan secara berulang kali sesuai jumlah warna yang digunakan pada kain batik. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.
Baca juga: 7 Motif Batik Khas Banyuwangi |
![]() |
Filosofi Batik Gentongan Madura
Dikutip dari jurnal berjudul Batik Madura: Menilik Ciri Khas dan Makna Filosofinya, batik Gentongan mempunyai karakteristik khusus. Coraknya beragam dan berwarna cerah karena termasuk dalam kategori batik pesisiran.
Dari segi warna, karakteristik warna yang digunakan cenderung berani dan tegas, seperti warna merah yang melambangkan karakter masyarakat Madura yang kuat dan keras.
Ada hijau yang melambangkan warna religi, di mana terdapat beberapa kerajaan Islam yang didirikan dan berkembang di Madura. Kuning melambangkan bulir-bulir padi dan biru melambangkan laut yang mengelilingi sekitar Pulau Madura.
Sementara itu, corak dan motifnya menggambarkan kegiatan nelayan dan hewan-hewan yang dijumpai ketika pergi melaut, karena sebagian besar masyarakat Bangkalan bermata pencaharian sebagai nelayan.
Salah satu motif paling populer dari batik Gentongan adalah motif Tong Centong yang artinya alat penyendok nasi. Motif ini diciptakan pada tahun 1950-an. Biasanya dijumpai pada batik pemberian mempelai pria terhadap mempelai wanita, yang dimaknai sebagai simbol jaminan kehidupan untuk istri dan keluarga, serta saat menjalani kehidupan rumah tangga.
Ada juga motif Carcena yang diambil dari dialek Madura, yaitu cena untuk menyebut bangsa China atau keturunan Tionghoa. Di mana motif ini didominasi dengan ornamen-ornamen sebagai pengaruh budaya China.
Selain itu, batik asal wilayah Bangkalan ini mempunyai motif lebih dari seribu jenis, dan dalam penamaannya disesuaikan gambar dan cara pewarnaannya yang dikonsonankan dengan bahasa daerah setempat. Seperti motif Sik Melaya, Kembang Randu, Ola-ola, Burung Hong, Panji Susi, dan lain sebagainya.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)