Masjid Madegan di Kampung Madegan, Kelurahan Polagan, Kota Sampang merupakan masjid tua yang berusia sekitar 5 abad. Sekretaris Takmir Masjid Madegan Abdul Mufti mengatakan Masjid Madegan memiliki sejumlah keunikan yang tidak dimiliki oleh masjid-masjid lain yang hingga saat ini masih ada.
Berikut keunikan dari Masjid Madegan Sampang:
1. Empat Pilar utama di dalam Masjid tampak doyong ke utara
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masjid yang dikenal dengan nama Masjid sumpah pocong ini dibuat dengan bahan Kayu istimewa, terutama pada rangka utama dan pilar tengah masjid. Bahkan banyak warga meyakini empat tiang utama Masjid Madegan tersebut merupakan kayu yang dikirim langsung dari Kesultanan Demak.
"Dulu masjid ini hampir semua bahannya dari kayu, di zaman saya masih kecil masjid separuhnya tembok dan bagian atas tetap kayu. Yang sampai sekarang tetap tidak bergeser dan berganti itu pilarnya," kata Abdul Mufti
Uniknya empat pilar atau tiang penyangga kubah di dalam masjid terlihat miring ke kanan (condong ke utara) akan tetapi masjid ini tetap tegak lurus
"Kata sesepuh saya, tiang itu dulu pernah mau ditegakluruskan. Namun tetap kembali lagi seperti semula (miring) . Tapi di luar masjid tidak ikut miring," kata Mufti
Banyak masyarakat yang meyakini empat pilar/tiang yang ada dalam masjid tersebut memiliki karomah tersendiri. Tiang depan bagian utara, diyakini memiliki kekaromahan soal ilmu pengetahuan dan kecerdasan. Tiang depan bagian selatan, diyakini memiliki ke karomahan soal jabatan.
Pada tiang belakang bagian utara diyakini memiliki kekaromahan tentang pengobatan. Sedangkan tiang belakang bagian selatan diyakini memiliki kekaromahan tentang perdagangan atau berbisnis.
"Untuk memperoleh karomahnya biasanya warga melakukan iktikaf (duduk berzikir atau baca Al-Qur'an)," Kata Mufti.
![]() |
2. Tongkat yang diyakini milik pendiri masjid
Masjid Madegan masih menyimpan sebuah tongkat yang diyakini merupakan tongkat milik sang pendiri Masjid. Tongkat sampai saat ini masih digunakan khatib saat memimpin khotbah jumat ataupun khotbah Idul Fitri dan Idul Adha.
"Selain di hari Jumat dan hari raya, pusaka (tongkat) tersebut dikeluarkan saat digelar sumpah pocong," ungkap Mufti.
3. Al-Qur'an berukuran besar
Masjid Madegan mempunyai Al-Qur'an berukuran besar yang dikenal dengan nama Al-Qur'an sejimat yang diyakini masyarakat merupakan tulisan tangan salah satu ulama sepuh atau mufti Masjid Madegan. Al-Qur'an sejimat dikeluarkan bersama kotaknya untuk pelaksanaan sumpah pocong.
"Berbeda dengan tombak yang dikeluarkan saat hari Jumat dan hari raya, kitab suci raksasa ini hanya dikeluarkan saat digelar sumpah pocong," kata Mufti.
Karena faktor usia, Al-Qur'an sejimat kini tinggal berupa sobekan-sobekan kertas yang disimpan rapat di dalam sebuah kotak kayu berukuran sekitar 75 x 50 sentimeter.
4. Sumur dengan mata air dari dalam masjid
Salah satu keunikan lain dari Masjid Madegan ini adalah sumur yang mata airnya terdapat di bawah kubah masjid sehingga air tersebut mengalir ke sumur melalui lubang (terowongan) dengan diameter 50 cm.
"Sebenarnya bentuk sumurnya ini kotak. Sebelum perluasan masjid, saya waktu masih remaja pernah masuk untuk meras air. Ternyata di dalam ada lubang seperti terowongan airnya ngalir dari sana deras," kata Mufti
Karena jumlah penduduk dan jemaah masjid diperluas sehingga sumur yang dulunya berada di luar masjid kini berada di dalam masjid sehingga kini ditutup dengan akrilik transparan dengan ketebalan 5 cm. Air di dalam sumur ini digunakan untuk wudu bahkan untuk sumur. Bagi yang meyakini, air sumur ini menjadi salah satu penguat karomah masjid.
"Ini sumur tiban dan sampai saat ini airnya mengalir, bahkan dipakai untuk air wudu jemaah. Ada juga yang mengambil airnya dibawa pulang untuk syarat (obat)," lanjut Mufti.
5. Tumbuh 5 pohon sawo berukuran besar
Selain memiliki empat tiang utama yang tampak doyong, masjid yang diyakini lebih tua dari Masjid Agung Sumenep itu konon ditumbuhi 5 pohon sawo berukuran jumbo di halamannya.
"Leluhur kami berkeyakinan, lima pohon sawo itu sebagai simbol rukun Islam yang terdiri dari lima perkara, serta pertanda salat lima waktu dalam sehari," kata Mufti
Sayangnya, saat ini lima pohon sawo itu telah mati mengering. Setelah masjid mengalami perluasan, bongkahan kayu yang mengering itu tertutup di dalam masjid. Namun hanya ada satu bongkahan pohon sawo kering yang masih dipertahankan. bongkahan kayu sawo tersebut ini ditutup dengan kaca.
"Dulunya ada lima pohon sawo yang mengelilingi masjid, tapi hanya satu yang dipertahankan karena diyakini sebagai tempat pertamanya pendiri masjid ini," lanjut Mufti
6. Dikelilingi makam para raja, ulama, dan sesepuh Kabupaten Sampang
Konon Kampung Madegan merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Sampang. Di kota tua inilah kemudian Adipati Pramono berinisiasi mendirikan masjid sebagai pusat pengajaran agama.
Dalam perjalanannya saat sejumlah raja dan ulama wafat, mereka dimakamkan di sekitar Masjid Madegan. Sehingga masjid ini dikelilingi makam para raja dan ulama yang pernah menjadi imam masjid. Di antaranya makam Rato Ebu, makam Cakraningrat Dua (Raja Sampang), makam Kiai Khotib Manto (cucu Sunan Ampel),
Pengunjung masjid rasanya belum lengkap jika tidak berkunjung ke makam para raja, ulama, dan sesepuh Kabupaten Sampang yang kebetulan berada satu kompleks dengan lokasi Masjid Madegan.
Makam para raja juga berada dalam satu kompleks dengan Masjid Madegan, termasuk juga makam Pangeran Panji Laras. Makam-makam kuno itu juga ditandai dengan corak batu nisan yang tampak kuno.
7. Kerap dijadikan lokasi sumpah pocong
Masjid Madegan kerap dijadikan lokasi untuk menggelar sumpah pocong. Masjid Madegan diyakini warga sebagai lokasi yang paling sakral dan memiliki daya magis yang luar bisa sehingga memberikan kepuasan dan keyakinan untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah.
"Jadi siapapun yang memiiki niat jahat maupun bersalah dan berbohong di tempat, azabnya langsung. Bahkan menurut sesepuh terdahulu mereka yang bersalah bahkan bisa mati dengan jarak tujuh langkah sebelum masuk masjid," kata Mufti
Untuk menghindari dampak yang yang lebih besar (carok), sumpah pocong menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menyelesaikan sengketa yang tak bisa diselesaikan karena sulit pembuktiannya. Sumpah pocong dilakukan untuk meyakinkan warga bahwa setiap persoalan di dipasrahkan kepada yang maha kuasa. Sekaligus mengingatkan kepada pihak yang bertikai bahwa setelah hidup itu ada kematian yang semuanya akan di pertanggung jawabkan.
"Tidak semua yang ingin melaksanakan sumpah pocong di masjid ini terlaksana. Banyak juga yang gagal melaksanakan sumpah (berdamai) setelah menjalani perenungan (di dalam masjid) dan mendapat petunjuk dari sesepuh masjid ini," jelas Mufti.
(sun/iwd)