Menelusuri Keunikan Desa Adat Osing Banyuwangi yang Masih Lestari

Menelusuri Keunikan Desa Adat Osing Banyuwangi yang Masih Lestari

Sri Rahayu - detikJatim
Senin, 23 Sep 2024 16:51 WIB
Desa Kemiren, Kecamatan Glagah menyabet penghargaan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Desa itu meraih juara tiga untuk kategori desa wisata maju di ajang Lomba Desa Wisata Nusantara 2019.
Desa Adat Osing Kemiren. Foto: Ardian Fanani
Banyuwangi -

Banyuwangi merupakan sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, yang bukan hanya dikenal keindahan alamnya, tetapi juga kekayaan budaya yang dimilikinya. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah Desa Adat Osing, yang telah mempertahankan tradisi dan nilai-nilai leluhur selama ratusan tahun.

Desa Osing, yang terletak di kaki Gunung Raung, adalah rumah bagi masyarakat Osing, suku asli Banyuwangi. Masyarakat di sini terkenal akan keramahan dan komitmennya untuk menjaga tradisi.

Setiap tahun, mereka mengadakan festival budaya yang merayakan kesenian, tarian, dan kuliner khas Osing. Dari tari Jaranan yang memukau hingga hidangan khas seperti rujak buah, semua menyajikan keunikan budaya yang patut diketahui.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia berjudul Kearifan Lokal Dalam Arsitektur Rumah Adat Osing Sebagai Sumber Pembelajaran IPS yang ditulis Fachru Zulfikar, Desa Kemiren, yang terletak di lereng Gunung Ijen adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat terjaga dan dilestarikan masyarakatnya.

Keunikan desa ini tidak hanya terlihat dari budaya dan tradisinya, tetapi juga dalam arsitektur rumah-rumah yang mencerminkan ciri khas suku Osing. Ciri khas desain bangunan ini bukan hanya menjadi kebanggaan suku Osing, tetapi juga berfungsi sebagai identitas yang memperkuat nilai-nilai kearifan lokal.

ADVERTISEMENT

Arsitektur tersebut menciptakan ikatan sosial yang kuat dan menjadikan Desa Kemiren sebagai representasi penting dari warisan budaya yang terus hidup dalam masyarakatnya. Lokasi desa ini sekitar 5,5 km dari pusat kota Banyuwangi. Desa Kemiren memiliki luas wilayah sekitar 2.5 km² yang terdiri dari dua rukun warga dan 28 rukun tetangga.

Salah satu aspek menarik Desa Adat Osing adalah sistem pertanian tradisional. Para petani mengolah lahan dengan cara ramah lingkungan, menggunakan pupuk organik, dan teknik bercocok tanam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi melestarikan cara hidup yang ada sejak lama.

Dilansir dari Jurnal Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APM" Yogyakarta berjudul Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan Melalui Pertanian Organik yang ditulis Endah Rosita Tofani, ada faktor pendorong peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik.

Meliputi keyakinan yang kuat dari masyarakat, keterlibatan pemerintah serta sektor lain yang mendukung kelompok masyarakat, kemampuan dalam manajemen pertanian, dan adat keboan yang diyakini dapat memengaruhi hasil panen secara positif.

Sementara itu, faktor penghambatnya meliputi penggunaan teknologi yang tidak sejalan dengan keseimbangan ekosistem, dan kebijakan pemerintah yang lebih fokus pada peningkatan produktivitas tanpa mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.

Tak hanya itu, penamaan Desa Wisata Osing berakar dari kebiasaan masyarakat yang konsisten melestarikan tradisi dan adat. Suku Osing, yang merupakan generasi terakhir dari keturunan kerajaan Hindu Blambangan, berperan penting menjaga warisan budaya ini. Masyarakat suku Osing setia pada nilai-nilai dan praktik adat yang menjadi identitas mereka.

Wisatawan yang berkunjung juga dapat menikmati pengalaman langsung dengan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Dari belajar menenun hingga membuat kerajinan tangan, setiap aktivitas memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan masyarakat Osing.

Bagi detikers yang ingin mencari ketenangan, suasana desa yang asri dan pemandangan alam yang memukau menjadikan Desa Osing sebagai tempat yang ideal untuk melepas penat. Aliran sungai yang jernih dan kebun-kebun yang hijau menambah daya tarik tempat ini.

Desa Adat Osing bukan hanya sekadar tempat wisata saja, melainkan jendela untuk melihat bagaimana tradisi dapat hidup harmonis dengan modernitas. Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, Desa Osing menunjukkan bahwa kekayaan budaya dapat menjadi daya tarik yang tak lekang oleh waktu.

Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads