Lagu Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan Tanah Air tercinta. Berikut ini sejarah terciptanya lagu tersebut oleh Wage Rudolf Soepratman.
Lagu Indonesia Raya wajib dinyanyikan setiap upacara bendera dan kegiatan lainnya. Maka tak heran jika semua orang sudah menghafalnya.
Namun tidak semua orang tahu mengenai sejarah terciptanya lagu Indonesia Raya. Kebanyakan orang hanya tahu penciptanya saja yakni Wage Rudolf Soepratman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lirik Lagu Indonesia Raya serta Maknanya |
Mengutip situs resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, WR Soepratman lahir pada 19 Maret 1903. Ia adalah seorang wartawan dan pemain musik.
Wage juga sempat menjadi guru sebelum terjun ke dunia jurnalistik bersama Kaoem Kita (1924-1925) dan Sin Po (1926-1933). Ia juga termasuk pemuda yang menghadiri Kongres Pemuda I dan II.
Lagu Indonesia Raya mulai dikenal ketika sang komposer membagikan konsep liriknya kepada para peserta Kongres Pemuda II. Di malam penutupan kongres, Wage membawakan lagu Indonesia Raya dengan biolanya.
Sejarah Terciptanya Lagu Indonesia Raya
Terciptanya lagu Indonesia Raya bermula ketika Wage membaca artikel Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat? dalam majalah Timboel terbitan Solo. Hati Wage kemudian tergerak.
Pada suatu malam di tahun 1926, Soepratman mulai menuliskan not-not lagu Indonesia Raya. Lalu ia memainkan not-not tersebut dengan biolanya.
Pada 1927, Soepratman menghubungi beberapa perusahaan rekaman yang ada di Batavia. Ia ingin mengabadikan lagu ciptaannya tersebut.
Perusahaan rekaman yang ia hubungi seperti perusahaan rekaman milik Odeon, Thio Tek Hong dan Yo Kim Tjan. Namun hanya perusahaan milik Yo Kim Tjan yang bersedia merekam lagu ciptaan Wage.
Dua perusahaan lainnya takut ditangkap oleh Belanda. Sebab saat itu, gerakan bawah tanah yang dilakukan pemuda-pemudi Indonesia sudah terendus oleh Belanda.
Sementara Yo Kim Tjan merupakan sahabat baik Soepratman. Ia juga pekerja paruh waktu sebagai pemain biola di Orkes Populair pimpinannya.
Yo Kim Tjan mengusulkan rekaman lagu Indonesia Raya dibuat dalam dua versi. Dua versi itu yakni versi asli yang dinyanyikan langsung Soepratman sambil memainkan biola, serta versi berirama keroncong.
Mengapa harus dibuat versi keroncong? Itu dimaksudkan agar masyarakat Indonesia mengetahui dengan mudah irama lagu Indonesia Raya bila kelak dikumandangkan.
Dua versi lagu Indonesia Raya kemudian direkam di kediaman Yo Kim Tjan, Jalan Gunung Sahari, Batavia. Mereka dibantu seorang teknisi berkebangsaan Jerman.
Lalu, master rekaman piringan hitam berkecepatan 78 RPM versi asli suara WR Soepratman, disimpan hati-hati oleh Yo Kim Tjan. Sementara rekaman versi keroncong dikirimkan ke Inggris untuk diperbanyak.
Namun setelah lagu Indonesia Raya dikumandangkan Soepratman pada 28 Oktober 1928, Belanda panik dan menyita semua piringan hitam versi keroncong. Baik yang sudah sempat beredar maupun yang masih perjalanan dari London ke Batavia.
Belanda tidak mengira lagu yang dinyanyikan WR Soepratman sudah direkam setahun sebelumnya. Bahkan dalam dua versi sekaligus.
Pada 1944, Jepang menderita kekalahan di mana-mana. Jepang kemudian membentuk Panitia Lagu Kebangsaan yang diketuai Ir Soekarno. Panitia itu melakukan perubahan naskah asli WR Soepratman sebanyak tiga kali.
Lagu Indonesia Raya kemudian dikumandangkan kembali secara resmi pada saat Indonesia merdeka. Hingga kini, lagu tersebut selalu dinyanyikan pada setiap kesempatan, baik formal maupun informal.
Lagu Indonesia Raya dapat membangkitkan semangat rakyat yang menyanyikan. Itu sesuai tujuan awal penciptaannya.
Lirik Lagu Indonesia Raya
(Stanza I)
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah neg'riku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
(Stanza II)
Indonesia, tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri
Untuk s'lama-lamanya
Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya
Suburlah jiwanya
Bangsanya rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya
Sadarlah budinya
Untuk Indonesia raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
(Stanza III)
Indonesia, tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri
Menjaga ibu sejati
Indonesia, tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia abadi
S'lamatlah rakyatnya
S'lamatlah putranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, neg'riku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
Sekilas tentang WR Soepratman
1. Riwayat Pendidikan WR Soepratman
Seperti dikutip detikNews, WR Soepratman telah melalui serangkaian jenjang pendidikan hingga selesai di sekolah guru. Berikut riwayat pendidikan WR Supratman:
- Frobel School (Taman Kanak-kanak) di Jakarta
- Tweede Inlandsche School (Sekolah Angka Dua)
- Klein Ambtenaar Examen (KAE, ujian untuk calon pegawai)
- Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru)
2. Karier WR Soepratman
WR Soepratman mengawali karier musiknya dengan hadiah biola di hari ulang tahun yang ke-17. Hadiah tersebut dari WM Van Eldick, kakak iparnya.
Selain itu, Soepratman bersama Van Eldick mendirikan Grup Jazz bernama Black and White. Yang kemudian berlanjut berjuang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya.
WR Soepratman pernah menjadi jurnalis pada 1924 di surat kabar Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Tahun berikutnya, ia pindah ke Jakarta untuk menjadi wartawan surat kabar Sin Po.
Soejono Tjiptomihardjo, dalam buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun menyampaikan Tahun 1932, Soepratman sakit urat saraf disebabkan lelahnya karena bekerja keras.
Setelah beristirahat 2 bulan di Cimahi, Soepratman kembali ke Jakarta. Karena alasan ekonomi akhirnya ia bercerai dengan istrinya dan tinggal bersama kakaknya di Surabaya.
Dalam keadaan sakit, WR Soepratman menciptakan lagu Surya Wirawan dan Mars Parindra. Namun pada 17 Agustus 1938, WR Soepratman wafat dan dimakamkan di Surabaya. Sebelum wafat, Supratman berpesan kepada Roekijem agar lagu Indonesia Raya diserahkan kepada Badan Kebangsaan.
(sun/iwd)