Tradisi Pencak Sumping, Bela Diri Kuno yang Ada di Momen Lebaran Haji

Tradisi Pencak Sumping, Bela Diri Kuno yang Ada di Momen Lebaran Haji

Eka Rimawati - detikJatim
Jumat, 30 Jun 2023 08:38 WIB
Pencak Sumping Banyuwangi
Tradisi Pencak Sumping saat lebaran haji/Foto: Istimewa (Dok Pemkab Banyuwangi)
Banyuwangi -

Bukan Banyuwangi kalau tidak punya segudang tradisi. Mulai dari seni tari hingga seni atraksi bela diri, ada di kabupaten paling ujung Timur Pulau Jawa ini.

Pencak Sumping adalah satu dari sekian banyak kekayaan tradisi di Banyuwangi. Pencak Sumping digelar saat momen lebaran haji atau Idul Adha.

Tradisi satu ini sudah lestari lintas generasi. Setiap Hari Raya Idul Adha, Masyarakat Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menampilkan atraksi Pencak Sumping rutin setiap tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan iringan musik tradisional menggunakan irama rancak. Penampilan Pencak Sumping diikuti para pendekar mulai anak-anak hingga lanjut usia. Dalam atraksi ini, seniman yang juga disebut pendekar menampilkan aneka jurus mulai dengan tangan kosong hingga berbekal pusaka.

Pencak Sumping bermula sejak zaman penjajahan Belanda. Pertarungan antara masyarakat adat dan penjajah belanda di masa lalu yang heroik menjadi awal mula lahirnya Dusun Mondoluko.

ADVERTISEMENT

Kala itu, seorang tokoh bernama Buyut Ido yang bertarung dengan gagah dan sengit melawan penjajah, tubuhnya terluka (luko dalam bahasa Jawa) hingga terkoyak-koyak (modol-modol dalam bahasa Jawa), menjadi cikal bakal penamaan Dusun Mondoluko.

Kisah yang telah lahir sebagai sejarah itu pun diyakini warga Mondoluko hingga kini. Penghormatan atas Perjuangan sesepuh sekaligus upaya melestarikan tradisi digambarkan melalui perhelatan Pencak Sumping.

Salah satu pelestari Pencak Sumping Dusun Mpndoluko Rahayis mengungkapkan, nama Pencak Sumping sendiri, diambil dari suguhan yang disajikan pada masa itu yang mengiringi para pendekar saat berlatih.

"Sumping merupakan makanan tradisional yang terbuat dari pisang berbalut adonan tepung yang dikukus, didaerah lain dikenal dengan nama kue Nagasari." kata Rahayis, Jumat (30/6/2023).

Sumping menjadi suguhan kepada para tamu yang datang saat acara. Bahkan saat atraksi tanding dua pendekar silat, sumping juga digunakan untuk pengakuan kemenangan.

"Biasanya pendekar yang menang akan menyumpal mulut lawan yang kalah dengan kue sumping," imbuh Rahayis.

Tradisi tahunan Pencak Sumping ini digelar beriringan dengan tradisi kenduri bersih desa (Ider Bumi) warga setempat. Selamatan ini berlangsung setiap Idul Adha. Warga melakukan ritual Ider Bumi dan mengumandangkan adzan serta membaca istighfar (permohonan ampun kepada Allah) sambil keliling desa.

Sementara Plh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Choliqul Ridho mengatakan, atraksi bela diri Pencak Sumping ini merupakan bagian dari kekayaan tradisi Banyuwangi yang perlu dilestarikan.

"Tradisi ini juga istimewa, karena merupakan seni bela diri yang dikemas dalam atraksi pertunjukan yang unik yang tentunya tidak ada di daerah lain. Dengan simbolis kue sumping sebagai kemenangan dari si pendekar tersebut, membuat tradisi seni pencak silat ini semakin menarik." kata Ridho.

Dalam gelaran tradisi ini Paguyuban Kampung Pencak Silat Glagah yang baru dibentuk juga turut hadir memeriahkan. Momentum ini menjadi upaya mempererat hubungan antar persatuan pencak silat di Banyuwangi dari beberapa organisasi seperti Persaudaraan Setia Hati Terate, Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti, Pagar Nusa dan Cempaka Putih.




(hil/fat)


Hide Ads