Sebuah desa di Bondowoso disebut sebagai Kampung Dolmen. Sebab, di desa tersebut bertebaran benda-benda peninggalan era megalitikum.
Desa yang bertabur benda peninggalan zaman prasejarah serta masih tetap menjunjung tradisi lokal tersebut adalah Desa Maskuning Kulon, Pujer, Bondowoso.
Di desa ini terdapat sedikitnya 90 benda megalitikum. Di antaranya adalah Batu Silindris, Batu Dakon, Dolmen. Letaknya pun saling berdekatan dan tertata rapi. Perawatan dilakukan sendiri oleh warga setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari beragam benda megalitik peninggalan zaman purbakala tersebut, terbanyak berupa kubur dolmen. Jumlahnya mencapai sekitar 60-an batu.
![]() |
"Situs ini berbentuk semacam komplek pemakaman yang terbuat dari batu," terang sejarawan sekaligus Ketua Pengurus Harian Ijen Geopark (PHIG) Bondowoso, Tantri Raras Ayuningtyas, kepada detikJatim, Senin (12/6/2023).
Menurut Tantri, kubur dolmen baru berbentuk besar dengan kaki-kaki di bawahnya. Tujuannya agar jenazah yang dikuburkan di bawahnya tak dimakan binatang buas atau dicuri orang.
"Di dalam kubur dolmen ini biasanya memang terdapat bekal kubur, berupa perhiasan dan sejenisnya," papar jebolan UNS Solo ini.
Selain banyaknya benda peninggalan prasejarah, di desa berjuluk Kampung Dolmen ini juga masih berlangsung tradisi-tradisi kuno warisan leluhur. Misalnya pada hari-hari tertentu digelar ritual di seputar kubur dolmen.
Untuk diketahui, Bondowoso merupakan bagian dari Geopark Ijen, yang bersama Banyuwangi telah ditetapkan UNESCO Global Geopark (UGGp) melalui sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis pada Rabu (24/5/2023).
Salah satu item dalam Geopark Ijen tersebut yakni Culturesite atau budaya, baik benda maupun tak benda yang ada di dua kabupaten, yaitu Bondowoso dan Banyuwangi.
(abq/iwd)