Wujud Garudeya di Candi Kidal Malang yang Diadopsi Jadi Lambang Negara

Wujud Garudeya di Candi Kidal Malang yang Diadopsi Jadi Lambang Negara

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Kamis, 01 Jun 2023 20:16 WIB
Relief Garudeya di Candi Kidal Malang.
Relief Garudeya di Candi Kidal Malang. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Hari Lahir Pancasila jatuh pada 1 Juni. Sejarah panjang mewarnai proses terbentuknya dasar negara Indonesia itu, termasuk pemilihan Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.

Pemilihan Garuda sebagai lambang negara itu ternyata tak lepas dari cerita mitologi yang sudah dikenal secara turun-temurun sejak dahulu. Kisah mitologi itu adalah Garudeya.

Relief Garudeya sendiri sampai saat ini bisa dilihat di sejumlah candi yang ada di Indonesia. Baik di Candi Prambanan, Candi Penataran, Candi Dieng, Candi Mendut, Candi Pawon, termasuk satu di antaranya di Candi Kidal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara sejumlah relief Garudeya yang ada di sejumlah candi, Garudeya yang ada di Candi Kidal, Malang adalah relief yang memiliki tampilan lebih tiga dimensional dan ceritanya paling lengkap dibandingkan candi-candi lain.

Untuk menyaksikan sendiri relief tersebut, detikJatim mendatangi lokasi Candi Kidal. Berdasarkan pantauan di lokasi memang terlihat ada 3 relief Garudeya yang terletak pada bagian kaki Candi Kidal.

ADVERTISEMENT

Relief itu berada di samping kanan, kiri, dan bagian belakang bagian kaki Candi Kidal. Relief pertama menggambarkan Garudeya menggendong tiga naga, relief kedua Garudeya membawa Kendi, sedangkan relief ketiga Garudeya menyangga ibunya.

Juru Kunci Candi Kidal Siti Romela mengatakan bahwa cara membaca relief Garudeya di Candi Kidal harus dengan cara Prasawiya. Yakni cara pembacaan relief yang mengelilingi tulisan dari kanan ke kiri atau berlawanan dengan jarum jam.

Romela mengatakan bahwa relief itu menceritakan kisah seorang anak, yakni Garudeya, yang megabdikan dirinya untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan oleh naga.

Kisah ini bermula dari Dewi Winata dan Dewi Kadru, istri Bhagawan Kasyapa. Masing-masing dewi itu memiliki anak. Dewi Winata memiliki anak dengan perawakan setengah burung bernama Garudeya, sedangkan Dewi Kadru memiliki sejumlah anak berupa naga.

Suatu ketika kedua Dewi itu membuat sebuah taruhan dengan syarat barang siapa yang kalah akan menjadi budak dari pemenang. Mereka bertaruh menebak warna Kuda Uccaihswara.

"Mulanya Dewi Winata menebak warna ekor kuda Uccaihswara bewarna putih. Tebakan itu pun benar, Kadru yang tidak ingin kalah berbuat curang," ujar Romela kepada detikJatim, Kamis (1/5/2023).

"Kadru memerintahkan anaknya, yakni para naga, untuk memercikkan bisa kepada ekor kuda itu agar berubah menjadi hitam. Karena kalah, Dewi Winata menjadi budak dari Kadru dan para naga," sambungnya.

Garudeya yang ingin mengabdikan diri kepada ibunya ikut menjaga para naga. Seiring berjalannya waktu, Garudeya kemudian bertanya kepada para naga bagaimana cara membebaskan ibunya dari perbudakan Dewi Kadru.

Para naga pun berkata bahwa untuk membebaskan ibunya Garudeya harus mengambilkan Air Tirta Amarta. Air ini adalah air keabadian dan merupakan minuman dari para dewa. Demi mendapatkan air itu Garudeya pun berjuang hingga bertarung dengan para dewa.

"Setelah menjalani pertarungan, Garudeya berhasil mengalahkan para dewa. Dari situ, Dewa Wisnu pada akhirnya turun tangan. Dewa Wisnu bertanya kepada Garudeya apa tujuannya mengambil Aie Tirta Amarta," kata dia.

"Garudeya pun menyampaikan alasannya secara jujur. Dari situ Dewa Wisnu mau membantu Garudeya dengan syarat dia harus bersedia menjadi tunggangan Dewa Wisnu," sambungnya.

Setelah mendapat Air Tirta Amarta, Garudeya langsung kembali ke Bumi untuk pertukaran. Setelah itu para naga setuju untuk membebaskan Dewi Winata dan menyerahkannya kepada Garudeya.

"Meski telah diserahkan Air Tirta Amarta, ternyata Dewa Wisnu mengawasinya secara diam-diam dan menukar air tersebut. Hal itu dilakukan karena dikhawatirkan ketika naga meminum Air Tirta Amarta dunia akan hancur," ungkapnya.

Kisah ini diambil berdasarkan apa yang tertulis dalam buku Nagarakrtagama. Kisah dari kitab tersebut dan wujud Garudeya di Candi Kidal Malang itulah yang diadopsi oleh para pendiri bangsa sebagai Lambang Negara, Garuda Pancasila.




(dpe/fat)


Hide Ads