Hari Musik Nasional

Jejak 'Angker' Penonton Malang hingga Disebut Barometer Musik Indonesia

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Kamis, 09 Mar 2023 19:01 WIB
Gedung Tenun Kota Malang, salah satu tempat manggung musisi Tanah Air di era 60-90-an. (Foto: Istimewa)
Kota Malang -

Kota Malang di era 90-an pernah disebut sebagai salah satu barometer musik Nasional. Saat itu banyak musisi nasional yang ingin tampil dan ditonton oleh warga Kota Malang.

Bukan karena punya banyak penggemar di Kota Malang, tujuan para musisi tampil di Kota Malang adalah untuk mendapatkan penilaian dari penonton yang dianggap sebagai indikator keberhasilan sebuah band saat itu.

Salah satu pendiri Museum Musik Indonesia Hengki Herwanto menyampaikan bahwa alasan Kota Malang disebut sebagai barometer musik nasional itu berkat para penonton yang memberikan penilaian secara jujur.

"Dulu setiap mau nonton konser harus beli tiket. Nah ada yang biasanya uang tipis membeli dan tidak jarang sampai ada yang rela jual celana jeans untuk nonton musisi yang sering didengar di radio," ujarnya, Kamis (9/3/2023).

"Mungkin karena perjuangan mereka saat akan masuk itu sampai segitunya, saat band atau musisi itu mainnya nggak bagus, ya, diteriaki sampai dilempari. Tapi kalau mainnya bagus ya sangat dipuji," katanya.

Karena menjadi barometer musik nasional, konser musik pun sering kali digelar di Kota Malang. Kala itu ada sejumlah tempat yang sering menjadi panggung konser musik.

Salah satu tempat yang yang sangat populer sebagai tempat konser di Kota Malang di era 1970-1990 adalah Gedung Tenun, Kota Malang. "Band-band dari Jakarta, Surabaya, Solo, Bandung main di situ (Gedung Tenun). Itu tempat yang paling sering digunakan dulu," tuturnya.

GOR Pulosari Kota Malang yang saat ini menjadi Ranch Market. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)

Selain itu, Gedung Kesenian Gajayana juga menjadi salah satu tempat yang kerap dipakai sebagai panggung konser musik pada zaman itu. Grup band Koes Plus hingga Dara Puspita pernah menginjakkan kaki di sana.

Sementara berdasarkan buku Empat Dekade Sejarah Musik Kota Malang era 60-90 yang ditulis Arief Wibisono, di Kota Malang terdapat 6 gedung yang sering dipakai untuk konser musik di era 1960 hingga 90-an.

Sayangnya, ketika detikJatim berupaya menelusuri lokasinya saat ini, beberapa di antaranya sudah berubah bentuk bahkan telah hilang. Salah satunya adalah GOR Pulosari yang saat ini telah menjadi lokasi Ranch Market di Kota Malang.

Sedangkan Taman Flora dan juga Gedung Tenun jejaknya telah hilang seolah terhapus dari Bumi Arema. Berikut ini sejumlah lokasi yang dulu pernah menjadi tempat manggung grup band, musisi, dan seniman di tanah air. Nomor 4 yang paling 'angker'.

1. Gedung Flora

Gedung Flora atau Bioskop flora merupakan salah satu dari deretan bioskop jadul di kota Malang. Bioskop yang berada di sudut Jalan Kyai Haji Agus Salim kelurahan Sukoharjo Kecamatan Klojen ini dibangun pada 1928.

Dalam perkembangannya gedung bioskop ini menjadi gedung kesenian bernama Wijaya Kusuma. Lokasinya yang dekat dengan Alun-Alun Kota Malang menjadi lokasi yang sering dipakai untuk menggelar konser musik.

Gedung Flora Kota Malang. (Foto: Istimewa)

2. Gedung Tjendrawasih (Gedung Kesenian Gajayana)

Gedung lain yang digunakan untuk konser musik di era 60-90-an adalah Gedung Cendrawasih atau yang sudah berubah nama menjadi Gedung Kesenian Gajayana.

Sebelum adanya perubahan nama, berbagai pentas kesenian pernah berlangsung di gedung ini antara lain konser dari Koes bersaudara, Dara Puspita, Titik Puspa, bahkan juga sering dipakai oleh Ketoprak Siswo Budoyo, Komedi Lokaria (pesaing Srimulat Surabaya) dan Wayang Orang Panca Budi.

Terjadinya tragedi menewaskan penonton dan momen ketika God Bless dilempari penonton di panggung ini. Baca di halaman selanjutnya.




(dpe/sun)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork