Prasasti Pucangan juga menjadi salah satu rujukan sejumlah peneliti untuk mengidentifikasi agama yang dianut pada era kekuasaan Airlangga 1019-1043 masehi. Diketahui, ada 4 agama yang dianut pada zaman itu. Yakni Hindu, Budha, Rsi, dan Brahmana.
"Berdasarkan keterangan dari prasasti-prasastinya (Airlangga), diketahui ada empat agama yang berkembang saat itu, yaitu Hindu, Budha, Rsi dan Brahmana," tulis Yori Akbar Setiyawan dalam 'Latar Belakang Penetapan Sima Bagi Pertapaan pada Masa Pemerintahan Airlangga 1019-1043 Masehi' yang dikutip detikJatim, Jumat (18/11/2022).
Yori menjelaskan, berdasarkan Prasasti Pucangan Sansekerta yang dibuat tahun 1037 masehi, Airlangga disamakan dengan Sthanu yang merupakan nama lain Dewa Wisnu. Begitu pula di Prasasti Pucangan Jawa Kuno tahun 1041 masehi, Airlangga disebut sebagai jelmaan Wisnumurtti atau Dewa Wisnu yang tidak dapat dihancurkan oleh Mahapralaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan, lambang kerajaan memakai simbol Garuḍhamukha yang merupakan hewan kendaraan Dewa Wisnu," terangnya.
Satu hal yang menarik menurut Yori, Airlangga mendukung para penganut agama Rsi. Rsi merupakan golongan agamawan yang pengetahuannya tinggi dan hidup di tempat yang sunyi seperti hutan. Para rsi menjalankan ibadah di pertapaan dan dharmma karsyan.
"Pada masa Airlangga dilakukan pembangunan dan penetapan sima untuk pertapaan dan dharmma karsyan, seperti yang terdapat dalam Prasasti Pucangan Jawa Kuno, Prasasti Terep I dan II 954 saka, dan Prasasti Turunhyang A 958 saka," ungkapnya.
Kebijakan tersebut, lanjut Yori, diambil Airlangga bukan tanpa tujuan. Menurutnya, pendiri Kerajaan Kahuripan atau Panjalu itu ingin memperkuat legitimasi raja dari kaum rsi. Selain itu, Airlangga ingin memajukan kehidupan religi kerajaannya, khususnya kehidupan religi kaum rsi dan pertapa.
![]() |
Langkah tersebut ia tempuh untuk menjamin keberlangsungan kehidupan dan upacara keagamaan dari bangunan suci.
"Motif sosial penetapan sima bagi pertapaan merupakan bagian dari upaya Airlangga membalas jasa-jasa seseorang, kelompok, dan penduduk desa yang telah membantunya selama masa konsolidasi atau penyatuan kerajaan," cetusnya.
Vernika Hapri Witasari dalam skripsinya tahun 2009 berjudul 'Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka: Suatu Kajian Ulang' menjelaskan, kemungkinan agama yang dianut Airlangga adalah Hindu Siwa. Interpretasi ini diperkuat data dari Prasasti Pucangan Jawa Kuno. Yakni ketika Raja Wurawari menyerang Medang Kamulan tahun 1016 masehi. Airlangga lantas lari ke hutan bersama abdinya, Narottama.
Selama dalam pelarian, Airlangga hidup bersama kaum rsi di hutan. Menurut Vernika, pada masa tersebut Airlangga menjalani tahap pertama caturasrama dalam agama Hindu. Yaitu tahap brahmacharya sebagai seorang yogi. Airlangga sebagai mahayogi juga dijelaskan dalam Kakawin Arjunawiwaha yang dikarang Mpu Kanwa pada masa pemerintahannya.
"Memperhatikan pada isi prasasti dapat disimpulkan bahwa raja Airlaṅgga digambarkan sebagai seorang yogi sekaligus seorang ksatria yang menginginkan kemenangan atas semua musuhnya," tandasnya.
(dpe/dte)