Ekskavasi tahap 2 terhadap Situs Blawu di Dusun Sumbersari, Desa Sukosari, Jogoroto, Jombang berhasil mengungkap pola candi yang dibangun sebelum zaman Majapahit. Tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim juga menemukan sebuah arca yang terbuat dari batu andesit.
Penggalian arkeologi di Situs Blawu baru digelar 2 tahap. Pertama 19-24 September 2022, sedangkan tahap 2 pada 10-21 Oktober yang diperpanjang sampai 25 Oktober 2022. Meski relatif singkat, ekskavasi sudah berhasil mengungkap bentuk atau pola candi di situs ini.
"Semua pola struktur sudah kami tampakkan. Candi ini berbentuk bujur sangkar. Di setiap sisinya terdapat struktur keluar berpola huruf T," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Blawu Pahadi kepada wartawan di lokasi, Senin (24/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Candi di Situs Blawu hanya tersisa bagian kaki dengan ketinggian maksimal 130 cm. Seluruhnya terbuat dari susunan bata merah kuno berdimensi 36 x 22 x 9 cm. Tak sedikit pula bata yang tebalnya mencapai 11 cm.
Bangunan utama candi tersebut berbentuk bujur sangkar berukuran 9,9 x 9,9 meter persegi. Di setiap sisinya terdapat bangunan berbentuk huruf T, yakni di sisi utara, barat, selatan, dan timur.
![]() |
Bagian vertikal dari struktur T ini menempel ke bangunan utama candi. Masing-masing struktur T itu panjangnya 3,3 meter dengan lebar 4,2 meter. Bangunan utama itu terbentuk dari dinding bata merah yang tebalnya 80 cm sehingga terdapat ruangan di tengahnya seluas 4 meter persegi.
Sayangnya struktur T sisi timur sudah rusak parah sehingga tersisa hanya sepertiganya saja.
"Fungsi struktur T masih kami analisis dan kami cari referensi terkait itu. Struktur ini belum pernah ditemukan sebelumnya di candi-candi lainnya di Jatim," terang Pahadi.
Persis di tengah bangunan utama candi, lanjut Pahadi ditemukan sebuah sumur yang juga berbentuk bujur sangkar 1,5 x 1,5 meter persegi. Kedalaman sumur mencapai 3 meter. Di dasar tengah sumur terdapat sebuah batu andesit berbentuk lonjong. Batu andesit itu berukuran 70 x 54 cm. Tingginya belum bisa diukur karena sebagian masih terpendam di dasar sumur candi.
Menariknya, terdapat lubang 22 x 22 cm persegi persis di tengah permukaan batu tersebut. Kedalaman lubang pada batu belum bisa diukur karena masih terendam air. Batu ini diyakini menjadi tempat meletakkan kotak peripih. Sehingga kotak peripih kemungkinan besar berbentuk kubus sesuai bentuk lubang pada batu. Peripih adalah benda berharga sebagai roh candi.
Baca lebih lengkap di halaman selanjutnya.
"Temuan batu tempat kotak peripih di dalam sumuran menandakan bahwa candi ini bangunan suci untuk pemujaan. Namun, latar belakang agamanya belum kami ketahui. Karena kami tidak menemukan angka tahun, relief maupun arca yang utuh," kata Pahadi, Ketua Tim Ekskavasi Situs Blawu.
Bentuk candi di Situs Blawu kian tak lazim karena tidak ditemukan struktur tangga untuk naik ke bangunan suci tersebut. Sehingga Pahadi berasumsi candi ini memang tidak untuk dinaiki ketika masyarakat zaman dulu melalukan aktivitas keagamaan.
"Ketika melakukan pemujaan maupun pendarmaan, asumsi kami hanya pemimpin agama yang boleh menaiki candi untuk melakukan ritual, atau mungkin pemimpin agama juga ritual di bawah," cetusnya.
Lazimnya sebuah candi di zaman kerajaan, terdapat lingga dan yoni atau arca yang menjadi objek pemujaan. Nah, objek yang dipuja masyarakat zaman dulu di candi Situs Blawu ini juga belum diketahui. Tim ekskavasi memang menemukan sebuah arca berbahan batu andesit di sebelah utara candi.
Sayangnya wujud arca ini belum bisa dikenali. Sebab arca berukuran 23 x 12,5 cm itu hanya tersisa bagian dada, lengan atas sampai perut saja. Bagian perut ke bawah dan leher ke atas, belum ditemukan.
"Arca yang kami temukan tidak ada ornamen, sepertinya sudah aus. Kami belum tahu itu arca apa," ungkapnya.
Tahun pembangunan candi di Situs Blawu juga masih misterius. Sehingga belum diketahui bangunan suci tersebut dibangun dan difungsikan pada zaman apa. Pahadi sebatas memperkirakan berdasarkan ukuran bata merah penyusunnya yang mirip dengan Candi Brahu di Trowulan, Mojokerto dan Situs Pandegong di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Mojowarno, Jombang.
Kedua candi tersebut dibangun pada masa Mpu Sindok, Raja Medang periode Jatim yang berkuasa tahun 924-947 masehi. Sedangkan Kerajaan Majapahit baru berdiri tahun 1293 masehi.
"Periodesasi kami belum berani menyimpulkan karena spekulasinya sangat besar. Karena hanya berdasarkan dimensi bata. Jadi, kemungkinan memang dari pramajapahit. Tapi pada zaman kerajaan apa, belum tahu," tegasnya.
Di waktu ekskavasi yang tersisa, tambah Pahadi pihaknya menggali tanah di sekitar bangunan candi. Sehingga struktur candi dengan area sekitarnya dipisahkan parit sekitar 1 meter. "Kami beri jarak antara permukaan tanah sekitarnya dengan struktur setidaknya 1 meter untuk mencegah dinaiki masyarakat. Kami lanjutkan sampai besok membuat itu," tandasnya.