Ekskavasi Situs Blawu di Jombang Ungkap Candi dari Zaman Pramajapahit

Ekskavasi Situs Blawu di Jombang Ungkap Candi dari Zaman Pramajapahit

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 20 Sep 2022 21:03 WIB
situs blawu jombang
Ekskavasi situs Blawu di Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto)
Jombang -

Situs Blawu di Dusun Sumbersari, Desa Sukosari, Jogoroto, Jombang diekskavasi satu pekan oleh tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. Ekskavasi 19-25 September ini untuk untuk mengungkap pola dan bentuk struktur candi yang diperkirakan dari zaman sebelum Majapahit ini.

Situs purbakala ini di tengah perkebunan tebu Dusun Sumbersari. Lokasinya cukup jauh dari permukiman penduduk. Yakni sekitar 300 meter di sebelah barat kantor Desa Sukosari.

Warga setempat menyebut situs ini sebagai Makam Sentono atau Makam Mbah Blawu. Oleh sebab itu, tim ekskavasi menyebutnya dengan nama Situs Blawu. Kondisi tanahnya lebih tinggi jika dibandingkan area di sekitarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk penamaan awal kami sebut Situs Blawu," kata Koordinator Tim Ekskavasi Situs Blawu Pahadi kepada wartawan di lokasi, Selasa (20/9/2022).

Penggalian arkeologi selama 7 hari tersebut, lanjut Pahadi fokus pada lahan 120 meter persegi di Situs Blawu. Terdapat 30 kotak gali yang sudah dibuat di lokasi. Masing-masing kotak seluas 4 meter persegi. Namun, tidak semua kotak bakal digali karena terbatasnya waktu ekskavasi.

ADVERTISEMENT

"Tidak kami buka semua, yang kami gali kotak yang kami perkirakan terdapat struktur di dalamnya," terangnya.

situs blawu jombangFoto: Enggran Eko Budianto

Memasuki hari kedua, ekskavasi menyasar sisi selatan dan timur Situs Blawu. Penggalian di sisi selatan berhasil menemukan bangunan berbahan bata merah kuno. Masing-masing bata merah penyusunnya berdimensi 36x22x9 cm. Struktur ini membentang 4 meter dari barat ke timur, lalu berbelok ke utara sepanjang 2,7 meter.

Ketebalan struktur dinding ini mencapai 80 cm. Permukaan luar dan dalam tembok tebal ini sama-sama rata. Menurut Pahadi bangunan kuno ini bisa saja kaki, pondasi atau pagar yang mengelilingi candi utama.

"Asumsi kami mungkin candi utama yang dikelilingi pagar, atau candi berbilik atau berpagar dua lapis seperti Candi Gentong (di Trowulan, Mojokerto)," jelasnya.

Sedangkan ekskavasi di sisi timur Situs Blawu berhasil menemukan struktur yang diduga tangga untuk masuk ke candi utama. Bangunan berbahan bata merah kuno ini sepanjang 2 meter dari timur ke barat. Ketinggiannya sekitar 1 meter atau terdiri dari 9 lapis bata merah.

"Pola tangga sudah mulai nampak. Jadi, arah hadap candinya ke timur, pemujaan menghadap ke barat. Sama dengan Situs Pandegong yang paling dekat dengan situs ini," ungkap Pahadi.

Selain itu, penggalian di sisi timur Situs Blawu juga menemukan struktur yang membentang 2 meter dari barat ke timur. Ketinggian struktur ini 5 lapis bata merah kuno. Menurut Pahadi, satu lapisan bata paling bawah yang menjorok keluar diduga sebagai pondasi kaki candi.

"Asumsi kami permukaan tanah ketika candi ini dibuat sudah kami temukan dengan adanya anomali susunan bata keluar dan ada lapisan serbuk bata. Mungkin bahasa tekniknya lantai kerja, maka mungkin ini lapisan tanah aslinya pada kedalaman 9 lapis bata," cetusnya.

Terkait masa pembangunan candi di Situs Blawu ini, Pahadi baru sebatas membuat asumsi berdasarkan ukuran bata merah penyusun struktur. Menurutnya, bata merah di situs ini lebih besar jika dibandingkan dengan situs-situs peninggalan Majapahit di Trowulan, Mojokerto.

Bata-bata kuno di Situs Blawu lebih mirip dengan Candi Brahu dan Situs Pandegong di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Mojowarno, Jombang. Kedua candi tersebut dibangun pada masa Mpu Sindok, Raja Medang periode Jatim yang berkuasa tahun 924-947 masehi. Sedangkan Kerajaan Majapahit baru berdiri tahun 1293 masehi.

"Karena ketebalan bata lebih tebal dari candi di Trowulan, ini identik seperti Brahu dan Pandegong. Mungkin periodenya mengarah ke situ (masa Mpu Sindok). Kami belum bisa justifikasi dari zaman Mpu Sindok atau setelahnya, dugaannya mengarah ke situ," jelasnya.

Pahadi menambahkan candi di Situs Blawu ini sudah rusak lebih dari 60 persen. "Candi ada bagian atap, tubuh dan kaki candi. Yang kita lihat ini hanya struktur kaki candi," tandasnya.




(iwd/iwd)


Hide Ads