Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berada di pesisir utara Pulau Jawa. Luas Situbondo sekitar 1.638,50 km2 yang dibagi menjadi 17 kecamatan (132 desa, dan 627 dusun).
Wilayah utara Situbondo berbatasan dengan Selat Madura. Wilayah timur berbatasan dengan Selat Bali. Wilayah selatan berbatasan dengan Bondowoso dan Banyuwangi, serta wilayah barat berbatasan dengan Probolinggo.
Mayoritas penduduk Situbondo berasal dari etnis Jawa dan Madura. Mata pencaharian terbesar warganya berasal dari sektor pertanian. Namun, penduduk di beberapa wilayah yang berbatasan dengan Selat Madura dan Selat Bali memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau pengolah hasil laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut asal-usul dan sejarah Situbondo seperti dikutip dari laman resmi Situbondo:
Asal-usul Nama Situbondo
Nama Situbondo diambil dari penggalan nama Pangeran Aryo Gajah Situbondo, seorang ksatria hebat asal Madura. Suatu hari, Pangeran Aryo pergi ke Surabaya untuk meminang putri dari Adipati Suroboyo yang terkenal cantik.
Keinginan Pangeran Aryo ditolak oleh Adipati Suroboyo. Namun, penolakannya tidak diutarakan secara terus-terang.
Adipati Suroboyo memberi syarat kepada Pangeran Aryo untuk membabat hutan di sebelah timur Surabaya. Padahal, syarat tersebut hanya suatu alasan agar Adipati Suroboyo dapat mengulur waktu untuk menyingkirkan Pangeran Aryo.
Keponakan Adipati Suroboyo dari Kediri yang bernama Joko Taruno rupanya juga punya keinginan untuk menyunting putrinya. Adipati Suroboyo akan mewujudkan keinginan tersebut jika Joko Taruno dapat mengalahkan Pangeran Aryo.
Joko Taruno pergi ke hutan untuk menantang Pangeran Aryo. Namun, Joko Taruno tidak bisa mengalahkan Pangeran Aryo. Akhirnya, Joko Taruno mengadakan sayembara. Orang yang bisa mengalahkan Pangeran Aryo akan mendapatkan hadiah berupa separuh kekayaan Joko Taruno.
Putra Mbok Rondo Prabankenco yang bernama Joko Jumput pun mengikuti sayembara tersebut. Rupanya, Joko Jumput dapat mengalahkan Pangeran Aryo.
Pangeran Aryo tertendang jauh ke arah timur hingga ke daerah Situbondo. Itu ditandai dengan ditemukannya odheng atau ikat kepala Pangeran Aryo yang di Kelurahan Patokan.
Di hadapan Adipati Suroboyo, Joko Taruno mengaku telah mengalahkan Pangeran Aryo. Namun, Adipati Suroboyo tidak begitu saja mempercayainya. Adipati Suroboyo menyuruh Joko Taruno dan Joko Jumput untuk bertarung agar dapat menentukan pemenang yang sebenarnya. Pada saat pertarungan, Joko Taruno tertimpa kutukan menjadi patung Joko Dolog akibat kebohongannya.
Namun menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Situbondo berasal dari kata Siti yang berarti tanah dan Bondo yang berarti ikat. Hal tersebut dikaitkan dengan sebuah keyakinan bahwa orang pendatang akan diikat untuk menetap di Situbondo.
Situbondo ternyata sempat berganti nama. Baca halaman selanjutnya!
Sejarah Situbondo
Sejarah Situbondo tidak terlepas dari keberadaan Karesidenan Besuki. Karesidenan Besuki kali pertama dibabat oleh Ki Pateh pada tahun 1700, yang kemudian dipasrahkan kepada Tumenggung Joyo Lelono.
Saat itu bertepatan dengan Belanda yang telah menguasai Pulau Jawa. Karena Tumenggung Joyo Lelono tidak berdaya, Karesidenan Besuki akhirnya dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.
Pada 1798, Pemerintahan Belanda sempat mengalami kekurangan keuangan. Sehingga, Pulau Jawa dikontrakkan kepada orang China. Kemudian, Thomas Stamford Raffles dari Inggris datang untuk menggantikan kekuasaan Belanda dan menebus Pulau Jawa.
Namun, kekuasaan Inggris tidak bertahan lama. Pulau Jawa kembali dikuasai oleh Belanda. Raden Noto Kusumo putra dari Pangeran Sumenep Madura yang bergelar Raden Tumenggung Prawirodiningrat I diangkat sebagai Residen Pertama Karesidenan Besuki.
Dalam masa pemerintahannya, Raden Prawirodiningrat I banyak membantu Belanda membangun Situbondo. Salah satunya pembangunan Dam Air Pintu Lima di Desa Kotakan.
Raden Prawirodiningrat I kemudian digantikan oleh Raden Prawirodiningrat II. Raden Prawirodiningrat II banyak menghasilkan karya yang cukup menonjol seperti pembangunan pabrik gula di Kabupaten Situbondo. Atas jasanya, Raden Prawirodiningrat II diberi hadiah berupa Kalung Emas Bandul Singa oleh Pemerintah Belanda.
Setelah Raden Prawirodiningrat II meninggal dunia, kepemimpinannya digantikan oleh Raden Prawirodiningrat III. Namun, perkembangan Karesidenan Besuki menurun di bawah pemerintahan Raden Prawirodiningrat III.
Itu karena Kabupaten Situbondo mengalami perkembangan pesat berkat adanya beberapa pelabuhan, seperti Pelabuhan Panarukan, Kalbut, dan Jangkar. Pusat pemerintahan Karesidenan Besuki akhirnya berpindah ke Kabupaten Situbondo dengan Raden Tumenggung Aryo Soeryo Dipoetro sebagai bupati pertama Situbondo.
Perubahan Nama Kabupaten
Mulanya, nama Kabupaten Situbondo adalah Kabupaten Panarukan. Oleh karena itu, jalan sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang dibangun oleh Gubernur Jendral Daendels dengan sistem kerja paksa, lebih dikenal dengan sebutan Jalan Anyer-Panarukan.
Seiring berjalannya waktu, nama Kabupaten Panarukan diubah menjadi Kabupaten Situbondo pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir (1972). Itu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 / 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daerah.