Ekskavasi Situs Watesumpak di Desa Watesumpak, Trowulan, Kabupaten Mojokerto memasuki hari ke-7. Tim ekskavasi menemukan struktur pagar berbentuk zig-zag bekas permukiman penting zaman Majapahit.
Jika dirunut dari sisi barat, struktur yang sudah nampak memanjang ke timur sekitar 5 meter. Bangunan dari bata merah kuno yang tebalnya 60-70 cm ini lantas berbelok ke arah selatan. Terdapat dua dinding segaris ke arah selatan yang tebalnya juga 60-70 cm. Persis di siku timur laut terdapat sisa pilar sekitar 1x1 meter persegi. Tingginya sekitar 80 cm.
Dua struktur yang membentang ke arah selatan sekitar 10 meter, bertemu dengan dinding dari barat ke timur. Panjang struktur sisi selatan ini sekitar 15 meter, sedangkan ketebalannya 60-70 cm. Di ujung timur struktur berbelok ke selatan. Panjang struktur yang sudah nampak dari sudut belokan baru sekitar 2 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Struktur di sudut tenggara masih berlanjut ke selatan. Struktur dinding sisi utara juga masih berlanjut ke barat," kata Koordinator Tim Ekskavasi Situs Watesumpak Vidi Susanto kepada detikJatim di lokasi ekskavasi, Jumat (23/9/2022).
Sedangkan struktur paling barat sisi barat laut bentuknya lebih menarik. Karena terdapat sejumlah ornamen geometris di permukaannya. Di sebelah selatannya terdapat 3 umpak yang berjajar. Masing-masing umpak juga tersusun dari bata merah kuno.
"Kami belum bisa menginterpretasikan itu (struktur berornamen di sisi barat). Melihat profilan ini, ada kemungkinan pintu masuk dari arah barat," terang Vidi.
Ketinggian bangunan purbakala di Situs Watesumpak ini paling rendah 1 lapis bata merah, paling tinggi 170 cm. Menurut Vidi, pembangunan struktur sisi barat dengan teknik gosok. Sedangkan struktur utara dan selatan dengan teknis spasi. Isian spasi menggunakan tanah.
"Struktur yang dibangun dengan teknik spasi mempunyai pondasi lebih dalam dibandingkan yang teknik gosok," jelasnya.
Sejauh ini hipotesis Vidi terhadap Situs Watesumpak belum berubah. Ia memperkirakan bangunan purbakala ini bekas pagar permukiman. Karena banyak ditemukan pecahan genting, ukel, vas bunga, mangkuk beragam variasi, batu pipisan 35 x 49 x 18 cm dan 2 fragmen lumpang berbahan batu, fragmen bakalan kepala arca, bata relief, lingga, serta batu diduga nisan.
Sekitar 10 meter di sebelah barat Situs Watesumpak ditemukan kolam bata merah seluas 2x2 meter persegi. Di tengah kolam terdapat sumur berdiameter 0,5 meter. Sedangkan di sebelah barat laut situs tersebut, ditemukan 3 sumur kuno. Dua di antaranya berupa sumur jobong. Satu sumur berbahan bata merah kuno dengan diameter 97 cm dan tinggi 57 cm.
"Struktur dinding itu bisa jadi pagar. Fungsinya sebagai sekat antar ruang. Kita bisa melihat relief Candi Penataran, Jawi, Minak Jinggo, sebuah permukiman di dalamnya ada berbagai macam bangunan yang antar bangunan dibatasi oleh pagar," ungkapnya.
Permukiman kuno di Situs Watesumpak ini, lanjut Vidi disinyalir berdiri pada zaman Kerajaan Majapahit. Karena pecahan keramik yang ditemukan di situs ini berasal dari Dinasti Yuan di Tiongkok abad 10-12 masehi.
Menariknya lagi, situs ini diperkirakan sebuah permukiman yang tergolong penting pada masa lalu. Berdasarkan Kitab Negarakertagama, hanya permukiman penting yang dikelilingi pagar besar. Sedangkan permukiman rakyat biasa dibuat berbaris tanpa pagar keliling.
"Dari analogi memang mengarah ke Majapahit. Karena kompleks ini terdiri dari beragam komponen. Kami melihat temuan di kanan kirinya. Kalau kompleksnya besar bisa dikatakan pakuwuan. Bisa jadi permukiman kerabat keraton, para bangsawan yang punya strata ekonomi tinggi, bisa juga para pemuka agama," tandasnya.
(dpe/iwd)