Situs Watesumpak di Desa Watesumpak, Trowulan, Kabupaten Mojokerto diekskavasi untuk pertama kalinya sejak ditemukan 14 tahun lalu. Selain situs tersebut, ternyata desa ini mempunyai banyak peninggalan bersejarah yang belum disentuh penelitian.
Pertama petilasan Empu Supo di tengah makam umum Dusun Watesumpak. Peninggalan bersejarah ini persis di belakang SDN dan Balai Desa Watesumpak. Petilasan tersebut berupa pendapa dan struktur bata merah yang ditata melingkar. Kedua bangunan itu berada di gundukan tanah sekitar 3 meter lebih tinggi dari sekitarnya.
Petilasan Empu Supo lebih rindang karena dinaungi 3 pohon jati besar. Pintu masuknya berupa tangga dengan 9 tingkat dan gapura bergaya Majapahit. Menurut pemerintah desa setempat, petilasan ini baru saja direhab tahun 2021 menggunakan dana hasil iuran masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bentuknya dulu bangunan rumah Empu Supo untuk persinggahan beliau ketika membuat pusaka pada zaman Majapahit, membuat tombak dan keris," kata Kepala Dusun Watesumpak Masruhan (53) kepada detikJatim di Kantor Desa Watesumpak, Selasa (20/9/2022).
Struktur bata merah melingkar di sisi kiri pendapa petilasan Empu Supo, lanjut Masruhan sebagai tempat para pengunjung bermeditasi. Warga setempat juga rutin menggelar istigasah di petilasan ini setiap Rabu Wage malam. Selain itu, mayoritas penduduk juga masih kenduri di tempat ini ketika menggelar hajatan pernikahan atau khitanan.
Karena masyarakat setempat masih percaya Empu Supo merupakan pembuat pusaka atau ahli pandai besi pada zaman Majapahit. Menurut Masruhan, Empu Supo dimakamkan di pemakaman Sunan Kalijaga di Demak, Jateng. Karena konon sang empu adalah adik ipar Sunan Kalijaga. Namun, selama ini belum ada penelitian terhadap tempat bersejarah tersebut.
![]() |
"Istigasah setiap Rabu Wage malam. Jadi, sebulan sekali. Tujuannya kirim doa kepada para leluhur, termasuk untuk Empu Supo," terangnya.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Vidi Susanto menjelaskan Desa Watesumpak mempunyai banyak peninggalan bersejarah. Data tersebut ia dapatkan ketika melakukan survei lokasi tahun 2018. Dua di antaranya Situs Watesumpak yang sedang diekskavasi dan petilasan Empu Supo.
Dalam survei tersebut, pihaknya juga menemukan makam kuno di Dusun Watesumpak. Di lokasi ini terdapat 4 makam yang dikelilingi pagar batu andesit. Tangga sebagai akses masuk juga berbahan batu andesit. Begitu pula batu nisan masing-masing makam.
Masyarakat setempat meyakini terdapat candi di bawahnya. Konsep tersebut sama dengan Situs Watesumpak yang terdapat 4 makam di puncaknya. Keberadaan makam itu untuk melindungi situs purbakala dari perusakan.
"Di peta topografi buatan Belanda tahun 1882 di sana (lokasi makam kuno Dusun Watesumpak) sudah ada banyak makam," jelasnya.
Di sekitar makam kuno, kata Vidi ditemukan 2 objek cagar budaya. Pertama sendang kembar di sebelah barat makam kuno. Petirtaan itu membentang dari utara ke selatan. Masing-masing kolam luasnya 8x2 meter persegi. Menurut cerita warga setempat, sendang ini masih dipakai mandi dan mencuci baju tahun 1975.
Benda cagar budaya kedua berupa 2 batu gendang. Masing-masing batu berbentuk gendang ini mempunyai panjang 1,68 meter, diameter 0,78 meter dan tinggi 0,5 meter. Kedua batu terpisah sejauh 4,2 meter. Menurut warga setempat, dulunya terdapat kolam kuno di bawah batu gendang tersebut.
Menariknya lagi, banyak temuan arkeologi di sekitar Situs Watesumpak. Situs purbakala ini sedang diekskavasi BPCB Jatim sejak Sabtu (17/9/2022). Di sebelah utara situs ini setidaknya ditemukan batu pipisan 35 x 49 x 18 cm dan 2 fragmen lumpang berbahan batu. Juga ditemukan 10 bata kuno, fragmen bakalan kepala arca, bata relief, bata bermotif ukel, lingga, serta batu diduga nisan.
Sekitar 10 meter di sebelah barat Situs Watesumpak ditemukan kolam bata merah seluas 2x2 meter persegi. Di tengah kolam terdapat sumur berdiameter 0,5 meter. Sedangkan di sebelah barat laut situs tersebut, ditemukan 3 sumur kuno. Dua di antaranya berupa sumur jobong. Satu sumur berbahan bata merah kuno dengan diameter 97 cm dan tinggi 57 cm.
"Dalam catatan inventarisasi Dinas Purbakala Belanda (ROD) tahun 1915 dijelaskan ada candi berbahan bata merah dengan relief wayang di Desa Watesumpak. Namun, lokasi candi di catatan itu masih kami cari," ungkapnya.
Tentu saja diperlukan penelitian untuk mengungkap nilai sejarah dan fungsi berbagai situs di Desa Watesumpak. Dukungan anggaran dari pemerintah daerah juga diperlukan untuk melakukan ekskavasi situs-situs tersebut. Karena BPCB Jatim selama ini mempunyai skala prioritas untuk mengucurkan anggaran ekskavasi.
"Hingga tahun 2023, ekskavasi diprioritaskan untuk Situs Kumitir (di Kecamatan Jatirejo, Mojokerto) dan Situs Klinterejo. Lainnya berdasarkan survei penyelamatan. Kalau dianggap potensi akan dilanjutkan ke ekskavasi," tandas Vidi.
(iwd/iwd)