Sejarah Rebo Wekasan di Gresik, Tradisi Warisan Zaman Sunan Giri

Sejarah Rebo Wekasan di Gresik, Tradisi Warisan Zaman Sunan Giri

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Selasa, 20 Sep 2022 22:09 WIB
Warga Desa Suci, Kecamatan Manyar menggelar tradisi Rebo Wekasan. Tradisi ini turun-temurun sejak zaman Sunan Giri.
Sendang Sono/Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim
Gresik -

Warga Desa Suci, Kecamatan Manyar menggelar tradisi Rebo Wekasan. Tradisi ini turun-temurun sejak zaman Sunan Giri.

Dalam informasi yang dihimpun detikJatim, Rebo Wekasan disebut juga dengan istilah Rabu Wekasan. Rebo berarti Hari Rabu. Sedangkan Wekasan artinya pamungkas atau terakhir. Jadi Rebo Wekasan adalah Hari Rabu terakhir di Bulan Safar.

Di Desa Suci, sejarah Rebo Wekasan tak bisa dilepaskan dari keberadaan Sendang Sono. Telaga tersebut pertama kali ditemukan oleh murid Sunan Giri bernama Syeikh Jamaludin Malik, atas petunjuk Sunan Giri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, Syekh Jamaluddin berkunjung ke Desa Polaman. Kunjungan santri itu secara khusus diutus Sunan Giri untuk menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut. Di sana, sang santri mendirikan masjid dan surau atau pondok sebagai sarana pendidikan.

"Lambat laun, karena banyak yang nyantri di Syekh Jamaluddin, air menjadi kebutuhan yang mendasar. Sebab tempat yang semula ditempati, airnya semakin sedikit," kata tokoh masyarakat Desa Suci, H R Moch Syahid, Selasa (20/9/2022).

ADVERTISEMENT
Warga Desa Suci, Kecamatan Manyar menggelar tradisi Rebo Wekasan. Tradisi ini turun-temurun sejak zaman Sunan Giri.Rebo Wekasan di Gresik/ Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim

Di tengah kebingungan mencari air, Syekh Jamaluddin kemudian berkonsultasi dengan Sunan Giri, yang tak lain adalah gurunya. Atas petunjuk Sunan Giri, Jamaluddin diminta pergi mencari sebuah pohon besar bernama sono, dan menggali di sekitar akar pohon tersebut.

"Petunjuknya Sunan Giri adalah, jika ada pohon besar di situ pasti ada sumber. Akhirnya santri itu menemukan sumber di bawah pohon sono, yang kemudian dikenal bernama Sendang Sono," jelas Syahid.

"Setelah ketemu sumber itu, Syekh Jamaluddin memindahkan masjid di Jalan Pandanarum, Desa Suci. Masjid itu namanya Mambaut Thoat. Masjid ini pertama kali dibangun di desa ini," lanjut Syahid.

Setelah ditemukan Sendang Sono, Sunan Giri memerintahkan Skekh Jamaluddin untuk melakukan tasyakuran. Serta tabarrukan karena mengambil barokah dari air itu.

Perintah itu ditunaikan dengan salat malam, mandi malam. Kebetulan, itu semua dilakukan pada Hari Rabu terakhir di Bulan Safar.

"Ritual itu kemudian mulai dilakukan dan menjadi tradisi tahunan. Setiap Rabu terakhir Bulan Safar, banyak orang berkumpul di telaga itu, hingga ramai orang yang berjualan dan saat itu dinamakan tradisi Rebo Wekasan," tutur Syahid.

Selain Sendang Sono, ada lima tempat pemandian di telaga tersebut. Antara lain Sendang Wadon (tempat ibu-ibu atau perempuan) dan Sendang Sumber Lanang (untuk Laki-laki). Lalu Sendang Guyangan untuk memandikan ternak sapi, kuda hingga kerbau.

"Sendang Blumbang, tempat mandi untuk keluarga, dan bersuci hendak salat. Yang terakhir sendang yang mengalir ke sawah masyarakat tempo dulu di tahun 1990 sampai 1999 masih ada," kata Syahid.

Kini, kondisi telaga berubah fungsi. Syahid berharap ada perhatian dari pemerintah, berupa pelestarian cagar budaya maupun lainnya. Sendang Sono dinilai sebagai peninggalan sejarah yang berharga.

"Rebo Wekasan ini sinkronis dengan situs-situs sejarah, dan Rebo Wekasan mampu sebagai budaya daerah. Seharusnya Telaga Sendang Sono dilestarikan menjadi cagar alam, atau aset Desa agar tidak terbengkalai seperti saat ini," pungkas Syahid.



Simak Video "Video: Kata Petugas Damkar di Gresik soal Viral Bantu Warga Usir Ular Gaib"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads