Prabu Sri Aji Jayabaya merupakan raja yang paling diingat masyarakat karena berbagai ramalannya. Jayabaya diperkirakan memerintah Kerajaan Panjalu (Kediri) pada tahun 1135-1157.
Jayabaya merupakan putra Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dan Putri Sekartaji dari Daha. Pada masa Jayabaya memerintah, Kerajaan Kediri mencapai kejayaannya.
Tak hanya dalam ilmu pengetahuan, sastra dan seni juga mengalami perkembangan yang pesat. Pada masanya, kitab Mahabarata dan Ramayana diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jayabaya juga menulis ramalan akan masa depan yang kemudian diyakini banyak yang telah terjadi. Ramalannya ditulis dalam bentuk kakawin atau tembang Jawa.
Kakawin ini berupa 21 pupuh berirama Asmaradana, 29 pupuh berirama Sinom dan 8 pupuh berirama Dhandanggulo, yang kemudian dikenal dengan Kitab Musarar. Masyarakat kemudian mencari makna dari tembang tersebut dan dihubungkan dengan masa depan.
Ramalan Jayabaya diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2100 mendatang. Ramalan Jayabaya banyak yang mengupas mengenai situasi dan kondisi Nusantara, khususnya di Pulau Jawa.
Salah satu ramalan Jayabaya:
Besuk nek wis anak kereta mlaku tanpa jaran
Tanah Jawa kalungan wesi
Prahu mlaku ing awang-awang
Kali ilang kedunge
Pasar ilang kumandhange
Iku tanda yen zaman Jayabaya wis cedak
Artinya:
Besok jika sudah ada kereta berjalan tanpa kuda
Tanah Jawa berkalung besi
Perahu berjalan di angkasa
Sungai hilang lubuknya
Pasar tak lagi ramai berkumandang
Itulah pertanda zaman Jayabaya sudah dekat
Sejumlah pengamat menilai ramalan Jayabaya memiliki sifat keluwesan atau plastisitas sehingga cocok diterapkan di berbagai zaman. Tak hanya itu, ramalan Jayabaya juga mudah ditafsirkan sesuai konteks yang ada.
Meski demikian, ada juga sejumlah ramalan yang belum terjadi. Salah satu yang populer yakni mengenai Satria Piningit. Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut Satria Piningit akan muncul saat memasuki zaman kalabendhu (carut-marut).
Dalam situasi itu, Satria piningit akan muncul dan membawa keluar dari situasi kalabendhu. Jayabaya menggambarkan Satria Piningit seorang pemimpin ratu adil yang serupa Batara Kresna dan berwatak seperti Pandawa serta bersenjata trisula. Hal ini dijelaskan dalam baitnya seperti berikut.
Selet-selet yen mbesuk ngancik tutuping tahun
Bakal ana dewa ngejawantah
Bpengawak manungsa
Apasurya padha betara Kresna
Awatak Baladewa
Agegem trisula wedha
Jinejer wolak-waliking jaman
Artinya:
Selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
Akan ada dewa tampil
Berbadan manusia
Berparas seperti Batara Kresna
Berwatak seperti Baladewa
Bersenjata trisula weda
Tanda datangnya perubahan zaman
Jayabaya turun tahta pada usia yang sangat sepuh. Ia disebutkan moksa di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Lokasi yang diyakini sebagai tempat moksa Prabu Jayabaya kini dijadikan sebagai petilasan. Hingga kini, tempat itu dikeramatkan penduduk setempat dan ramai dikunjungi peziarah.
Berikut sejumlah ramalan Jayabaya lainnya yang ditulis detikJatim:
1. Mengenal Prabu Jayabaya Sang Raja Peramal
2. Sederet Ramalan Jayabaya yang Dipercaya Telah Terjadi
3. Sosok Satria Piningit yang Diramalkan Jayabaya di Era Kalabendhu
4. Gambaran Zaman Kalabendhu dalam Ramalan Jayabaya
5. Mengunjungi Petilasan di Kediri Tempat Prabu Jayabaya Moksa
(abq/sun)