Gambaran Zaman Kalabendhu dalam Ramalan Jayabaya

Gambaran Zaman Kalabendhu dalam Ramalan Jayabaya

Tim detikJatim - detikJatim
Senin, 12 Sep 2022 17:32 WIB
Prabu Jayabaya
Prabu Jayabaya (Foto ilustrasi: Fuad H/detikcom)
Surabaya -

Sri Aji Jayabaya atau Prabu Jayabaya meramalkan Nusantara khususnya di tanah Jawa akan memasuki zaman gonjang-ganjing atau kalabendhu (carut-marut). Ramalan ini dipercaya akan datang, bahkan sebagian tanda-tandanya diyakini telah terjadi.

Lalu bagaimana kondisi zaman kalabendhu yang diramalkan Jayabaya?

Yanuar Arifin dalam bukunya Menunggu Satrio Piningit (2011) menjelaskan zaman kalabendhu digambarkan dalam ramalan Jayabaya sebagai zaman kegelapan. Saat itu berbagai bencana alam datang silih berganti tanpa disertai tanda-tanda terlebih dahulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itulah bencana alam datang bertubi-tubi. Banjir bandang menenggelamkan rumah dan hasil pertanian. Daratan telah menjadi rawa-rawa. Gunung api silih bergantian meletus menumpahkan lahar atau sekadar meletupkan awan panas," tulis Yanur.

Yanuar kemudian memaparkan bait-bait ramalan Jayabaya yang menyinggung kondisi alam pada zaman kalabendhu tersebut:

ADVERTISEMENT

Banjir bandang anak ngendi-ngendi.
Gunung Njeblug tan anjarwani, tan angimpeni,
gehtinge kepathi-pathi marang pandhita kang oleh pati geni,
marga wedi kapiyek wadine sapa sira sing sayekti.

(Banjir bandang di mana-mana.
Gunung meletus tidak dinyana-nyana,
tidak ada isyarat terlebih dahulu
sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur,
karena takut akan terbongkar siapa Anda sebenarnya).

Sedangkan pada kondisi sosial, Jayabaya meramalkan semua hal menjadi terbalik. Tata kehidupan juga tak dipakai lagi. Karena semua saling menjatuhkan dan menindas satu sama lain.

"Pada zaman kalabendhu, semua hal menjadi terbalik. Yang benar menjadi salah, yang salah justru dijadikan pegangan hidup. Tatanan kehidupan pun tidak lagi dipakai. Banyak orang pintar dan cerdas, namun justru menggunakan kecerdasan untuk mengakali orang lain," papar Yanuar.

Situasi ini diramalkan Jayabaya dalam bait-baitnya seperti dipaparkan Yanuar berikut ini:

Pancen wolak-waliking zaman,
amenangi zaman edan,
ora udan ora kuman.
sing waras padha nggagas,
wong tani ditaleni,
wong dora padha ura-ura,
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha.

(Sungguh zaman gonjang-ganjing,
menyaksikan zaman gila,
tidak ikut gila tidak kebagian,
yang sehat pada olah pikir,
para petani pada dibelenggu,
para pembohong saling bersukaria,
beruntunglah bagi yang lupa,
masih beruntung yang ingat dan waspada).

Kondisi ini semakin lengkap karena para pemimpin negeri tak ada yang menepati janji. Hukum dan kebenaran juga sudah tak bisa ditegakkan. Saat itulah, kekuasaan dan kewibawaan para penguasa lenyap tidak.

Ratu ora nepati janji,
musna kuwasa lan prabawane,
akeh omah dhuwur kuda,
wong padha mangan wong,
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan,
yen wengi padha ora bisa turu,

Sing edan padha bisa dandan,
sing abangkang padha bdias,
nggalang omah magrong-magrong.

Wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludes,
akeh wong mati kaliren gisining pangan,
akeh wong nyekel bendha ning uripe sengsara.

(Ratu tidak menepati janji,
kehilangan kekuasaan dan kewibawaan,
banyak rumah di atas kuda,
orang makan sesamanya,
kayu gelondong dan besi juga dimakan,
malam hari tidak bisa tidur,
yang gila bisa berdandan,
yang membangkang semua dapat membangun rumah gedung yang megah-megah,
orang yang berdagang barang semakin laris,
namun hartanya semakin habis,
banyak orang mati kelaparan di samping kelaparan,
banyak orang yang berharta namun kehidupannya sengsara).

Pada saat kekacauan itu, Jayabaya kemudian meramalkan akan muncul Satria Piningit. Sosoknya digambarkan seperti Kresna, wataknya seperti Baladewa tegas dan tak gentar dengan musuh. Satria Piningit ini bersenjata trisula yang dimaknai keadilan, kebenaran dan kebijaksanaan yang akan membawa keluar dari zaman kalabendhu.

Selet-selet yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha betara Kresna
awatak Baladewa
agegem trisula wedha
jinejer wolak-waliking jaman

(Selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
akan ada dewa tampil berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
Berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula weda
tanda datangnya perubahan zaman).




(abq/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads