Berada di tengah perbukitan, keberadaan Makam Dinger sangat menonjol dari kejauhan. Dulunya, bangunan ini merupakan mausoleum atau kompleks makam keluarga Dinger.
Mereka adalah penguasa perkebunan di kawasan yang kini masuk wilayah Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
![]() |
Hingga kini, keberadaan makam Dinger masih menjadi misteri. Masyarakat menyebut bangunan makam ini dahulu menyimpan dua buah peti mati yang dipercaya sebagai peti mati Graaf J. Dinger dan istrinya. Namun, keduanya dipindahkan ke negeri asalnya, Belanda.
Diperkirakan Graaf J. Dinger meninggal pada tahun 1917 berdasarkan tulisan Anno 1917 yang dipahat di atas pintu masuk sisi kanan dan kiri makam.
Saat ini, area bangunan makam Famille Graaf J. Dinger telah dipasang pagar besi oleh Pemerintah Kota Batu. Keberadaan makam ini masih menjadi misteri.
Untuk memasuki Makam Dinger, harus melewati sebuah jembatan dengan panjang sekitar 8,5 meter. Bagian bawah jembatan dulunya diduga merupakan sungai, tetapi kini sudah menjadi lahan pertanian.
Seperti di bagian kanan kiri serta belakang area Makam Dinger, yang kini ditanam buah apel dan komoditas pertanian lainnya. Di sini, terdapat dua daun pintu sebagai akses bangunan makam. Kondisinya terlihat sudah usang karena tak terawat.
![]() |
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Siddiq mengaku, kompleks makam Dinger sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya tahun ini.
"Sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, dan kami telah melakukan beberapa pembenahan untuk melestarikan situs budaya itu," ungkapnya kepada detikJatim, Sabtu (28/5/2022).
Meski begitu, diakui Siddiq belum ada catatan lengkap mengenai bangunan tersebut. Siddiq juga menyebut tidak ada makam atau peti jenazah di dalamnya.
Informasi dari masyarakat sekitar, Dinger merupakan orang Belanda yang dipercaya mengelola perkebunan setempat saat masa penjajahan.
"Kami terus mencari dokumen dan literasi terkait Makam Dinger ini. Karena belum kami temukan catatan yang jelas dan terang. Hanya saja menurut warga Dinger dulunya merupakan penguasa perkebunan di wilayah itu," ungkapnya.
![]() |
Karena telah menjadi situs cagar budaya, Dinas Pariwisata Kota Batu membuat pagar sebagai pembatas area bangunan dengan lahan pertanian di sekitarnya.
"Kita coba benahi dengan pengecatan ulang dan membangun pagar, karena sudah menjadi situs cagar budaya," pungkasnya
(hil/sun)