Mengintip Tradisi Ngaji Kitab Tafsir Surah Yasin di Ponpes di Jombang

Mengintip Tradisi Ngaji Kitab Tafsir Surah Yasin di Ponpes di Jombang

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 12 Apr 2022 15:33 WIB
Santri ngaji tafsir
Santri ngaji tafsir/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Jombang -

Ramadan menjadi momen bagi umat Islam untuk berlomba-lomba meningkatkan ibadah. Tak terkecuali para santri Tahfiz Sunan Bonang Ponpes Mambaul Ma'arif, Jombang. Di sela kesibukan menghapal Al-Qur'an, mereka menunaikan tradisi mengaji kitab tafsir Surah Yasin.

Menjelang berbuka puasa, sekitar 60 santri sibuk dengan pulpen dan kitab kuning masing-masing. Dengan cekatan tangan para santri menulis penjelasan guru mereka pada kitab tafsir Surah Yasin tersebut.

Sedangkan Pengasuh Asrama Tahfidz Sunan Bonang, Muhammad Jauharul Afif atau Gus Afif menjabarkan makna setiap ayat dari Surah Yasin. Tentu saja sesuai isi kitab tafsir Surah Yasin karya Syekh Hamami Zadah dari abad 12 hijriah. Syekh Hamami merupakan ulama besar yang khusus menafsirkan Surah Yasin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesibukan puluhan santri di Asrama Tahfiz Sunan Bonang ini bakal selalu dijumpai setiap siang sampai sore menjelang buka puasa selama Ramadan. Karena mengaji tafsir Surah Yasin sudah menjadi tradisi di pesantren ini.

"Biasanya kami lebih banyak mengaji Al-Quran. Selama Ramadan, siang sampai sore kami gunakan mengaji kitab tafsir Surah Yasin," kata Gus Afif di lokasi, Selasa (12/4/2022).

ADVERTISEMENT

Asrama Tahfiz Sunan Bonang saat ini mempunyai 230 santri putra dan putri yang belajar untuk menghalalkan Al-Qur'an. Puluhan santri yang menunaikan tradisi mengaji kitab tafsir Surah Yasin tak lantas lepas dari tanggung jawab menghafal kitab suci umat muslim tersebut.

"Kalau malam mereka tetap setoran hafalan Al-Quran supaya anak-anak hafalannya tidak putus," terang Gus Afif.

Mengaji kitab tafsir Surah Yasin dipilih sebagai tradisi selama Ramadan di pesantren ini bukan tanpa sebab. Menurut Gus Afif, surah ke-36 Kitab Suci Al-Qur'an yang terdiri dari 83 ayat itu dinilai tidak terlalu panjang.

Berbeda halnya dengan Kitab Tafsir Jalalain karya Syekh Jalaluddin Al Mahalli dan Syekh Jalaluddin As Suyuthi. Sehingga para santri bisa menuntaskan kajian sebelum mereka mudik ke kampung halaman masing-masing.

"Selain itu, karena surah ini cerita-ceritanya luar biasa," jelasnya.

Surah Yasin, lanjut Gus Afif, salah satunya mengisahkan tentang utusan Nabi Isa AS untuk mengajak rajanya yang menyembah berhala agar beriman kepada Allah SWT. Mula-mula, Nabi Isa mengutus dua orang untuk meng-Islamkan raja tersebut.

Namun, utusan pertama gagal karena metode dakwah mereka yang frontal sehingga berakhir di penjara. Selanjutnya, Nabi Isa mengutus Syam'un untuk menunaikan misi yang sama. Utusan kedua ini menggunakan metode dakwah yang baik sehingga bisa mengambil hati masyarakat dan raja.

Bahkan, Syam'un juga mempunyai keistimewaan seperti Nabi Isa. Yaitu menyembuhkan penyakit kusta, lepra dan menghidupkan orang mati. Utusan nabi ini pun merayu raja agar membebaskan dua sahabatnya yang dipenjara. Syam'un menyebut dua sahabatnya itu juga bisa menghidupkan orang mati.

"Di akhir cerita, dia menghidupkan anak raja yang saat itu mati. Setelah dihidupkan, anak raja ini bercerita kalau disiksa karena kafir. Akhirnya ditolong ketiga orang ini, Syamun dan dua temannya. Setelah kejadian itu, raja dan para kaumnya beriman kepada Allah SWT dan utusannya," tuturnya.

Mengaji tafsir Al-Qur'an, menurut Gus Afif, sangat penting bagi para santri. Karena kitab suci umat muslim itu sangat luar biasa, baik dari segi sastra maupun makna di setiap ayatnya. Ia berharap, para santri menguasai ilmu agama sekaligus bisa mengamalkan saat mereka lulus nanti.

"Saya berharap para santri juga mempunyai keterampilan, tidak hanya bisa mengaji, urusan duniawi juga tidak bisa ditinggalkan. Ketika keluar nanti, secara akidah dan pemikiran tidak keluar dari Ahlusunnah Wal Jamaah, tidak menjadi radikal," tegasnya.

Bukan menjadi beban, mengaji tafsir Al-Qur'an selama Ramadan justru sebuah kesenangan bagi para santri di Asrama Tahfiz Sunan Bonang. Karena di luar Ramadan, mereka lebih banyak sibuk menghafal Al-Qur'an.

Seperti yang dirasakan Bunga Suhaila Rahmadini (19), santriwati asal Lampung. Menurutnya, mengaji kitab-kitab tafsir Al-Quran akan memperluas pengetahuannya tentang ajaran Islam.

"Kami kan penghafal Al-Qur'an, menghafal itu penting juga dengan memahami maknanya. Berawal dari tafsir Surah Yasin, nanti bisa melanjutkan ke surah-surah lainnya," ujarnya.

Begitu juga yang dirasakan Muhammad Rosyid Ridloh (18), santri asal Lamongan. "Banyak sekali pelajaran yang bisa kami ambil dari mengaji tafsir Surah Yasin ini. Misalnya menambah keimanan, ketaqwaan dan kecintaan terhadap Al-Quran," tandasnya.




(abq/fat)


Hide Ads