Tradisi ini digelar dengan mengirim doa pada para leluhur, orangtua dan sanak saudara yang sudah meninggal. Sementara tempatnya, yakni di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat.
"Ini tradisi bagi warga Nahdliyin dalam menghormati leluhur, orang tua dan keluarga yang meninggal dunia. Kita mendoakan bersama," ujar Ketua Panitia acara, Ustaz Isnaini kepada detikJatim, Senin (28/3/2022).
Tak hanya itu, Isnaini mengatakan, kegiatan Ngeruwah Bareng ini juga mempunyai nilai positif. Diantaranya, mempererat jalinan silaturahmi antar warga, menciptakan kerukunan masyarakat, memberikan edukasi kepada generasi muda untuk tetap menghormati leluhur atau orang tua serta mengetahui akan silsilah kekerabatan atau keluarga.
"Banyak manfaat yang diterima di kegiatan ini," tambahnya.
Sementara sekretaris kegiatan, Didik Nurcahyo menambahkan, kegiatan ini digelar di TPU setempat. Di sana, masyarakat menggelar doa bersama. Tak hanya itu, digelar pula santunan anak yatim dan tausiah.
"Pembacaan surat yasin, tahlil dan doa bersama. Ada santunan anak yatim dan tausiah," katanya.
Di akhir acara, digelar pula makan bersama nasi ancak. Nasi ini merupakan nasi khas Banyuwangi.
"Kita mempertahankan tradisi khas kami dengan nasi ancak," pungkasnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Camat Banyuwangi, Danisworo. Menurutnya, tradisi ini sangat positif. Selain itu, kegiatan ini juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Kami berpesan agar tetap taat prokes dan jaga kesehatan. Acara ini sangat mendukung Banyuwangi Rebound, salah satunya merajut harmoni karena giat ini membangun kebersamaan, kekeluargaan, pererat silaturahim antar warga," pungkasnya.
(hil/iwd)