Jawa Timur merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak kedua di Pulau Jawa. Dari data BPS tahun 2020, penduduk Jatim saat ini mencapai 40 juta jiwa yang terdiri dari berbagai suku. Tapi tahukah detikers, ada berapa sih bahasa daerah di Jatim? Yuk, kita cari tahu.
Peneliti Balai Bahasa Pemprov Jatim Tri Winiasih menyebut ada tiga bahasa daerah resmi yang tercatat sejak tahun 2004/2005. Ketiga bahasa ini adalah Bahasa Jawa yang paling banyak digunakan, kemudian Madura dan Bajo.
"Yang sudah kami teliti dari Balai Bahasa Jatim itu ada tiga, ada Jawa, Madura terus satunya itu ada Bajo," terang Tri kepada detikJatim, Kamis (24/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tri, bahasa Bajo ini penggunanya lebih sedikit dibandingkan bahasa Jawa dan Madura. Pengguna bahasa Bajo ini berada di Pulau Sapeken, Sumenep.
"Bajo yang menggunakan sedikit, itu adanya di daerah Sumenep, di Pulau Sapeken itu. Jadi di sana ada bahasa Bajo. Soalnya kan terpengaruh bahasa Bajonya Sulawesi," jelasnya.
Meski begitu, lanjut Tri, bahasa Bajo ini tidak sama dengan yang ada di Sulawesi. Sebab, Bajo yang digunakan masyarakat Sapeken ini telah bercampur dengan bahasa Madura.
Baca juga: 7 Rumah Adat Ini Ada di Jawa Timur Lho, Rek! |
Menurut Tri, peluang untuk ditemukan bahasa baru di Jatim sangat kecil. Sebab jika pun ada temuan, bahasa tersebut merupakan dialek dari daerah-daerah di Jatim.
"Ya bisa saja ditemukan tapi kemungkinan itu kecil. Sebab sepanjang laporan dan temuan kami hanya ada 3 itu. Selebihnya merupakan dialek-dialek saja dari bahasa-bahasa daerah itu.
"Sebenarnya ada (bahasa lain) di Madura juga, kan itu ada pulau kecil-kecil. Kalau dengan Kangean itu masih jauh. Itu infonya ada bahasa Mandar (pengaruh dari Kalimantan). Tapi kita masih belum bisa ke sana," kata Tri.
Saat ditanya apakah Osing termasuk bahasa? Tri menyebut bahasa Osing masuk kategori dialek dan bagian bahasa Jawa.
"Kalau dari hitungan dialektometri itu termasuk dialek. Jadi dia masuk bahasa Jawa. Ya ada (beda dengan bahasa Jawa) tapi kan ada hitungan dialektometri bedanya sekian dia masih masuk bahasa, kalau bedanya sekian dia masuk satu dialek," terangnya.
"Nah ketika dihitung secara dialektometri, pakai rumus itu ketemu masih beda dialek. Tapi merupakan masuk dialek Jawa. Masuknya bahasa Jawa dialek Osing," jelas Tri.
Tri menambahkan, untuk menghitung bahasa dan dialek memang ada metodologi dan rumusnya sendiri. Metode ini bernama dialektometri. Metode ini dipakai untuk menghitung perbedaan isolek atau kosakata untuk menentukan apakah masih kategori dialek atau bahasa.
"Jadi itu dialektometri itu cabang dialektomologi untuk menghitung isolek (kosakata). Jadi kita kan tidak boleh namanya apa itu kita sebut sebagai isolek. Kita menghitung isolek itu sebagai perbedaan apa itu menggunakan dialektometri itu," paparnya.
Di Jatim sendiri, lanjut Tri tercatat ada sejumlah dialek. yakni Arek'an, Solo-Jogja, Osing dan Tengger. Keempat dialek ini kemudian dimasukkan dalam dua dialek bahasa Jawa yang disebut Jatim dan Mataraman.
"Bahasa Jawa sendiri itu ada 4 untuk dialeknya yang ada di Jatim. Itu kita sebut dialek Jatim, dialek Osing, Tengger dan Solo-Jogja,' beber Tri.
"Nah, dialek Jatim itu ya termasuk Suroboyoan, Jombang, Mojokerto atau dialek Arek'an, nah itu (dialek) Jatim. Kalau Mataraman itu kita sebut (meliputi) dialek Solo-Jogja, terus ada di Tengger dan Osing," tandas Tri.
(abq/sun)