Emil Elestianto Dardak menjadi narasumber pada Musyawarah Kota (Mukota) VII Kamar Dagang dan Industri Surabaya yang berlangsung di Ballroom Hotel Westin.
Mengangkat tema Kadin Maju, Surabaya Melaju, Mukota kali ini dihadiri perwakilan dunia usaha dan industri, Forkopimda Kota Surabaya, perwakilan negara sahabat dan organisasi kepemudaan.
Di hadapan pelaku usaha dan industri, Emil menyoroti pertumbuhan iklim investasi di Jawa Timur dan potensinya untuk terus ditingkatkan. Dipaparkan olehnya beberapa kunci sukses Jawa Timur dalam mendongkrak investasi Dalam dan Luar Negeri selama 5 tahun terakhir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jawa Timur sebagai provinsi dengan ekonomi terbesar kedua di Indonesia memiliki ekosistem bisnis yang kondusif dengan banyak kemudahan yang bisa didapatkan oleh para investor," ungkap Emil.
Di antaranya adalah kemudahan perpajakan seperti insentif untuk PPN, PPh, dan Bea Masuk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik dan KEK Singhasari bagi investor dengan jumlah minimal Rp 100 miliar.
"Kita di Jawa Timur ini memiliki dua kawasan ekonomi khusus yang ramah investasi, yaitu JIIPE Gresik dan KEK Singhasari. Di KEK, PPN, PPH, dan Bea Masuk bisa diberikan insentif minimal Rp. 100 miliar. Ini menjadi daya tarik untuk orang masuk dan investasi di KEK. Apalagi di KEK Singhasari sekarang sudah beroperasi salah satu kampus top dunia," ujarnya.
Tak cuma itu, iklim investasi di Jatim juga diperkuat dengan adanya East Java Investment Hub yang memberikan kemudahan akses informasi bagi para calon investor. Di antaranya melalui East Java Potential and Opportunity Investment (POINT) yang mewadahi Investment Project Ready to Offer (IPRO), serta Jatim Online Single Submission (JOSS) untuk memfasilitasi perizinan.
"Ini upaya untuk mempermudah investor masuk ke Jawa Timur. Kita harus memikirkan bagaimana cara kita mendorong investasi masuk. Kuncinya adalah one stop service, jangan njelimet," katanya
Emil kembali menyoroti bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan sumbangsih ekonomi nomor dua terbesar di Indonesia. Kontribusinya mendekati 1/6 perekonomian Indonesia. Di mana Indonesia sendiri menyumbang 1/2 perekonomian ASEAN.
"Ini artinya hampir 10% perekonomian Asia tenggara ada di Jawa Timur. Investasi adalah bagian dari rencana pengembangan wilayah yang jadi prioritas nasional," ujar Emil.
Emil menambahkan, terdongkraknya investasi di Jatim juga disebabkan posisi strategis Jawa Timur. Adanya wilayah aglomerasi Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan atau Gerbangkertasusila memajukan perindustrian Jawa Timur.
Mantan Bupati Trenggalek itu menyebutkan bahwa perkembangan kini juga mencapai ke wilayah Mataraman dengan adanya Bandara di Kediri, seda dan investasi di bidang pariwisata juga dikembangkan di kawasan lereng Bromo Tengger Semeru.
"Akses Gerbangkertasusila mampu menjadi pintu masuk dan kemudahan bagi beragam bentuk investasi di Jatim. Ini kawasan metropolis yang kalau dihitung menyumbang separuh perekonomian di Jawa Timur dan Surabaya menjadi center disana. Wilayah ini sudah menjadi Proyek Strategis Nasional dan tertuang melalui Pepres no. 80 tahun 2019," Emil menjelaskan.
Dilanjutkan olehnya, studi KfW terhadap Sustainable Urban Plan Jawa Timur menemukan bahwa konektivitas ini telah menghasilkan 10,5 juta perjalanan di kawasan Gerbangkertasusila per hari. Separuhnya dari dan ke Surabaya, seperti Gresik ke Surabaya dan Surabaya ke Sidoarjo.
"Inilah yang disebut sebagai urban stronghold," imbuhnya.
Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024 itu menyampaikan adanya dua wilayah KEK dan aglomerasi Gerbangkertasusila ini mengingat Penanaman Modal Asing (PMA) di Jatim hampir sama dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di tahun 2023.
"Capaian PMA dan PMDN Jatim ini menunjukkan tren yang baik sekali. Kini jumlahnya hampir sama dan kita dapat terus meningkatkan investasi ini. PMA Jatim ada di angka Rp. 74,9 Trilyun sedangkan PMDN di Rp. 70,2 Trilyun," ungkapnya.
Lebih lanjut, realisasi PMA Jawa Timur meningkat sebanyak 56,3% dan PMDN meningkat 14,7% pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Total investasi Jawa Timur lantas mencapai Rp. 145,1 Trilyun. Angka ini melampaui target Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia sebesar Rp. 126 Trilyun dan RPJMD sebesar Rp. 112 Trilyun.
"Ini berkat panjenengan semua, kontribusi pelaku bisnis dan kerjasama seluruh elemen untuk menciptakan ekosistem investasi yang kondusif," katanya.
Ketua Kadin Surabaya Ali Afandi menyebutkan bahwa Kadin adalah mitra pemerintah. Karenanya Kadin berkomitmen untuk menjaga iklim investasi di Jatim semakin melejit. Kepada Emil, ia menyampaikan pentingnya sosok yang peduli terhadap pemerataan ekonomi daerah.
"Kami sebagai mitra pemerintah tentunya akan berkolaborasi dengan mitra stakeholder, utamanya kami akan terus berkolaborasi dengan mas Eri Cahyadi dan mas Emil Dardak karena Jatim akan menjadi center of gravity," katanya.
"Pintu perdagangan akan bergeser ke Jatim, dan kita memerlukan pemimpin yang paham dan dapat memastikan para pelaku usaha bisa survive dan trust kepada pemerintah. Mas Emil contohnya, tadi menyampaikan bahwa Surabaya ini memang pusat, tapi adanya Gerbangkertasusila ini menunjukkan bahwa di Jatim pertumbuhan ekonominya merata," sambungnya.
(faa/iwd)