Di sela-sela mengerjakan permak itu, ia tiba-tiba didatangi salah seorang pelanggannya. Bukan untuk menjahit, namun pria yang karib disapa Antok itu diminta mengisikan top up saldo sebesar Rp 50 ribu.
"Untuk daftar online lomba mancing," kata Alam, pelanggannya Antok saat itu.
Mendengar permintaan itu, Antok segera mengambil ponselnya dan mengisi top up saldo yang diminta. Transaksi itu selesai tak kurang dari semenit. "Semuanya Rp 55 ribu," ujar Antok kepada Alam.
Stan jahit Antok berada persis di pinggir Jalan Kutisari Selatan 92B, Surabaya. Di bagian depan stan tampak terpampang banner dengan nama Permak Angling Dharma. Sedangkan di bagian atasnya tertera agen BRILink.
Jadi tak heran, selain menjahit, Antok juga kerap menerima pelanggan yang minta dilayani mulai isi top up, setor tunai, tarik tunai hingga setor pinjaman di stannya.
Pekerjaannya sebagai penjahit dan agen BRILink telah dilakoni sejak 2018. Saat itu, ia mengaku ditawari oleh sekuriti bank BRI Unit Siwalan Indah persis di seberang stannya.
"Awalnya nolak karena gak paham, tapi istri bilang nggak apa-apa dicoba dulu saja," tutur bapak dua anak itu.
![]() |
Sejak menjadi agen BRILink, Antok mengaku omzetnya bertambah. Bahkan hasilnya bisa dibilang imbang dengan usaha jahitnya. Customer pun ramai berdatangan.
Transaksi yang paling ramai saat itu adalah transfer uang. Jasa itu biasanya dimanfaatkan para kuli bangunan atau pekerja proyek. "Biasanya transfer ke istrinya di desa," ujar pria asal Bojonegoro itu.
Agen BRILink yang dijalani Antok ini lambat-laun dikenal di kalangan para kuli bangunan. Bahkan, pria 40 tahun itu bahkan kerap diminta datang ke lokasi proyek tiap minggu untuk transfer uang.
Padahal, dirinya tak mengenal para kuli-kuli tersebut. Karena hal ini, Antok pun mulai kenal dan akrab dengan para pekerja proyek. Tak jarang Antok juga harus menunggu para kuli bangunan yang sedang lembur saat mendatangi proyek hingga pukul 22.00 WIB.
Pada malam minggu khususnya, Antok bahkan bisa mendatangi lima lokasi proyek. Setiap lokasi proyek, ia mengaku bisa melayani transfer uang 30 hingga 50 transaksi. Karena hal ini, Antok mengaku bisa cuan hingga Rp 10 juta per bulannya.
"Sampai per bulan bisa 1.500 transaksi hingga 2.000 transaksi. Tinggal ngalikan Rp 5 ribu dikali setiap 2.000 transaksi itu dulu awal-awal," ujar Antok.
Meski demikian, ada juga cerita duka yang dialami Antok. Ia mengaku pernah juga merugi karena tertipu uang palsu uang pecahan Rp 100 ribu hingga dua kali. Kerugian lainnya yakni salah transfer ke rekening orang.
"Kalau sudah salah transfer biasanya minta bantuan ke orang BRI agar uang bisa kembali atau rekening diblokir," tutur Antok.
Persaingan jasa pembayaran digital yang semakin menjamur juga berdampak pada Antok. Karena hal ini, jumlah transaksinya yang biasanya mencapai ribuan kali kini hanya ratusan saja.
Meski demikian, Antok masih bersyukur. Sebab target transaksi yang diminta dari BRI selalu tercapai. Selain itu, pelanggan yang biasanya transaksi juga akhirnya banyak yang jadi langganan jasa permaknya.
"Targetnya 200 transaksi per bulan, tapi sekarang ya sulit nembus 500 transaksi, dapat 200 hingga 300 itu sudah untung," ujar Antok.
Di kawasan Kutisari sendiri, agen BRILink seperti Antok ada sekitar 33 orang. Mereka semua di bawah naungan Unit BRI Siwalan Indah dan masih bertahan hingga saat ini.
Jumlah agen BRILink sendiri di seluruh Tanah air kini telah mencapai 740 ribu yang tersebar di 75 ribu desa. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso.
Dari jumlah itu, BRI mendapatkan fee sekitar Rp 1,5 triliun. Sedangkan yang diterima oleh 740 ribu agen tersebut dua atau tiga kali lebih besar dari yang diterima BRI, atau sekitar Rp 3 triliun sampai Rp 4 triliun.
"Yang menarik adalah bahwa transaksi yang campuran ini antara digital dan konvensional ternyata masih cukup besar. Buktinya transaksi lewat warung-warung itu jumlah nilainya itu mencapai Rp 1.427 triliun," kata Sunarso.
(abq/iwd)