Usaha songkok Ponpes Tahfidhil Qur'an Riyadlus Sholihin, Desa Rangkang, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, raup berkah saat ramadhan 2023. Pasalnya, usaha songkok atau kopiah motif bordir dapat dipesan sesuai dengan selera pengguna, baik nama perorangan, lembaga, ataupun lambang tertentu, mengalami peningkatan pesanan.
Usaha songkok CV Dubai Indonesia Group ini dikelola sepasang suami istri Abdullah Ubaid dan Durrotun Nashihah. Usaha songkok dengan merk dubai moslem wear itu berlokasi sekitar 1,9 meter dari Alun-alun Kota Kraksaan, sangat ramai pesanan.
Muhammad Ubaidillah mengatakan penjualan meningkat hingga 50 persen, dibanding ramadan tahun lalu masih pandemi COVID-19. Apalagi, banyak sekolah serta pesantren mulai aktif kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk penjualan ke toko saya menerima, cuma saya lebih memprioritaskan ke lembaga pesantren atau lembaga lainnya. Karena saat ini, banyak pesantren yang memerlukan identitas," ujar Ubaidillah saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (8/4/2023).
Pesanan, jelas Ubaid, tidak hanya dari Kabupaten Probolinggo saja. Melainkan banyak juga pesantren dari luar pulau. Seperti Sumatera, Kalimantan dan NTB. Penjualan dilakukan dengan sistem datang ke tempat atau melalui online.
Songkok tersebut dijual dengan harga Rp 20 sampai 50 ribu, tergantung tingkat kerumitan bordir dan kualitas kain.
![]() |
"Dengan jumlah karyawan saya yanga da 8 orang, itu bisa memproduksi sebanyak 160 songkok. Alhamdulillah, bisa mencukupi kebutuhan pesanan dari lembaga yang ada," kata pria kelahiran Lamongan, 7 Februari 1986 ini.
Dia menambahkan, selain songkok, pihaknya juga menerima pesanan hijab motif bordir. Termasuk seragam sekolah, baju koko, dasi, selempang wisuda, dan bordir lainnya.
"Awalnya memang konveksi, cuma karena pandemi kemarin kita beralih ke songkok, karena banyak toko dan sekolah yang libur, dan alhamdulillah berjalan lancar. Jadi jika ada pemesanan selain songkok, kami siap untuk memproduksinya," jelasnya.
Usahanya ini, tambah dia, dirintis sejak 2020. Saat itu, usaha konveksinya terhenti saat pandemi. Namun Ubaid bertekad memproduksi songkok, namun dengan ciri khas berbeda.
Salah satunya menambah bordir pada songkok tersebut. Ia mulai memanggil beberapa karyawannya untuk diajarkan cara menjahit songkok. Karena ilmu menjahit konveksi yang sebelumnya dimiliki oleh karyawannya, tidak sama dengan cara menjahit songkok.
"Alhamdulilah saat ini sudah berjalan, dan beberapa waktu lalu saya membeli mesin bordir untuk mempermudah pekerjaan karyawan," kata ayah 3 anak ini.
Saat ditanyasoal omzet, Ubaid enggan menerangkan secara detail. Namun omzet itu cukup untuk membayar 8 karyawannya. Dan juga bisa memberikan pemasukan ke pesantren milik mertuanya tersebut.
(fat/fat)