Mengulik Rahasia Produksi Beduk di Mojokerto Beromzet Rp 400 Juta saat Ramadhan

Mengulik Rahasia Produksi Beduk di Mojokerto Beromzet Rp 400 Juta saat Ramadhan

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 07 Apr 2023 08:45 WIB
Proses pembuatan beduk di Mojokerto
Proses pembuatan beduk di Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Omzet kerajinan beduk di Kabupaten Mojokerto menembus Rp 400 juta saat Ramadhan. Kualitas yang terjaga sejak 14 tahun silam membuat para pembeli rela mengantre. Ya, beduk Galeri Seni Langgeng ini menggunakan bahan berkualitas dengan proses yang teliti.

Beduk Langgeng dirintis Budi Cahyo (37) tahun 2009. Bapak dua anak ini banting setir dari guru honorer SMK dan bisnis sampingan produksi mebel. Saat ini, ia mempunyai bengkel di Desa Kupang, Kecamatan Jetis dan di Dusun Kemiri, Desa Kedungsari, Kecamatan Kemlagi.

Kerja kerasnya selama 14 tahun berbuah manis. Dibantu 9 karyawannya, Budi kini fokus memproduksi beduk dan mimbar khotbah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Omzet penjualan beduknya saja mencapai Rp 150 juta per bulan. Bahkan Ramadhan tahun ini, omzetnya menembus Rp 400 juta karena permintaan beduk naik dari 5 menjadi menjadi 12 unit sebulan.

Banyaknya pesanan membuktikan kualitas beduk buatan Budi. Bahkan, para pemesan rela mengantre untuk mendapatkan Beduk Langgeng tersebut. Menggunakan bahan berkualitas, menjadi salah satu strategi sehingga bisnisnya tetap eksis karena mampu bersaing dengan perajin lainnya.

ADVERTISEMENT

"Bahan baku saya pilih yang berkualitas. Salah satunya kulit pakai kulit sapi betina yang sehat dan cukup umur. Kalau sapinya penyakitan, biasanya kulitnya mudah rusak," kata Budi saat berbincang dengan detikJatim di bengkelnya, Senin (3/4/2023).

Proses pembuatan beduk di MojokertoProses pembuatan beduk di Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Kulit diperoleh mantan guru Fisika dari jagal sapi langganannya. Ia membeli kulit dalam kondisi masih segar dari sapi yang baru disembelih.

Budi memilih kulit sapi betina lantaran permukaan dalamnya lebih halus dan serat kulitnya lebih kuat. Menurutnya, kulit sapi jantan memang lebih tebal, tapi tidak sekuat kulit sapi betina.

"Biasanya saya pilih kulit sapi Jawa yang dipelihara orang rumahan, bukan peternakan. Karena sapinya lebih terawat," ungkapnya.

Untuk membuat satu beduk berdiamter 60 cm hingga 80 cm, Budi membutuhkan kulit dari 1 ekor sapi betina. Sedangkan beduk berdiamater di atas 80 cm sampai 200 cm menghabiskan kulit dari 2 ekor sapi betina.

Ia rela membeli kulit mahal demi menjaga kualitas beduk buatannya. Menurutnya, harga kulit kering untuk beduk ukuran standar Rp 1,3 juta per lembar.

"Untuk beduk diameter 2 meter, biasanya saya pakai kulit sapi betina yang mandul karena tubuhnya mekar. Sebagai perbandingan bobot basah 19 kilogram sampai 24 kilogram per lembar kulit untuk beduk ukuran standar. Kalau untuk beduk 2 meter, butuh kulit yang bobot basahnya 48 kilogram sampai 50 kilogram per lembar," jelasnya.

Berita selengkapnya di halaman selanjutnya!

Bapak dua anak ini memproduksi beduk beragam ukuran. Mulai dari berdiameter 60 cm, 70 cm, 80 cm, 90 cm, 100 cm, 120 cm sampai paling besar 200 cm.

Sedangkan panjang beduk ditentukan dengan rumus perbandingan agar suara yang dihasilkan berkelas. Misalnya beduk diameter 60 cm, panjangnya di angka 100 cm. Kalau diameter 100 cm, panjang beduk 170 cm.

"Panjang beduk juga menentukan kualitas suara. Standarnya suara beduk bisa diterima jarak jauh, pendengar yang dekat tidak pengar di telinga," terangnya.

Bagian beduk lainnya juga menggunakan bahan berkualitas. Kerangka tabung beduk menggunakan kayu mahoni atau nangka karena bergetah sebagai lem alami. Sehingga, ketika disatukan dengan dinding tabung, paku yang ditancapkan terkunci lebih kuat. Sedangkan dinding tabung menggunakan kayu jati karena kuat sehingga beduk lebih tahan lama.

Pasak kayu sebagai pengunci ketika pemasangan kulit pada tabung menggunakan kayu jati, mahoni atau nangka. Sabuk beduk untuk mengikat kulit dengan tabung menggunakan rotan. Pemukul beduk pun dibuat khusus dengan gagang berbahan kayu jati, lalu kepalanya dilapisi spons yang dibentuk bulat.

"Daya tahan Beduk Langgeng bisa sampai 20-30 tahun dengan catatan pakai pemukul kami. Sering kali kulitnya robek karena ditabuh pakai kayu," tuturnya.

Selain menggunakan bahan pilihan, beduk Langgeng juga diproduksi dengan ketelitian yang tinggi. Menurut Budi, jika hanya membuat satu beduk, membutuhkan waktu 2 minggu.

Mulai dari penyiapan kulit. Kulit basah dari jagal sapi lebih dulu dibersihkan dari lemak yang menempel pada permukaan dalam. Selanjutnya permukaan luar dicuci dengan sampo.

Perajin beduk di Mojokerto yang kebanjiran berkah saat RamadhanPerajin beduk di Mojokerto yang kebanjiran berkah saat Ramadhan Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

"Kendalanya musim hujan pengaruh pada pengerjaan kulit yang lebih lama. Karena saat panas terik butuh 3 sampai 4 hari untuk menjemur kulit," cetusnya.

Berikutnya, tahap pembuatan kerangka tabung beduk. Kerangka lantas disatukan dengan dinding tabung. Tabung atau bodi beduk lantas dioven selama 5 hari kerja menggunakan bahan bakar kayu. Selain untuk mengeringkan kayu sehingga kuat, tahap ini juga untuk mencegah bodi beduk dimakan rayap dan sejenisnya.

"Karena bodi beduk terkena asap bakaran kayu, rayap tidak doyan," ujar Budi.

Setelah dioven, barulah permukaan tabung beduk dilapisi dengan lem epoxy untuk menutup pori-pori kayu, serta celah antar papan kayu.

Selanjutnya, permukaan bodi beduk dihaluskan menggunakan mesin pengampelas sampai mulus. Kaligrafi nama masjid diukir manual pada permukaan bodi beduk. Relief bermotif campuran Majapahitan dan Jepara mempercantik tampilan beduk.

"Tahap paling sulit pemasangan kulit butuh waktu 2 hari untuk kedua sisi. Harus dipasang, ditarik dengan keketatan tertentu. Terakhir tahap finishing pakai pernis," terang Budi.

Kulit sebagai bagian yang ditabuh, tambah Budi, di-setting dengan tingkat keketatan berbeda antara bagian depan dengan belakang. Karena menyesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia yang mempunyai musim hujan dan kemarau. Menurutnya, musim memengaruhi kulit pada beduk.

"Kalau di-setting sama-sama ketat, ketika kemarau kulit menyusut karena panas, ketika ditabuh bunyinya tidak keluar suara bas. Kalau di-setting berbeda, maka bisa dipakai sepanjang tahun," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads