Janggelan begitu mudah didapatkan. Produk tradisional ini bertebaran di sejumlah pasar tradisional. Janggelan dijual dengan ukuran tertentu, mulai kecil hingga kemasan paling besar. Harganya pun bervariasi.
Saat bulan Ramadhan, janggelan banyak diburu masyarakat. Para pedagang pun mengaku senang. Pasalnya, jumlah penjualan melambung, menyusul banyaknya ibu rumah tangga yang datang membeli. Itu seiring tradisi membuat minuman segar untuk buka puasa.
"Alhamdulillah, laris. Kalau (bulan) puasa memang banyak yang beli (janggelan)," ujar Atin, pedagang Pasar Minulyo, Sabtu (1/4/2023).
Tak hanya Atin, beberapa pemilik lapak lain yang menjajakan janggelan juga tak sepi pembeli. Umumnya dijual bersamaan bahan lain pembuat dawet. Seperti cendol maupun kolang-kaling.
Peningkatan permintaan memaksa produsen janggelan bekerja lebih keras. Di sisi lain, ada peluang ekonomi yang menjanjikan dari momen tahunan ini. Tak heran, sejumlah terobosan pun dilakukan. Mulai dari penambahan karyawan hingga perpanjangan jam kerja.
![]() |
Haris Kuswanto (54), pemilik usaha Janggelan di Desa Jeruk, Kecamatan Bandar mengatakan, selama puasa dirinya dibantu 14 karyawan. Jam kerja pun dibagi 2 sif. Yakni 7 orang bekerja pagi hingga sore. Sedangkan sore hingga pagi hari dikerjakan 7 orang lainnya.
"Kalau harian itu paling banyak hanya 3 sampai 4 orang (karyawan)," kata Haris.
"Bulan puasa ini permintaan bisa naik antara 10 hingga 12 kali lipat," tambahnya.
Saat hari biasa, lanjut Haris, usaha yang ditekuninya rata-rata memproduksi 32 kilogram janggelan per hari. Namun selama Ramadhan, tiap harinya industri rumahan yang dia kelola mampu melepas 350 kilogram ke pasaran dengan harga bervariasi sesuai jenis kemasan.
"Dalam 1 ember besar kalau dibagi kemasan mangkok jadi 25. Per mangkuknya antara Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu. Sehari bisa menghasilkan 300 ember," jelasnya.
Haris mengaku tak pernah kesulitan memperoleh bahan baku. Ini karena tanaman janggelan merupakan komoditas yang banyak ditanam petani di 2 kecamatan, yakni Kecamatan Bandar dan Nawangan. Pria yang juga sebagai kades itu bahkan menyebut, janggelan Pacitan memiliki kualitas super.
Tak hanya menyuplai kebutuhan lokal, janggelan yang dibuat Haris juga merambah pasar lintas provinsi. Distribusinya bahkan menembus wilayah Ponorogo hingga Wonogiri, Jateng dengan pangsa pasar mencapai 70 hingga 80 persen.
(hil/sun)