Banyak desa di Lamongan yang memiliki ciri khas. Salah satunya desa produsen gerabah, Desa Gampangsejati. Menariknya, penjualan gerabah yang diproduksi di sini sudah merambah pasar mancanegara.
Meski mulai tergerus modernisasi zaman, namun perajin gerabah di desa ini tetap eksis. Para perajin memiliki komitmen kuat untuk melestarikan kerajinan gerabah.
"Kerajinan gerabah ini adalah usaha turun temurun, kami memproduksi gerabah mulai dari perabot dapur hingga hiasan," kata salah seorang perajin, Lilis kepada wartawan, Rabu (14/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentra produksi gerabah yang ada di Desa Gampangsejati ini juga melibatkan warga dari desa-desa lain di sekitarnya. Sedangkan di Desa Gampangsejati, ada 3 kios sentra gerabah yang mampu memberikan pekerjaan bagi warga sekitar.
"Di sini kiosnya ada 3, namun hampir seluruh warga desa membuat gerabah yang kemudian disetorkan ke kita untuk kita jual kembali," ujarnya.
Lilis memaparkan, setiap bulannya, pengrajin gerabah mendapatkan omzet sebesar Rp 3 juta rupiah dari puluhan hingga ratusan gerabah yang terjual. Gerabah made in Gampangsejati ini sudah melanglang buana ke hampir seluruh penjuru nusantara, bahkan mancanegara.
"Kita melakukan penjualan ke beberapa kota seperti misalnya ke Surabaya, Jakarta, Kalimantan, Papua hingga Malaysia," tutur pemilik kios gerabah Trubus ini.
Berbagai jenis gerabah dihasilkan di Desa Gampangsejati ini, mulai dari cobek dengan berbagai ukuran, anglo, sangrai, kendi, dan kerajinan lainnya. Harganya pun menyesuaikan ukuran dan jenisnya, mulai dari Rp 5 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Dalam sehari, para pengrajin ini mampu memproduksi sekitar 50 cobek sehari.
"Setiap bulannya pengrajin gerabah mendapatkan omzet sebesar Rp 3 juta dari puluhan hingga ratusan gerabah yang terjual," ungkapnya.
Penjualan gerabah ini, menurut Lilis, akan meningkat saat bulan Maulid dalam kalender Islam hingga saat Hari Raya Idul Fitri. Pada bulan-bulan ini, gerabah produksi Desa Gampangsejati biasanya dipakai untuk tasyakuran atau souvenir acara tertentu.
"Kalau jenis yang sangat laku di pasaran cobek penyetan. Kami menjual gerabah mulai harga Rp 5 ribu hingga ratusan ribu rupiah," jelas Lilis.
Usaha turun temurun memproduksi gerabah ini mulai dari perabot dapur hingga hiasan di Desa Gampangsejati itu tetap lestari hingga kini. Mereka mengaku akan terus membuat gerabah berbahan dasar tanah liat ini sebagai warisan kerajinan dari leluhur.
(hil/fat)